- I. Mengetahui Mekanisme Apoptosis.
Mekanisme terjadinya Apoptosis adalah akibat dikatifkannya beberapa sinyal yang mencetuskan kematian, berkisar dari kurangnya faktor atau hormon pertumbuhan, sampai interaksi Ligand –reseptor positif dan agent-agent lesi spesifik sebagai tambahan ada koordinasi tapi sering pula ada hubungan yang berlawanan antara pertumbuhan sel dan apoptosis sebenarnya.
- Peran aktivitas
- Kadar ion kalsium
- Reseptor Makrofag.
- Regulasi genetik
Fragmentasi inti DNA yang cepat dan teratur sudah sejak lama dianggap pertanda utama dari apoptosis. Sinyal apoptosis dapat berasal dari luar maupun dari dalam sel. Dari luar sel, sinyal apoptosis dibawa oleh Sel T, yaitu protein Fas atau sinyal kematian lainnya misalnya protein Tumor Necrosis Factor (TNF). Bila protein-protein tersebut berikatan dengan masing-masing reseptornya, maka proses apoptosis dimulai. Sinyal apoptosis tersebut ditangkap oleh death domain yang teraktivasi oleh kehadiran Fas dan TNF. Sebelum dilanjutkan, apoptosis diyakinkan kembali untuk diteruskan atau dihambat melalui mekanisme seleksi oleh protein FLIP (Flice/caspase-8 inhibitory protein). Ekspresi yang berlebihan dari FLIP, akan menyebabkan proses apoptosis terhenti. FLIP inilah sebagai penyeleksi awal dan memastikan apakah sel layak atau tidak. Model penghambatan apoptosis melalui mekanisme FLIP terjadi pada apoptosis ekstrinsik yaitu mekanisme apoptosis dengan sinyal kematian berasal dari luar sel. Bila ekspresi FLIP rendah, maka sinyal kematian akan diteruskan oleh mediator apoptosis selanjutnya yaitu caspase-8.
Lingkungan sekitar dapat mempengaruhi kondisi sel. Beberapa protein dapat terekspresi pada kondisi lingkungan yang ekstrem. Protein Bax, yang merupakan anggota keluarga protein Bcl-2, merupakan protein pembawa sinyal apoptosis dari dalam sel. Ekspresi yang berlebihan dari Bax dalam sitoplasma, dapat menyebabkan membran mitokondria berlubang. Mitokondria adalah organ sel yang berfungsi sebagai tempat pembangkit energi sel. Rusaknya membran mitokondria menyebabkan sel kehilangan energi dan salah satu protein terpenting di dalamnya, yaitu cytochrome C lepas menuju sitoplasma. Sebelum Bax merangsek membran mitokondria, kerja protein tersebut harus mendapat izin terlebih dahulu dari protein Bcl-2. Bila tidak mengantongi izin, maka ekspresi protein Bcl-2 akan meningkat dan mendesak keberadaan protein Bax sehingga apoptosis tidak terjadi. Kehadiran cytochrome C di dalam sitoplasma dapat menyebabkan teraktivasinya protein Apaf-1, yang nantinya bersama-sama dengan caspase-9 akan melanjutkan perjalan akhir dari sinyal kematian. Mekanisme tersebut merupakan bagian dari jalur apoptosis intrinsik, yang dilihat dari asal sinyal kematian yaitu dari dalam sel. Perjalanan akhir sinyal apoptosis, akan dieksekusi oleh salah satu anggota keluarga protein caspase, yaitu caspase-3. Bila sinyal apoptosis sudah mencapai caspase-3, maka kepastian dari apoptosis sudah final. Caspase-3 akan memotong-motong protein histon yang berfungsi mengikat rangkaian DNA, menjadi beberapa bagian. Salah satu ciri khas dari sel yang mengalami apoptosis yaitu bentuk sel menjadi bulatan-bulatan kecil. Berbeda dengan kematian sel akibat nekrosis yang berbentuk tidak beraturan, bentuk bulatan-bulatan kecil ini dimaksudkan untuk memudahkan dan meringankan tugas makrofage yang berfungsi sebagai pencerna sel yang mati akibat apoptosis dan diangkut menuju sistem pembuangan (Anonim, 2009 (d)).
Jika dilihat secara morfologi melalui mikroskop proses apoptosis akan terlihat beberapa tahapan yaitu
- Pengerutan sel
- Kondensasi Kromatin (piknotik)
- Pembentukan tonjolan sitoplasma dan apoptosis.
- Fagositosis badan Apoptosis
Sedangkan fungsi dari apoptosis sendiri adalah
- Sebagai respon stress atau kerusakan DNA
- Sebagai upaya menjaga kestabilan jumlah sel
- Mekanisme penghancuran sel-sel yang tidak berguna
- Sebagai bagian dari pertumbuhan
- Regulasi sitem Imun (Anonim, 2009 (c)).
- II. Mengetahui Proses Nekrosis dan Degenerasi ditingkat sel.
- pembengkakan sel
- digesti kromatin
- rusaknya membran (plasma dan organel)
- hidrolisis DNA
- vakuolasi oleh Retikulum Endoplasma
- penghancuran organel
- lisis sel (Anonim, 2009 (b)).
