Pages

Jumat, 12 April 2013

Semut Bisa Deteksi Gempa Bumi



VIENNA, KOMPAS.com — Hingga saat ini, gempa bumi adalah jenis peristiwa alam yang paling belum bisa diperkirakan kapan akan terjadi. Gempa baru diketahui ketika getarannya sudah terasa. Namun, penelitian terakhir di Jerman mendapatkan bakal terjadinya gempa bisa dirasakan semut merah hutan (red wood ant).
Penelitian yang dilakukan Gabriele Berberich dari University Duisburg-Essen, Jerman, menemukan perubahan perilaku semut ketika gempa bumi akan terjadi. Gelagat bakal terjadinya gempa bisa diketahui dari "kegelisahan" para semut ini, terlihat dari dilanggarnya pola hidup diurnal.
Semut adalah hewan dengan pola hidup normaldiurnal, yang aktif di siang hari untuk mengumpulkan makanan dan beraktivitas, kemudian istirahat di malam hari. Namun, ketika gempa akan terjadi, koloni semut merah ini akan terus terjaga sepanjang malam di luar sarang mereka sekalipun situasi ini membuat mereka rentan diserang pemangsa.
Saat gempa usai, perilaku normal akan kembali meskipun tak serta-merta. Dalam penelitian itu, perilaku semut merah terpantau normal sehari setelah gempa berlalu.
Rekaman tiga tahun
Gabriele Berberich dan tim penelitinya mengamati perilaku semut merah di habitat aslinya di hutan. Penelitian dilakukan selama tiga tahun pada 2009-2012. Selama periode penelitian, perilaku semut merah direkam dalam video, 24 jam sehari.
Dalam rentang waktu penelitian, tercatat ada 10 kali gempa dengan kekuatan berkisar 2-3,2 skala Richter (SR). Dari peristiwa inilah, para peneliti menemukan perubahan perilaku setiap kali gempa bakal terjadi, yang itu pun hanya terjadi untuk gempa dengan kekuatan melebihi 2 SR. Gempa 2 SR juga merupakan kekuatan getaran terkecil yang bisa dirasakan manusia. 
Saat menjelaskan hasil kajiannya di pertemuan tahunan European Geosciences Union di Vienna, Austria, Kamis (11/4/2013), Berberich menjelaskan perubahan perilaku semut sebelum gempa bumi diduga ada kaitannya dengan reseptor yang mereka miliki. Perubahan perilaku ini juga dikaitkan dengan berubahnya emisi gas atau medan magnet bumi yang terjadi di habitat semut ketika gempa terjadi.
Berberich mengatakan, semut merah hutan memiliki dua reseptor. Keduanya ialah reseptor kimi (chemoreceptor) untuk mendeteksi kadar karbon dioksida dan reseptor magnet (magnetoreceptor) untuk "memantau" medan elektromagnet.
"(Namun) kami belum yakin mengapa atau bagaimana mereka bereaksi pada rangsangan atau stimulus yang muncul," aku Berberich sebagaimana dikutip OurAmazingPlanet, Kamis (11/4/2013). Karena itu, dia dan tim penelitinya berencana memperdalam kajian ini di wilayah dengan aktivitas kegempaan lebih tinggi untuk melihat reaksi semut-semut merah terhadap gempa yang lebih besar.
Penelitian ini juga mendapatkan temuan lain, masih terkait dengan semut merah hutan. Lokasi sarang semut ini ternyata juga memunculkan fakta unik. Para peneliti mendapatkan sekitar 15 ribu sarang semut di obyek penelitian dan mereka menyebut posisi sarang itu sebagai tumpukan permen di atas ban berjalan untuk menggambarkan barisan sarang itu di sepanjang patahan Jerman.

Editor :
Palupi Annisa Auliani


Ilmuwan Temukan "Gerbang Neraka"



ISTANBUL, KOMPAS.com — Arkeolog Italia menemukan "Gerbang Neraka" di daerah di Turki bernama Pamukkale. Gerbang Neraka ini diduga digunakan oleh masyarakat Yunani dan Romawi sebagai tempat menggelar ritual persembahan kepada dewa tanah.

Pengertian Gerbang Neraka pastinya bukan gerbang menuju neraka. Gerbang ini sejatinya merupakan goa, kadang juga disebut "Gerbang Pluto". Goa ini merupakan bagian dari mitologi Yunani dan Romawi Kuno.

Gerbang Neraka ditemukan oleh Francesco D'Andria, profesor arkeologi klasik dari University of Salento, Italia. Goa itu disebut Gerbang Neraka karena adanya gas beracun yang keluar darinya, mengakibatkan kematian pada hewan yang terjebak.

Sifat racun gas yang keluar dari goa itu pernah dicatat oleh ahli geografi Yunani Kuno, Strabo (64 SM - 24 M). "Goa ini penuh uap air dan pekat sehingga setiap orang akan sangat sulit melihat permukaan goa. Tiap hewan yang masuk ke dalamnya akan mati secara cepat," tulis Strabo.

"Saya melempar seekor burung gereja ke dalam goa tersebut, dan dalam waktu singkat burung itu kehabisan napas dan mati," tulis Strabo mendeskripsikan bagaimana ia membuktikan sifat racun gas dari Gerbang Neraka.

D'Andria sendiri membuktikan sifat racun gerbang itu saat ekskavasi. Banyak burung mati saat mereka bergerak mendekati goa. Mereka terbunuh oleh gas karbon dioksida konsentrasi tinggi dalam goa itu.

Alkisah, hanya para kasim Cybele, dewi kesuburan kuno, yang dapat memasuki gerbang itu. Para kasim itu menahan napas sebisa mungkin sehingga tak menghirup gas racun dari Gerbang Neraka.

D'Andria menemukan Gerbang Neraka setelah menjalankan penelitian arkeologi intensif di Kawasan Cagar Budaya Hierapolis. Didirikan pada tahun 190 SM oleh Eumenes II, Raja Pergamum, Hierapolis diserahkan pada Roma tahun 130 SM.

Kawasan Cagar Budaya Hierapolis terletak di kota Phrygia, berdekatan dengan Anatolia. Kompleks tersebut memiliki banyak kuil, panggung, serta permandian air panas yang dianggap sakral, yang dipercaya memiliki daya penyembuhan penyakit.

Seperti dikutip Discovery, Jumat (29/3/2013), D'Andria mengatakan, "Kami menemukan Plutonium (gerbang) dengan merekonstruksi rute dari mata air panas. Ya, pemandian air panas Pamukkale yang menghasilkan white travertine terrace bersumber dari goa ini."

Bersama dengan penemuan ini, D'Andria juga menemukan reruntuhan yang mungkin terjadi akibat gempa. Ada pula penyangga semikolom Ionic, tempat pijakan di atas goa, serta prasasti tanda pemujaan dewa bawah tanah, Pluto dan Kore. Temuan sesuai gambaran lokasi dalam berbagi dokumen.

Gerbang Neraka merupakan tempat menggelar ritual. Ritual mencakup prosesi menggiring hewan mendekati gerbang dan menariknya hingga masuk ke dalamnya dan mati. Ritual ini bisa disaksikan publik masa lalu.

"Orang-orang bisa melihat ritual sakral itu dari anak tangga, tetapi mereka tak dapat mendekat ke area di dekat mulut goa. Hanya para pemuka agama yang dapat berdiri di depan portal," ungkap D'Andria.
Sumber :
DISCOVERY
Editor :
yunan



Analisis Tinta Ungkap Keaslian Injil Yudas



ILLINOIS, KOMPAS.com — Injil Yudas yang kontroversial terus mengundang tanya. Salah satu yang dipertanyakan ialah kebenaran dokumen itu sebagai naskah kuno. Jangan-jangan naskah tersebut sebenarnya tulisan baru yang dibuat seolah-olah tua.

Tim ilmuwan yang dipimpin oleh Joseph Barabe dari McCrone Associate di Illinois baru-baru ini berhasil mengungkap keaslian Injil Yudas sebagai naskah kuno. Mereka melakukannya dengan studi tinta pada teks Injil Yudas.

Diberitakan Livescience, Senin (8/4/2013), Barabe menemukan bahwa tinta yang digunakan menulis terdiri dari dua macam, yaitu warna hitam dan coklat yang dicampur. Pencampuran dua macam tinta ini biasa dilakukan di masa lalu.

Untuk tinta hitam, jenis tinta yang digunakan dalam Injil Yudas adalah disebut lamp back. Jenis tinta ini sama dengan jenis tinta yang digunakan pada teks peradaban kuno hingga abad ketiga Masehi.

Namun, untuk jenis tinta coklat, Barabe menemui kejanggalan. Tinta coklat merupakan tinta yang kaya besi, disebut irol gall, tetapi miskin belerang. Biasanya, tinta coklat tersebut juga kaya akan sulfur.

Barabe menemukan tantangan untuk mencari apakah tinta coklat sejenis juga digunakan pada dokumen kuno lain. Ia kemudian mempelajari surat pernikahan serta surat tanah yang diterbitkan pada masa Mesir, yang didapatkan dari Museum Louvre.

Hasil studi menunjukkan bahwa surat pernikahan dan surat tanah pada masa lalu pun menggunakan tinta iron gall. Dengan demikian, Barabe yakin Injil Yudas memang merupakan naskah kuno, yang berasal dari tahun 280 Masehi.

Studi tinta memang menjadi keahlian Barabe. Lewat studi tinta, Barabe memutuskan apakah teks atau lukisan yang diklaim kuno memang benar-benar kuno. Sebelumnya, mereka berhasil mengungkap bahwa naskah "Archaic Mark" yang diklaim kuno ternyata palsu.

Hasil studi tentang Injil Yudas ini dipaparkan dalam American Chemical Society in New Orleans pada Senin lalu. Injil Yudas sendiri merupakan naskah kontroversial yang memotret Yudas Iskariot bukan sebagai pengkhianat, melainkan teman dekat Yesus yang mengetahui rencana Tuhan kepada Yesus.

Injil Yudas mengungkap alasan di balik ciuman yang dilakukannya sebelum Yesus diadili dan disalib. Jika Injil lain (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes) menyatakan bahwa Yudas berkhianat untuk 30 keping perak, Injil Yudas mengungkap bahwa Yudas melakukannya atas perintah Yesus, membebaskan roh Yesus dari raga-Nya.

Antariksa Waspadai Dampak Flare Matahari


Antariksa Waspadai Dampak Flare Matahari
JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah sekitar 12 tahun dalam kondisi tenang, sejak Maret, Matahari mulai bergejolak dengan memunculkan flare skala sedang, yaitu kelas M.
Pada Kamis (11/4/2013) pukul 14.16, teropong matahari milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional menunjukkan flare pada tingkat M 6,5. Flare terpantau muncul di daerah Matahari yang dinamai 1719.
"Karena mengarah ke Bumi, flare atau ledakan medan magnet Matahari diperkirakan akan menimbulkan dampak di Bumi akhir pekan ini," kata Thomas Djamaluddin, Deputi Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional bidang sains, pengkajian, dan informasi kedirgantaraan, di Jakarta, Jumat (12/4/2013).
"Sebelumnya flare kelas M tercatat pada 15 dan 22 Maret lalu," ujarnya.
Flare kelas M, bila fluks yang ditimbulkan antara 0,00001 hingga 0,0001 watt per meter persegi. Flare kecil bila kurang dari 0,00001 watt per meter persegi. Kelas ekstrem atau X bila fluks lebih dari 0,0001 watt per meter persegi.
Terjadinya flare, diawali dengan kemunculan banyak bintik Matahari. Bintik hitam di permukaan Matahari yang tampak pada teropong sesungguhnya puntiran garis medan magnet yang menembus permukaan Matahari. Fenomena Ini berpotensi menimbulkan flare, akibat terbukanya kumparan medan magnet. Selain melepaskan partikel berenergi tinggi, flare juga memancarkan radiasi gelombang elektromagnetik dan menimbulkan badai matahari.
Selain fenomena itu, juga akan muncul lontaran masa korona (corona mass ejection/CME).
Karena itu aktivitas matahari ini, jelas Thomas, akan mempengaruhi lingkungan ionosfer dan atmosfer bumi, hingga gangguan geomagnet antara lain ditandai dengan munculnya aurora di kawasan kutub.
"Dampak keseharian yang dirasakan manusia tidak ada, tetapi dapat memberikan gangguan pada satelit komunikasi yang menjadi sarana penting bagi manusia," katanya.
Gangguan pada dinamika atmosfer Bumi ini, belum diketahui pasti mekanismenya. Akan tetapi, diduga berkaitan dengan adanya sinar kosmik yang terpengaruh aktivitas Matahari. Selain itu, distribusi panas akan menyebabkan terjadinya perubahan daerah tekanan rendah atau tinggi dan liputan awan di Bumi.
Kondisi global ini dampaknya beragam di tingkat lokal, karena kondisi topografi setiap daerah berbeda.
Clara Yono Yatini, Kepala Pusat Sains Antariksa Lapan, belum lama ini memperkirakan aktivitas Matahari akan meningkat hingga mencapai puncaknya pada pertengahan tahun 2013. Bintik hitam Matahari diprediksi mencapai jumlah tertinggi yaitu hingga 90 buah.
Namun, sumber lain menyebutkan hingga 170 buah, sama dengan kejadian tahun 2000.
Pengamatan Lapan dengan teropong matahari menunjukkan, gangguan cuaca antariksa terjadi, yaitu pada tahun 2000, 2003, dan tahun 2005. Dampaknya yang muncul pada tahun-tahun itu, antara lain berupa gangguan komunikasi satelit dan padamnya jaringan listrik di beberapa negara.



Editor :
Agus Mulyad



Kamis, 04 April 2013

HIPERTENSI GESTASIONAL



Pengertian
Hipertensi gestasional atau hipertensi transien. Wanita dengan peningkatan tekanan darah yang dideteksi pertama kali setelah pertengahan kehamilan, tanpa proteinuria, diklasifikasikan menjadi hipertensi gestasional.Jika preeklampsia tidak terjadi selama kehamilan dan tekanan darah kembali normal setelah 12 minggu postpartum, diagnosis transient hypertension dalam kehamilan dapat ditegakkan.Namun, jika tekanan darah menetap setelah postpartum, wanita tersebut didiagnosis menjadi hipertensi kronik (NHBPEP, 2000). Hipertensi gestasional dan preeklampsia meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan seperti berat lahir bayi yang rendah dan kelahiran prematur.

Epidemiologi
Insiden : hipertensi gestasional adalah  penyebab utama hipertensi dalam kehamilan yang menyerang 6-7% ibu primigravida dan 2-4% ibu multigravida. Insiden ini meningkat pada kehamilan ganda dan riwayat preeklampsia.

Diagnosis
Diagnosa HG ditegakkan apabila tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolic ≥90 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu, dimana sebelum kehamilan tekanan darah subyek tersebut normal dan tekanan darah kembali normal pada 12 minggu setelah melahirkan.

Alogaritma dalam membedakan penyakit hipertensi dalam kehamilan (Wagner, 2004).
Diagnosis Hipertensi Gestasional:
1.      Didapatkan tekanan darah sistolik 140 atau diastolik 90 mm Hg untuk
 pertama kalinya pada kehamilan di atas 20 minggu
2.      Tidak ada proteinuria
3.      Tekanan darah kembali normal sebelum 12 minggu postpartum
4.      Diagnosis hanya dibuat pada postpartum
5.      Mungkin memiliki tanda-tanda atau gejala preeklampsia, misalnya, tidak
nyaman atau trombositopenia epigastrika

Pada waktu pertama kali diagnosis:
1.      Pemeriksaan perkiraan pertumbuhan janin dan volume air ketubannya. Bila hasil normal dilakukan pemeriksaan ulang, bila terjadi perubahan pada ibu.
2.      NST harus dilakukan pada waktu diagnosis awal. Bila NST non reaktif dan desakan darah tidak meningkat, maka NST ulang hanya dilakukan bila ada perubahan pada ibu.

Klasifikasi
a.       Hipertensi Gestasional Ringan: jika usia kehamilan setelah 37 minggu, hasil kehamilan sama atau lebih baik dari pasien normotensif, namun peningkatan kejadian induksi persalinan dan operasi caesar terjadi.
b.      Hipertensi Gestasional Berat: pasien ini memiliki tingkat yang lebih tinggi morbiditas ibu atau janin, lebih tinggi bahkan dibandingkan pasien preeklampsia ringan, kasus ini termasuk plasenta dan kelahiran prematur dengan kecil untuk usia gestasional normal.

Patogenesa hipertensi dalam kehamilan
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jeals. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, diantaranya yang banyak dianut adalah :
Teori kelainan vaskularisasi plasenta
1.      Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel
2.      Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
3.      Teori adaptasi kardiovaskularori
4.      genetic
5.      Teori defisiensi gizi
6.      inflamasi
1.    Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel
§      Iskemia plasenta, dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Plasenta yang mengalami iskemia akan menghasilkan radikal bebas/oksidan, salah satu yang dihasilkan adalah radikal hidroksil, yang bersifat toksis terhadap membran sel endotel dan dapat merubah lemak tak jenuh menjadi lemak peroksida yang akan merusak membran sel, nukleus, dan protein sel endotel.
§      Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan
Peroksida lemak sebagai bahan oksidan akan beredar dalam darah sebagai bahan toksin, yang paling mudah terpengaruh oleh bahan ini adalah sel endotel, karena sel endotel adalah yang paling dekat dengan aliran darah, dan mengandung banyak asam lemak yang dengan mudah dapat diubah menjadi lemak peroksida oleh oksidan hidroksil yang dihasilkan plasenta iskemik.
§      Disfungsi sel endotel
Endotel yang terpapar peroksida lemak akan mengalami kerusakan dan gangguan fungsi endotel, yang mengakibatkan :
§  Gangguan metabolisme prostaglandin yang normalnya adalah vasodilator kuat.
§  Agregasi trombosit ke daerah endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi tromboksan, yang merupakan vasokonstriktor kuat.
§  Peningkatan permeabilitas kapiler
§  Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, misalnya endotelin.
§  Peningkatan faktor-faktor koagulasi
2.      Intoleransi Imunologis Ibu-Janin
§      Pada kehamilan normal, tubuh ibu menerima hasil konsepsi, yang adalah benda asing, dengan baik. Disebabkan oleh adanya HLA-G, yang memodulasi sistem imun, sehingga tidak bereaksi terhadap hasil konsepsi.
§      Pada hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G. Berkurangnya HLA-G di sel desidua di daerah plasenta, menghambat invasi tropoblas dalam desidua, yang penting dalam memudahkan vasodilatasi pembuluh darah dan matriks di sekitarnya.                           

3.      Teori Genetik
Terdapat penelitian bahwa resiko hipertensi dalam kehamilan diturunkan dalam gen tunggal pada ibu.

4.      Adaptasi Kardiovaskuler
§      Pada kehamilan normal, pembuluh darah tidak peka terhadap bahan-bahan vasopressor, akibat adanya perlindungan dari sintesis prostaglandin oleh sel endotel.
§      Pada hipertensi dalam kehamilan, endotel kehilangan daya refrakternya terhadap bahan vasopressor, sehingga terjadi peningkatan kepekaan terhadap rangsangan dari bahan-bahan tersebut, hingga dalam tahap pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap rangsangan bahan vasopressor.

5.      Defisiensi Gizi
§      Penelitian lama menyebutkan bahwa terdapat hubungan adanya defisiensi gizi terhadap terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
§      Penelitian terbaru menyebutkan konsumsi minyak ikan dapat menurunkan resiko. Penelitian lainnya juga menyebutkan, wanita yang mengkonsumsi kalsium selama kehamilan, memiliki resiko lebih rendah mengalami HDK, dan angka kejadian preeklamsia lebih rendah pada wanita hamil yang diberi suplemen kalsium daripada hanya glukosa
6.      Inflamasi
§      Teori ini didasarkan pada fakta bahwa lepasnya debris fibroblas akan merangsang terjadinya inflamasi.
§      Pada kehamilan normal, hal ini juga terjadi, namun dalam batas wajar, sehingga proses inflamasi yang terjadi tidak menimbulkan masalah.
§      Disfungsi endotel mengakibatkan aktivasi leukosit yang sangat tinggi pada aliran darah ibu sehingga inflamasi yang terjadi bersifat sistemik.

Antenatal Care




Antenatal care adalah adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan untuk optimalisasi keadaan maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.

Tujuan
Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan ia sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. Ini berarti dalam antenatal care harus diusahakan agar :
a.       Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus sama
b.      sehatnya atau lebih sehat;
c.       Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini dan diobati,
d.      Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik dan metal

Tujuan Asuhan Antenatal yaitu :
a.       Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dan tumbuh kembang bayi;
b.      Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi,
c.       Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan,
d.      Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, Ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin,
e.       Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal

Fungsi Antenatal Care
a.        Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan
b.       Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan merujuk bila perlu
c.        Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi.


Cara Pelayanan Antenatal Care
Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :
a. Kunjungan Pertama
1) Catat identitas ibu hamil
2) Catat kehamilan sekarang
3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
4) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
5) Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium
6) Pemeriksaan obstetric
7) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan
mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi.
9) Penyuluhan/konseling.
b. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal:
1) Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 – 28).
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36dan sesudah minggu ke 36)
4) Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada gangguan atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam

Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat
penting.
a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14
1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.
2) Mendeteksi masalah dan menanganinya
3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan
4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi
5) Mendorong perilaku yang shat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya
b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28
Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala – gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada kehamilan ganda.
c. Trimester ketiga antara minggu 28-36
Sama seperti diatas, dtambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.
d. Trimester ketiga setelah 36 minggu
Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.

Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7 T”
a.       (Timbang) berat badan
b.      Ukur (Tekanan) darah
c.       Ukur (Tinggi) fundus uteri
d.      Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)
e.       Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
f.       Tes terhadap penyakit menular seksual
g.      Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

Intervensi Dalam Pelayanan Antenatal Care
Intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah perlakuan yang diberikan kepada ibu hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan.

Intervensi Dasar
a.       Pemberian Tetanus Toxoid
Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum, pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan bila diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dengan interval minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya ibu telah mendapatkan TT 2 kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka TT cukup diberikan satu kali (TT ulang). Untuk menjaga efektifitas
vaksin perlu diperhatikan cara penyimpanan serta dosis pemberian yang tepat.

Pemberian Vitamin Zat Besi
a.       Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat.
b.      Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi 60 Mg) dan Asam Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak di minum bersama teh atau kopi, karena mengganggu penyerapan.

Intervensi Khusus
a.       Faktor Risiko
a.        Umur dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun
b.      Paritas 0 dan lebih dari 3
c.       Interval kehamilan sekurang-kurangnya 2 tahun
d.      Tinggi badan kurang dari 145 cm
e.       Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
b.      Adanya kompllikasi kehamilan