a.
2.5.
Potensial Membran
Membran potensial merupakan potensial yang diakibatkan
oleh adanya perbedaan muatan pada sisi dalam dan sisi luar membran sel. Membran
potensial sangat berperan penting dalam berbagai fungsi sel seperti sel
kelenjar, hantaran saraf dan lain sebagainya. Proses yang berperan pada potensial membran
adalah difusi, transport aktif dan kebocoran Na dan K melalui membran. Terdapat 2 kondisi potensial membran, yaitu aksi
potensial dan resting membran (masa istirahat membran).
2.5.1.
Difusi
Difusi terjadi
karena sifat membran sel yang semipermeabel, oleh karena konsentrasi dalam sel
yang tinggi, ion K cenderung berdifusi keluar sel sehingga mengurangi muatan
positif didalam sel danmembentuk elektropositif di luar sel dan elektronegatif
di dalam sel. Didusi ion K terhenti setelah kondisi diluar sel mempunyai cukup
kekuatan (94 mV) untuk menolak keluarnya ion K dari dalam sel meskipun
konsentrasi ion K dalam sel masih jauh lebih lebih tinggi daripada diluar sel.
Namun ion Na mengalami kondisi yang sebaliknya, difusi ion Na akan terhenti
setelah mencapai beda potensial sebesar 61 mV. Tetapan sebesar 94 mV bagi ion K dan 61mV bagi ion
Na disebut sebagai Potensial Nernst.
Persamaan Nerst :
EMF = ± 61 log
Konsentrasi di dalam
Konsentrasi di luar
Bila
menggunakan rumus ini, biasanya telah diasumsikan bahwa potensial pada cairan
ekstraelulardi luar membran tetap pada potensial nol, dan potensial nernst
adalah potensial di dalam membran. Juga, tanda potensial adalah positif (+)
jika ion yang berdifusi dari dalam ke luar merupakan ion negatif (-) jika ion
ini merupakan ion positif. Jadi, bila konsentrasi ion kalium positif di sisi
dalam besarnya 10 kali konsentrasinya di sisi luar, mak log 10 adalah 1, jadi
potensial nernst yang dihitung menjadi -61 milivolt di dalam membran.
Persamaan Goldman
Persamaan Goldman menyatakan bahwa :
Bila membran bersifat semi permeabel terhadap
beberapa macam ion maka perkembangan potensial akibat proses difusi bergantung
pada 3 faktor :
- polaritas muatan listrik masing-masing ion
- permeabilitas membran
- konsentrasi masing-masing ion di sisi dalam dan
sisi luar membran
Persamaannya adalah sbb
EMF = -61 log CNa+i PNa+ + CK+i
PK+ + CCl-o PCl-
CNa+o PNa+ + CK+o
PK+ + CCl-i
PCl-
2.5.2.Transport
Aktif
Transport
aktif terjadi karena adanya pompa Na dan K yang bersifat elektrogenik oleh
karena lebih banyak mengeluarkan ion positif (3 ion Na akan keluar setiap 2 ion
K masuk). Kejadian ini menimbulkan gradien konsentrasi yang tinggi antara ion
Na dan ion K untuk modal awal agar terjadi difusi.
·
Na didalam sel / Na diluar sel
: 0,1
·
K didalam sel / K diluar
sel : 35,0
Kondisi-kondisi
Potensial Membran
Resting membran potensial merupakan potensial membran saat sel saraf
berada pada kondisi istirahat, biasanya sebesar -90 mV. Faktor yang berperan
pada resting membran meliputi :
·
Potensial difusi K (-94 mV)
·
Potensial difusi Na (+64 mV)
·
Pompa Na-K (-4 mV)
2.6 Potensial Aksi
2.6.1 . Penyebab potensial aksi
Potensial aksi ditimbulkan
oleh adanya sensasi yang dirasakan oleh tubuh. Sense berarti otak mendapatkan
informasi tentang keadaan lingkungan sekitar dan tubuh. Sejarahnya, Terdapat 5
rasa yang dapat kita terima yaitu bau, suara, rasa, sentuhan, dan cahaya. Pada
saat ini kita dapat membagi sensasi menjadi dua, yaitu :
A. general sense
Dimana reseptornya
secara luas tersebar di tubuh. General sense ini dapat dibagi menjadi 2 bagian
yaitu :
1. Somatic sense
Menyediakan
informasi sensorik tentang tubuh dan lingkungan sekitar, yang termasuk dalamnya
adalah sentuhan, tekanan, suhu, propriosepsi, dan nyeri.