- Nekrosis koagulativa : Nekrosis yang disebabkan oleh koagulasi dari protein sel, ini merupakan nekrosis structural.
- Nekrosis lemak : merupakan trauma dari jaringan lemak
- Nekrosis gangrenosa : merupakan nekrosis iskemik yang disebabakan oleh kuman
- Nekrosis fibrinoid : merupakan nekrosis yang disebabkan oleh timbunan fibrin.
- Degenerasi lemak : merupakan akumulasi lemak didalam sel, jadi pada sel berisi bercak lemak kecil netral. dan terjadi infiltrasi lemak.
- Degenerasi hialin : terjadi perubahan sel yang eosinofilik dan homogeny.
- Degenerasi mukoid : Merupakan akumulasi mukopolisakarida didalam sel. Inti sel akan terdesak ke tepi.
- Degenerasi Zenker : Meruakan gangguan yang disebabkan oleh akumulasi asam laktit di dalam sel.
- Degenerasi amilod : Merupakan gangguan akibat timbunan amiloid. dan sering disebit gangguan ini penyakit amiloidosis (Anonim, 2009 (j)).
- III. Mengetahui Susunan Membran Inti.
Pada selaput nukleoplasma membran berlapiskan anyaman yang terbuat dari filament intermedia yang pada mamalia terdiri dari tiga (3) protein yaitu lamina A,B,C. Anyaman filament ini disebut lamina nucleus. Protein lamina ini berikatan dengan protein integral maupun perifer dari selaput dalam. Protein-protein lamina ini juga berikatan dengan benang-benang halus yang disebut kromatin. Sedangkan pada selaput sitosol nucleus berhubungan langsung dengan reticulum endoplasma. Selaput ini penuh dipenuhi dengan ribosom. Pada permukaan selaput ini juga terjulur filament-filamen yang sebagian akan menempel dan berikatan dengan membrane organela lain (Marianti, 2007). Satu lagi yang harus kita ketahui bahwasannya pada membran ini juga mengandung beberapa enzim diantaranya adalah sitokrom, transferase, dan glukosa-6-fosfatase.
(Anonim, 2009 (i))
- IV. Mengetahui Mekanisme Pengaturan oleh Nukleus Terhadap Organela.
DNA pada nucleus juga membentuk RNA, dan RNA ini mempunyai fungsi yaitu :
- Messenger RNA (mRNA), berfungsi membawa kode genetik ke sitoplasma untuk mengatur sintesa protein
- 2.Transfer RNA (tRNA) untuk transport asam amino menuju ribosom untuk digunakan menyusun molekul protein
- 3.Ribosomal RNA (rRNA) untuk membentuk ribosom bersama dengan 75 protein lainnya (Anonim, 2009 (h)).
- V. Mengetahui Proses Fagositosis di Lisosom.
- Resepor-reseptor membran sel melekat pada permukaan ligan partikel
- Tepi mebaran diluar sekitar tempat perlekatan mengalami evaginasi ke luardan mengelilingi seluruh partikel. Secara bertahap lebih banyak reseptor membran yang melekat pada membran partikel. semua terjadi tiba-tiba untuk membentuk vesikel fagositik.
- Aktin dan fibril dalam sitoplasma mengelilingi vesikel fagositik dan berkontraksi diluarnya untuk mendorong vesikel ke bagian dalam.
- Protein kontraktil kemudian akan memeras vesikel dan mendorongya ke lam bagian dalam sel (Guyton, 1997).
- VI. Mengetahui Proses Diferensiasi dan Modifikasi sel.
Sedangkan untuk modifikasi sel merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan sel yang bertujuan untuk mengisi ruang tertentu pada jaringan atau memperbaiki bagian yang rusak. Diferensiasi sel dan modifikasi sel keduanya ditentukan oleh genom (Anonim, 2009 (e)).
- VII. Mengetahui Hubungan Nekrosis, Apoptosis, dan Degenerasi dengan Kerja Organela Prokariotik dan Eukariotik.
- VIII. Mengetahui Pengganti Organela yang Tidak Terdapat Pada Sel Prokariotik.
Pada bagian dalam membran plasma terdapat sitoplasma, ribosom dan nukleoid. Sitoplasma dapat mengndung vakuola yang yang banyak mengandung gula komplek atau bahan-bahan organic. Ribosom fungsinya sama yaitu tempat sintesis protein. Sedangkan untuk nukleoid merupakan daerah inti yang jernih yang terdapat kromosom yang dibentuk dari molekul DNA satu untai yang sirkuler dan mengandung informasi genetik (Marianti, 2007)
Padas sel prokariotik juga terdapat flagellum (jamak flagella) pada beberapa jenis bakteri (basilus dan spirilus). Tersusun dari protein flagalin yang berfungsi untuk pergerakan. Selain terdapat flagellum, sel prokarioti juga terdapat pili atau fimbriae yang berukuran lebih kecil dan lebih pendek dari flagel. Pili hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron. Dijumpai pada bakteri yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Organel ini mempunyai fungsi untuk melekatkan diri pada jaringan hewan atau tumbuhan yang merupakan sumber nutriennya (Anonim, 2009 (g)).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar