Banyak orang menilai, bahwa rumah sakit hijau merupakan rumah sakit dimana disetiap jengkal lahannya terdapat tanaman dalam usaha mengurangi pengapnya suasana rumah sakit. Memang bukan anggapan yang salah, hanya saja perlu disempurnakan untuk maksud yang lebih baik mengenai konsep rumah sakit hijau. Akhir-akhir ini banyak rumah sakit yang mendengungkan rumah sakit berwawasan lingkungan sejak isu pemanasan global menjadi perhatian utama penyebab berbagai bencana alam di bumi ini. Kesehatan menjadi salah satu dampak terjadinya pemanasan global. Ditambah penggunaan energi fosil yang terus meningkat di abad 21, sehingga penghematan besar-besaran mulai digalakkan.



Memang benar bahwa salah satu upaya mewujudkan adanya konsep rumah sakit hijau dengan menggalakkan penanaman setiap jengkal tanah yang tidak terpakai dirumah sakit. Dengan harapan pasien dapat merasa betah dan nyaman akan suasana rumah sakit yang indah. Hijaunya tanaman setidaknya sebagai pengobat stress karena hampir pasti setiap orang yang datang kerumah sakit mempunyai problema dengan penyakitnya.

Ada banyak kriteria bagaimana rumah sakit dinamakan Green Hospital. WHO sendiri mensyaratkan bahwa rumah sakit hijau perlu melakukan pengurangan konsumsi energi, penggunaan sumber energi alternatif dan pengelolaan limbah secara terpadu. Sedangkan dalam seminar Green Hospital tanggal 27 September 2012 mensyaratkan bahwa lokasi rumah sakit mampu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan disekitarnya, efisiensi dalam penggunaan air, energi dan mampu meminimalisir polusi udara, penggunaan bangunan dan sumber daya lainnya yang bisa didaur ulang, memiliki kualitas ventilasi yang cukup dan tidak menggunakan material berbahaya. Selain itu rumah sakit harus bisa menyediakan makanan yang sehar bagi pasien maupun petugas kesehatan, memberikan pendidikan konsep green hospital mengurangi penggunaan zat toksik. Ada juga yang mensyaratkan untuk menggunakan produk pembersih atau desinfektan yang tidak berbahaya serta yang  tersedianya area hijau.

Banyak sekali kriteria yang diberikan untuk membangun green hospital. Dengan banyaknya kriteria seperti ini bisakah Indonesia menyediakan green hospital?

Mungkin bagi rumah sakit swasta dengan pendapatan tinggi, green hospital tidak menjadi masalah. Mengingat pelayanan rumah sakit swasta sudah seperti hotel berbintang. Segala pelayanan tersedia tergantung bill yang diinginkan oleh pasien. Pasien dirumah sakit swasta tentu akan sangat betah tinggal, karena didukung lingkungan yang sangat nyaman dan bersih.

Berbanding terbalik keadaannya dengan rumah sakit milik pemerintah. Dengan mengandalkan pendapatan dari daerah, sedikit sulit rumah sakit untuk menghidupi dirinya sendiri. Apalagi jika sudah dipolitisasi dengan slogan kesehatan gratis untuk masyarakat demi pemilihan umum. Ditambah lagi membludaknya masyarakat yang membutuhkan pengobatan murah sehingga pihak rumah sakit akan lebih fokus untuk pelayanan kesehatan daripada berhenti sejenak dan mulai mengembangkan bangunan ramah lingkungan. Masalah akan timbul lagi jika masyarakat tidak ikut serta dalam menjaga kebersihan saat dirumah sakit. Rumah sakit seolah-olah menjadi TPS kedua, dan akhirnya menyebabkan penyakit bagi pasien yang datang. Akhirnya pasien bertambah banyak. Banyaknya masyarakat yang dirawat dirumah sakit tidak hanya membuat biaya pengobatan membengkak tetapi juga pembuangan besar-besaran air, energi dan limbah rumah sakit. Tidak heran jika green hospital menjadi harapan pemerintah tahun 2020, karena dalam beberapa hal mempunyai keuntungan dalam menghemat anggaran pengelolaaan rumah sakit bulanan.

Green hospital atau rumah sakit hijau memang tidak semata hanya menanam pohon disekitar rumah sakit, tetapi juga penggunaan resource yang ada secara tepat guna. Salah satunya adalah merencanakan sedari awal bangunan hijau guna rumah sakit meliputi perancangan, pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan yang perlu memperhatikan aspek lingkungan. Pembuatan konsep bangunan ramah lingkungan biasanya membutuhkan biaya yang banyak, mengingat keterbatasan ahli yang ada. Kemudian dari sisi konstruksi gedung yang berbeda dengan kebanyakan gedung konvensional lainnya. Selain itu pemilihan bahan atau material yang non toksik menjadi pemilihan utama dalam pembangunan rumah sakit hijau. Dalam hal ini juga perlu dipertimbangkan untuk memilih material yang bebas dari emisi dan tahan terhadap kelembaban untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur. Kemudian perlu juga mendesain ventilasi udara dan pencahayaan untuk mengurangi biaya penggunaan AC dan lampu yang merupakan syarat green hospital. Yang terakhir perlunya membangun system pengelolaan limbah terpadu, mengingat banyaknya barang sekali pakai yang harus digunakan dirumah sakit. Sedangkan dalam membangun green hospital perlu kaidah reduce, recycle dan recovery.

Mewujudkan terbentuknya green hospital sebenarnya bukan hanya peran dari pemerintah dan pihak manajemen rumah sakit saja, tetapi juga diperlukan peran aktif dari masyarakat. Mengingat bahwa rumah sakit merupakan milik masyarakat luas yang digunakan untuk pelayanan kesehatan, hendaknya pemerintah juga melakukan sosialisasi mengenai  kontribusi yang dapat dilakukan masyarakat kepada rumah sakit, tidak hanya memandangnya sebagai obyek untuk orang sakit tetapi menganggapnya sebagai kepunyaan bersama sehingga harus dipelihara. Mungkin dengan cara inilah Green Hospital dapat diwujudkan

Pada prinsipnya, rumah sakit dimasa mendatang  perlu dilakukan pengelolaan secara baik dengan mempertimbangkan aspek kesehatan, ekonomi, ekologi dan sosial sehingga prinsip pemenuhan konsep pembangunan kesehatan terpenuhi dan rumah sakit ikut berperan dalam meminimalisasi dampak perubahan iklim serta mengurangi emisi karbon yang dihasilkan seperti slogan WHO: Healthy Hospital, Healthy Planet dan Healthy People (Addressing Climate Change in Health Care Settings).