2. Visceral sense
Menyediakan
informasi tentang keadaan organ internal, yang terutamanya nyeri dan tekanan.
B. Special sense
Lebih mengkhusus pada
struktur maupun penempatan pada organ tubuh. Yang termasuk dalam special sense
adalah bau, rasa, suara, cahaya, keseimbangan.
2.6.2. Komponen Potensial aksi
Untuk memahami lebih mendalam mengenai potensial aksi
ini, kita perlu megetahui tentang kanal-kanal
yang berperan. Pelaku utama yang menyebabkan peristiwa depolarisasi dan
repolarisasi membran saraf selama potensial aksi adalah kanal natrium bergerbang voltase. Namun bukan berarti hanya kanal
tersebut yang berperan. Kanal kalium bergerbang voltase juga berperan penting dalam meningkatkan
kecepatan repolarisasi membran. Dan kedua kanal ion ini akan menunjang pompa
Na-K serta kanal kebocoran Na-K.
- Kanal natrium bergerbang voltase
Kanal natrium bergerbang
voltase ini memiliki 3 keadaan yang berbeda. Kanal ini sendiri memiliki 2
gerbang, yaitu gerbang aktivasi yang berada dekat dengan sisi luar kanal, dan
gerbang inaktivasi yang letaknya dekat dengan sisi dalam kanal. Keadaan saat
potensial membran memiliki nilai -90 milivolt (potensial membran istirahat),
gerbang aktivasi dari kanal ini tertutup, dengan tujuan untuk mencegah masuknya
ion natrium melalui kanal ke bagian dalam serabut saraf.
-
Aktivasi
Ketika
potensial membran istirahat menjadi kurang negatif bila dibandingkan dengan
pada saat keadaan istirahat, potensial akan meningkat dari -90 milivolt menjadi
0, dan akhirnya mencapai suatu voltase (biasanya berkisar antara -70 dan -50
milivolt). Keadaan ini menyebabkan perubahan bentuk yang tiba-tiba pada gerbang
aktivasi, yang mambalikkan gerbang sepenuhnya hingga posisi terbuka yang
maksimal. Inilah yang disebut sebagai keadaan teraktivasi, yaitu ion natrium
berdifusi melalui kanal, yang dapat meningkatkan permeabilitas natrium membran
sebesar 500 – 5000 kali lipat
-
Inaktivasi
Kenaikan voltase yang sama
besarnya dengan yang membuka gerbang aktivasi juga akan menutup gerbang
inaktivasi. Walau begitu, gerbang inaktivasi menutup dalam waktu seperbeberapa
puluh ribu detik setelah gerbang aktivasi terbuka. Dengan kata lain, perubahan
bentuk yang membalikkan gerbang inaktivasi menajdi tertutup merupakan proses
yang lebih lambat daripada proses perubahan bentuk yang membuka gerbang
akivasi. Setelah kanal natrium tersebut terbuka dalam seperbeberapa puluh ribu
detik, gerbang inaktivasi akan menutup dan ion natrium tidak lagi dapat
berdifusi melewati membran. Pada saat iniliah potensial membran mulai pulih
kembali ke keadaan istirahat, atau yang biasa disebut debagai tahap repolarisasi.
Sifat penting lainnya mengenai
potensial aksi adalah bahwa gerbang yang inaktif tidak akan membuka lagi,
hingga potensial membran kembali ke atau mendekati nilai potensial membran
istirahat yang normal. Oleh karena itu, tidaklah mungkin bahwa kanal ion
natrium akan kembali terbuka sebelum adanya repolarisasi pada serabut saraf.
- Kanal kalium bergerbang voltase
Selama
keadaan istirahat, gerbang kanal ion kalium berada dalam keadaaan tertutup, dan
ion kalium terhalangi untuk melewati kanal ini menuju keluar. Namun ketika
potensial membran meningkat dari -90 milivolt menuju 0, perubahan voltase ini
menyebabkan perubahan bentuk yang membuka gerbang dan memudahkan peningkatan
difusi kalium keluar akson melewati kanal. Namun diakibatkan oleh sedikit lambatnya
pembukaan kanal ionkalium ini, pada banyak bagian, kanal kalium hany aterbuka
secara bersamaan ketika kanal natrium mulai tertutup akibat inaktivasi. Jadi,
menurunnya jumlah natrium yang masuk ke dalam sel dan peningkatan pengeluaran
kalium yang bersamaan waktunya dari sel secara bersama-sama mempercepat proses
repolarisasi, dan menimbulkan pemulihan sempurna pada potensial membran dalam
waktu seperbeberapa puluh ribu detik kemudian.
2.6.3. Mekanisme Potensial aksi
Potensial
aksi merupakan suatu perubahan cepat pada potensial membran yang menyebar
sepanjang serabut saraf. Setiap potensial aksi dimulai dengan perubahan
mendadak dari potensial membran negatif istirahat normal menjadi potensial
positif dan kemudian berakhir dengan kecepatan yang hampir sama dan kembali ke
potensial negatif. Untuk menghantarkan sinyal saraf, potensial aksi bergerak di
sepanjang serabut saraf sampai tiba di ujung serabut.
Tahapan potensial aksi adalah sebagai berikut :
- Tahap Istirahat
Tahap
ini merupakan potensial membran istirahat yang ada sebelum terjadinya potensial
aksi. Pada saat ini, membran dapat dikatakan “terpolarisasi”, karena selama
tahap ini erlangsung, potensial membrannya bersifat negatif dengan nilai
sekitar -90 milivolt.
- Tahap Depolarisasi
Pada tahap ini, membran secara tiba-tiba menjadi sangat
permeabel terhadap ion natrium. Hal ini menyebabkan kanal ion natrium terbuka
dengan sepat dan sejumlah besar ion
natrium yang bermuatan positif berdifusi masuk ke dalam akson. Keadaan membran
yang awalnya terpolarisasi dengan nilai -90 milivolt secara cepat menjadi
semakin positif, karena difusi natrium sekaligus menetralisir keadaan tersebut.
Hal ini meningkatkan potensial membran. Aktifnya kanal ion natrium pada awal
depolarisasi memunculkan suatu feedbac positif, berupa trigger untuk terbukanya
kanal-kanal ion natrium yang lain, sehingga natrium akan terus berdifusi ke
dalam akson hingga tercapai konsentrasi tertentu.
Pada serabut saraf besar (bermielin), sejumlah besar ion
natrium yang berdifusi ke dalam akson tersebut menyebabkan potensial mencapai
nilai 0, atau bahkan melampaui nilai 0 itu sendiri (menjadi sedikit positif).
Namun pada serabut saraf kecil (tidak bermielin), difusi ion natrium hanya
mampu menyebabkan potensial membran meningkat hingga nilai dibawah 0, dan tidak
pernah melampaui sampai keadaan positif.
- Tahap Repolarisasi
Tahapan ini berlangsung setelah tahap depolarisasi
berakhir, dan membran menjadi lebih permeabel terhadap ion kalium. Berakhirnya
tahap depolarisasi adalah ketika kanal ion natrium tertutup dengan cepat yang
diikuti oleh pembukaan kanal ion kalium secara lambat. Saat kanal ion kalium
telah terbuka secara sempurna, sejumlah besar ion kalium akan berdifusi keluar
akson secara cepat. Hal ini menyebabkan potensial membran yang tadinya menjadi
positif karena depolarisasi kembali bersifat negatif, dan ketika sifat negatif
itu telah dicapai, kanal ion kalium akan kembali menutup secara lambat.
4. Hiperpolarisasi
Setelah tahap repolarisasi berakhir, dikenal suatu
kondisi yang disebut positive after potential. Keadaan ini merupakan kondisi
potensial membran yang lebih negatif dari kondisi istirahat. Terjadi beberapa
milidetik setelah berakhirnya potensial aksi, terjadi akibat lambatnya
penutupan kanal ion K dan merupakan istilah yang salah kaprah akibat faktor
historis dalam pengukuran para ilmuan terhadap aksi potensial membran.
1.
Respons
all-or-none
a.
Stimulus
ambang untuk depolarisasi biasanya terjadi saat pada perubahan sekitar 15 mV sarnpai 20 mV dari keadaan potensial istirahat
b.
Begitu ambang depolartsasi
tercapai, potensial aksi akan terbentuk. Inilah yang disebut
respons all-or-none: Neuron akan merespon secara keseluruhan atau tidak merespons sarna sekali.
2.
Periode
refraktori
a.
Periode
refraktori absolut,
adalah waktu selama gerbang ion tertutup, dan gerbang K+ masih terbuka, dan serabut
saraf s: sekali tidak res pons if terhadap kekuatan stimulus lain. Masa berlangsung selama 1 milidetik.
b.
Periode
refraktori relatif
adalah masa setelah
masa refraktori ini berlangsung kurang dari 2 milidetik, dan
merupakan waktu dimana stimulus dengan
kekuatan yang lebih tinggi memicu potensial aksi yang kedua.
Pada beberapa potensial aksi, di grafiknya kita dapat
melihat suatu garis mendatar yang disebut plateau.
Hal ini disebabkan karena membran yang tereksitasi tidak segera mengalami
repolarisasi setelah depolarisasi, dan justru tetap pada keadaan mendatar
mendekati puncak potensial layak (spike potential) selama beberapa milidetik,
dan baru kemudian memulai tahap repolarisasi. Pendataran ini akan sangat
memperpanjang tahap depolarisasi. Misalnya pada potensial aksi di dalam serabut
otot jantung, pendatarannya berlangsung selama 0,2 sampai 0,3 detik dan
menyebabkan kontraksi otot jantung pada periode waktu yang sama.
Pendataran ini sendiri dapat disebabkan
oleh gabungan dari beberapa faktor. Sebagai contoh, pada otot jantung terdapa 2
kanal yang terlibat dalam tahap depolarisasi, yaitu: kanal natrium bergerbang
voltase, yang dikenal sebagai fast
channel, dan kanal natrium-kalsium, yang dikenal sebagai slow channel
(terbuka secara lambat). Proses terjadinya pendataran itu sendiri dapat terjadi
karena kanal natrium yang membuka dengan cepat tidak diimbangi dengan pembukaan
kanal natrium-kalsium. Jadi suatu waktu ketika depolarisasi melalui kanal natrium
telah mencapai tingkat maksimum, saatitu depolarisasi melalui kanal
natrium-kalsium belum mencapai titik puncak. Sedangkan faktor lainnya yang
mungkin bertanggung jawab adalah bahwa kanal kalium bergerbang voltase yang
berperan untuk mengawali repolarisasi terbuka lebih lambat dari biasanya,
bahkan seringkali tidak terbuka hingga akhir pendataran. Keadaan ini akan
memperlambat kembalinya potensial membran ke nilai negatif normal sekitar -80
sampai -90 milivolt.
Setelah terjadinya potensial
aksi, perlu dilakukan penetapan kembali gradien ion natrium dan kalium antar di
dalam dan di luar membran. Yang memiliki peranan penting dalam hal ini adalah pompa Na-K, yang terkait dengan
metabolisme energi. Transmisi setiap potensial aksi di sepanjang serabut saraf
akan sangat sedikit mengurangi perbedaan konsentrasi natrium dan kalium di sisi
dalam dan sisi luar membran, karena ion natrium berdifusi ke dalam selama
depolarisasi dan ion kalium berdifusi keluar selama repolarisasi. Untuk satu
potensial aksi, pengaruh ini begitu kecil sehingga tidak dapat diukur. Bahkan
100.000 sampai 50 juta impuls sitransmisikan oleh serabut saraf besar sebelum
perbedaan konsentrasi mencapai ke suatu nilai yang menyebabkan terhentinya
konduksi potensial aksi.
Walaupun begitu, dengan
berjalannya waktu, perbedaan konsentrasi ion natrium dan ion kalium pada
membran perlu ditetapkan kembali. Hal ini dapat dicapai melalui kerja pompa
Na-K. Prinsip kerja dari pompa ini adalah mengembalikan keadaan ketika ion
natrium telah berdifusi ke dalam sel dan dan ion kalium telah berdifusi keluar
sel saat potensial aksi. Karena pompa ini membutuhkan energi untuk bekerja,
dibutuhkan energi yang berasal dari sistem energi adenosin trifosfat (ATP)
melalui metabolisme aktif yang dilakukan sel.
Pompa Na-K ini akan aktif ketika terdapat rangsangan berupa kelebihan
ion natrium yang berkumpul di dalam membran sel. Aktivitas pemompaan ion
natrium dan kalium oleh pompa ini meningkat kira-kira sebanding dengan pangkat
tiga konsentrasi natrium intrasel. Jadi, bila konsentrasi natrium di dalam sel
meningkat dari 10 menjadi 20 mEq/L, aktivitas pompa tidak hanya meningkat dua
kali, namun meningkat hingga kira-kira delapan kali. Hal inilah yang dapat
menjelaskan, bagaimana proses penstabilan konsentrasi ion natrium dan kalium di
serabut saraf berlangsung denganbegitu cepat.
2.6.4 Transmisi Sinyal Pada Batang Saraf
-
Akson bermielin dan tidak bermielin
Serabut
saraf dibedakan menjadi serabut saraf besar (diselubungi mielin) dan serabut
saraf kecil (tidak diselubungi mielin).
Pada serabut saraf besar, bagian tengahnya adalah akson,
yang berfungsi dalam penghantaran potensial aksi. Di dalam akson terdapat aksoplasma yang merupakan
cairan intrasel yang kental. Akson ini diselubungi oleh mielin yang seringkali
lebih tebal daripada akson itu sendiri. Kira-kira setiap 1-3 mm sekali,
selubung mielin ini diselingi oleh nodus ranvier. Selubung mielin di sekeliling
akson dibentuk oleh sel Schwann, yang kemudian menyelubungi akson hingga
beberapa kali dan membentuk sel Schwann yang terdiri atas substansi lipid
sfingomielin. Substansi ini adalah insulator listrik yang sangat baik dan
mengurangi aliran ion yang melalui membran hingga 5000 kali lipat. Sedangkan
pada bagian nodus ranvier, ion-ion masih dapat mengalir dengan mudah melalui
membran akson di antara cairan ekstrasel dan intrasel di dalam akson.
-
Konduksi melompat pada akson bermielin
dari nodus ke nodus
Walaupun hampir tidak ada ion-ion yang dapat mengalir
melewati selubung mielin yang tebal pada saraf bermielin, ion-ion tersebut
dapat mengalir dengan mudah melewati nodus ranvier yang tidak bermielin. Oleh
karena itu, potensial aksi hanya terjadi
pada nodus. Namun potensial aksi tersebut dikonduksikan dari nodus ke
nodus, sehingga terlihat seperti melompat-lompat. Artinya, aliran arus listrik
mengalir melalui sekeliling cairan ekstrasel di luar selubung mielin dan
melalui aksoplasma di dalam akson dari nodus ke nodus, yang merangsang
nodus-nodus secara berurutan satu per satu. Penjalaran secara melompat ini
mempunyai 2 makna, yaitu:
b.
Konduksi melompat akan
menghemat energi akson karena hanya nodus saja yang berdepolarisasi, yang
memungkinkan kehilangna ion-ion sampai 100 kali lebih sedikit daripada yang
seharusnya terjadi seperti yang diperlukan, dan karena itu hanya membutuhkan
sedikit metabolisme untuk menetapkan kembali perbedaan konsentrasi natrium dan
kalium di antara membran setelah timbulnya serangkaian impuls saraf
-
Kecepatan konduksi pada serabut saraf
Kecepatan konduksi pada serabut saraf bervariasi antara
0,25 m/detik pada serabut tak bermielin yang sangat kecil, hingga sebesar 100
m/detik pada serabut mielin bermielin yang sangat besar
2.6.5. Mekanisme Penghantaran Impuls
Sinyal-sinyal saraf dihantarkan dari satu neuron ke neuron yang
lain/ berikutnya melalui batas antar
neuron (interneural junction) yang
disebut sinaps. Terdapat 2 macam sinaps :
- Sinaps kimia
Neuron presinaps
menyeksresikan bahan kimia yang disebut neurotransmitter. Bahan transmitter ini
akan bekerja pada reseptor protein dalam membran neuron berikutnya (neuron post
sinaps) sehingga neuron tersebut akan terangsang, menghambatnya atau mengubah
sensitivitasnya dalam berbagai cara.
- Sinaps
listrik
Ditandai oleh adanya saluran
langsung berupa tubular protein kecil (taut celah/ gap junction) yang
menjalarkan aliran listrik dari satu sel ke sel berikutnya.
Sinap selalu menjalarkan sinyal dalam 1 arah : dari neuron presinaps ke neuron postsinaps yang disebut
konduksi satu arah.
2.6.5.1. Mekanisme Pelepasan Transmiter
dari Ujung Presinaps ke Celah Sinaps
Adanya impuls menyebabkan potensial aksi menyebar di sepanjang ujung presinaps yang
mendepolarisasi terminal. Hal ini
menyebabkan terbukanya kanal ion Ca sehingga sebagian
besar ion Ca yang berada di celah
sinaps mengalir masuk membran presinapse.
Sewaktu ion Ca memasuki ujung
presinaps, ion-ion ini berikatan dengan protein pada permukaan sisi dalam
membran presinaps, yang disebut sisi pelepasan. Keadaan ini sebaliknya akan
menyebabkan kantong-kantong transmiter disekitar daerah itu akan berikatan dan menyatu dengan membran,
sehingga akhirnya akan membuka bagian luar membran melalui proses yang disebut
eksositosis. Akibatnya bahan-bahan transmiter ke luar menuju celah sinaps dan akan berikatan
dengan reseptor- reseptor yang terdapat pada membran post sinaps, sehingga
terjadi aktivasi membran postsinaps.
2.6.5.2. Tahap
pembentukan dan pelepasan asetilkolin pada sambungan neuromuskular
Tahap pembentukan dan
pelepasan asetilkolin adalah, sbb :
- Vesikel kecil, brukuran kira-kira 40 nanometer, dibentuk oleh aparatus golgi dalam badan sel motoneuron pada medula spinalis. Vesikel ini kemudian diangkut oleh aliran aksoplasma melalui inti akson dari badan sel pusat pada medula spinalis menuju ke sambungan neuromuskular yang terletak di ujung serat saraf. Kira-kira 300.000 vesikel-vesikel kecil ini berkumpul di bagian terminal saraf dari sebuah lempeng akhir otot rangka.
- Asetilkolin disintesis dalam sitosol serat saraf terminal namun kemudian diangkut melalui membran vesikel menuju ke bagian dalamnya, tempat asetilkolin disimpan dalam bentuk sangat pekat, dengan sekitar 10.000 molekul asetilkolin dalam setiap vesikel.
- Dalam keadaan istirahat, adakalanya vesikel bersatu dengan membran permukaan terminal saraf dan melepaskan asetilkolinnya ke dalam parit sinpas. Bila hal ini terjadi, sesuatu yang disebut potensial lempeng akhir miniatur, dengan kekuatan kira-kira 0,4 milivolt dan berlangsung selama beberapa milidetik, terjadi di daerah setempat serat otot akibat kerja dari paket molekul asetilkolin ini.
- Bila suatu potensial aksi tiba pada terminal saraf, hal ini akan banyak membuka saluran kalsium dalam membran terminal, sebab membran ini memiliki saluran kalsium bergerbang voltase yang berlimpah-limpah. Sebagai akibatnya, konsentrasi ion kalsium pada terminak meningkat 100 kali lipat, yang kemudian meningkatkan laju penggabungan vesikel asetilkolin dengan membran terminal kira-kira 10.000 kali lipat. Ketika masing-masing vesikel bergabung, permukaan luarnya robek melewati membran sel, jadi menimbulkan eksositosis asetilkolin ke dalam celah sinaps. Biasanya pada setiap potensial aksi, kira-kira 125 vesikel menjadi robek. Asetilkolin diuraikan oleh asetilkolinesterase menjadi ion asetat dan kolin, dan kolin secra aktif direabsorpsi ke dalam terminal saraf untuk digunakan kembali membentuk asetilkolin yang baru. Seluruh rangkaian peristiwa ini terjadi dalam waktu 5 sampai 10 milidetik.
- Setelah setiap vesikel melepaskan asetilkolinnya, membran vesikel menjadi bagian dari membran sel. Namun, jumlah vesikel yang tersedia dalam ujung saraf hanya cukup untuk memungkinkan penghantaran beberapa ribu impuls saraf. Oleh karena itu, agar fungsi sambugan neuromuskular dapat berlangsung terus, vesikel perlu ditarik kembali dari membran saraf. Penarikan kembali ini dicapai melalui endositosis. Dalam waktu beberapa detik sesudah potensial aksi selesai, pada membran saraf terminal muncul terowongan berlapis yang disebabkan oleh adanya protein kontraktil dari sitosol, khususnya protein klatrin, yang melekat di bawah membran dalam daerah vesikel asal. Dalam waktu kira-kira 20 detik, protein-protein berkontraksi dan menyebabkan terowongan melepaskan diri ke bagian dalam membran, jadi membentuk vesikel baru. Dalam waktu beberapa detik kemudian, asetilkolin ditranspor ke dalam vesikel ini, dan selanjutnya siap untuk masuk ke dalam siklus pelepasan asetilkolin yang baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar