Pages

Minggu, 30 Juni 2013

Acer Aspire P3:Hybrid Ultrabook Untuk Duo Powerful Passion

Dalam satu dekade ini perkembangan dunia teknologi informasi meningkat dengan sangat cepat. Mulai dari handphone hingga laptop, sekarang menggunakan teknologi yang luar biasa hebatnya. Yang paling ngetren saat ini adalah ultrabook dan tablet. Kedua jenis piranti ini menunjukkan taringnya sebagai salah satu penemuan besar di awal abad 21 ini. Dengan ketipisannya, ultrabook menjadi pilihan bagi mereka yang harus mempunyai mobilitas tinggi dalam kehidupan mereka. Sedangkan tablet, yang awalnya untuk pengguna kantoran, sekarang menjadi peralatan multimedia paling dicari disaentero jagad IT.



Berkembangnya kedua piranti ini telah membuka ide besar baru dalam dunia teknologi informasi, yaitu dengan konsep penggabungan kedua alat ini. Maka jadilah hibridasi keduanya, salah satu yang paling fenomenal adalah Acer Aspire P3 Hybrid Ultrabook yang baru dirilis bulan kemarin. Menggabungkan teknologi ultrabook dan tablet, menjadikannya perangkat yang sangat multiguna dan efisien. Sepertinya Acer telah mampu menjawab kebutuhan orang saat ini, dengan menghadirkan perangkat sentuh seperti tablet dan kemampuan mengetik seperti notebook saat bekerja. Memang selayaknya disebut Hybrid Ultrabook.








Secara sekilas melihatnya, hybrid ultrabook ini merupakan perangkat yang ramping dengan berat hanya 0,97 kg saat posisi tablet dan berdimensi 190.77 (W) x 295,4 (D) x 9.95/10.15. Dihadirkan dengan dua pilihan prosesor yaitu Intel Core i3 dan Core i5, menjadikannya ultrabook hybrid yang bertenaga. Apalagi ditambah dengan baterai hemat daya dan storage SSD menjadikannya perangkat dengan mobilitas tinggi. Untuk konektivitas sudah termasuk lengkap dengan adanya Acer InviLing Nplify WiFi 802.11a/b/g/n dan Bluetooth 4.0, kemudian tersedia juga port USB 3.0 dan Micro HDMI. Dengan layar sebesar 11,6” dengan resolusi 1366x766 dilengkapi dengan panel IPS memberikan warna yang lebih indah seperti aslinya. Selain itu Acer Asspire P3 mendukung 10 poing multitouch yang dapat digunakan hingga 10 jari sekaligus. Masih ada lagi, yaitu dengan tambahan dua buah kamera, yang depan dapat digunakan sebagai video conference secara mumpuni sedangkan yang kedua berkaliber 5 MP mampu memberikan resolusi gambar yang maksimal dan dengan hasil yang sangat memuaskan. Untuk kebutuhan bermusik, dimanjakan dengan dua speaker yang telah memperoleh sertifikasi Dolby Home Theater V4 sehingga mampu menghadirkan suara yang sangat jernih.


Dengan fitur dan performa maksimal yang ditawarkan oleh Acer Aspire P3, sudah selayaknya untuk tidak membawa notebook dan tablet sekaligus. Acer Aspire P3 sudah menyediakan keduanya, bisa menjadi tablet dan notebook sekaligus. Dengan tambahan sistem operasi Windows 8 dengan berbagai komponen canggih didalamnya Acer Aspire P3 sepertinya sudah mampu untuk menjawab kebutuhan orang saat ini. Apalagi dalam paket penjualannya disertakan dengan aplikasi Virtual DJ berisi stem DJ Tiesto sehingga pengguna dapat nge-mix layaknya DJ terkenal Tiesto.

Dalam video yang disediakan Acer ditampilkan seorang asisten DJ Tiesto. Vernon adalah seorang kelihatannya agak dianggap remeh oleh banyak orang di diskotik itu. Tapi dia mempunyai kemauan untuk menjadi DJ juga. Hingga akhirnya ketika teknologi yang ia butuhkan untuk mewujudkan itu semua tersedia, dia tampil menggebrak dengan teknologi Acer Aspire P3-nya guna mewujudkan keinginannya. Setidaknya teknologi yang dia dapat dari perangkatnya bisa menyediakannya. Selain bekerja sebagai asisten yang sehari-hari berkutat pada pekerjaan, Vernon mampu bermain DJ secara professional hanya dengan ultrabooknya yang dialih fungsikan sebagai tablet dan berfungsi layaknya DJ sungguhan.

Passion saya memang bukan bermusik, apalagi DJ. Secara terus terang saya memang tidak terlalu menyukai musik nge-mix. Setidaknya saya mempuanyai beberapa passion tersembunyi dalam setiap hari dalam melangkah yang hanya bisa diwujudkan dengan teknologi saat ini. Karena saya masih mahasiswa dan banyak ilmu yang harus ditambah mumpung masih muda. Dari beberapa kemudahan teknologi yang membantu mengembangkan passion yang saat ini ada pada saya, setelah beberapa semester berlalu akhirnya ada juga yang nyantol dikepala saya. Kedua teknologi ini tidak bisa lepas sebagai kehidupan saya guna mewujudkan passion saya. Memang hanya sedikit hubungannya dengan peran saya sebagai mahasiswa. Hanya saja di masa depan nanti, pasti ada orang-orang akan membutuhkannya baik sebagai hobi, pekerjaan atau bahkan dalam berkarya ditengah lingkungan masyarakat. Dua teknologi dalam bidang IT terkini yang tidak pernah lepas dari laptop saya adalah software pengolah gambar Adobe Photoshop dan software guna belajar bahasa asing Rosetta Stone.

Di duia ini siapa yang tidak kenal Adobe Photoshop. Adobe Photoshop atau yang lebih sering dipanggil Photoshop saja merupakan salah satu perangkat lunak yang mendunia. perangkat lunak ini dikhusukan untuk pengeditan gambar/foto. Adobe Photoshop dianggap sebagai pemimpin pasar pengolah gambar dan foto. Dimulai dari passion milik Thomas Knoll pada tahun 1987 yang merupakan seorang mahasiswa Universitas Michigan yang ingin menampilkan gambar pada computer layar monokromnya, sekarang menjadi salah satu software pengolah gambar terbaik dunia. Maka tidak heran banyak orang berrlomba-lomba untuk belajar tentang Photoshop, termasuk saya. Photoshop telah menjadi bagian kehidupan seseorang sehari-hari, entah disadari atau tidak. Mungkin kita tidak sadar bahwa banyak iklan-iklan, brosur, poster, billboard dan sebagainya salah satunya mungkin dibuat dengan menggunakan program Photoshop. Tak heran jika saya pun tertarik untuk menggunakan software ini. Setidaknya saya bisa menggunakan bakat saya bidang seni visual dengan software ini. Walaupun bukan ahli seni lukis, software ini membantu segalanya. Karena tidak perlu repot-repot menggambar, yang diperlukan hanyalah bermodal foto.


Dengan sedikit sentuhan seniman amatir seperti saya, setidaknya sudah beberapa gambar indah hasil editan Photoshop dihasilkan. Beberapa waktu lalu terdapat perlombaan mengenai desain grafis, dan hasilnya menang menjadi juara harapan. Tak apalah setidaknya karya saya diakui, bahwa saya juga mempunyai passion yang kuat tentang Adobe Photoshop. Software ini sungguh hebat, kemudahan teknologi yang diberikan dan segala fitur yang ditawarkan sungguh membantu saya dalam mengembangkan passion yang sudah lama terpendam. Sudah selayaknya membangunkan raksasa talenta yang ada dengan kemudahan teknologi yang ada saat ini, apa lagi jika Acer Aspire P3 menemani. Akan tetapi Netbook mungil Acer Aspire One 725 yang saya punya kadang-kadang not enough memory jika harus menggunakan brush dengan ukuran besar. Seharusnya memang tidak menjadi masalah sebab yang terpenting harus terus move on walau dengan laptop kecil sekalipun. Dibawah ini merupakan gambar buatan saya. Mengambil tema lokal dengan sedikit sentuhan teknologi sudah cukup untuk membawa hadiah pemenang harapan. Yeah tentu kedepannya harus dikembangkan lagi dengan teknologi yang lebih baik.


Tidak lupa sebagai mahasiswa saya juga harus bisa fasih dalam bahasa asing. Mungkin di suatu hari nanti bahasa asing akan mengambil peran yang sangat besar dalam membantu peranku sebagai mahasiswa. Karena keterbatasan dana dan waktu yang tersedia, maka saya tidak pernah mengambil kursus bahasa asing. Apalagi sejak tersedianya software Rosetta Stone saat ini. Perangkat lunak ini tidak kalah hebatnya dengan Adobe Photoshop. Rosetta Stone sangat berguna bagi saya karena software ini menyediakan seperangkat pemrograman untuk belajar bahasa asing dengan mudah dan menyenangkan. Bahkan banyak lembaga menggunakan software ini antaralain NASA, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Wall Street dan lebih dari seratus ribu sekolah diseluruh dunia.



Tidak seperti buku atau video, Rosetta Stone mengutamakan interaksi dalam proses belajar. Perlengkapan teknologi yang tersedia saat ini sungguh membantu dalam belajar melalui Rosetta Stone. Dengan proses belajar yang dinamakan Dynamic Immersion dan teknologi computer yang sangat berkembang menjadikannya software powerful yang membantu mengembangkan passion saya saat ini. Sebagai mahasiswa kalau tidak menguasai bahasa asing, tentu akan tertinggal di dunia kerja nantinya. Setidaknya hal ini sangat saya sukai, bisa belajar khasanah bahasa diseluruh dunia. Akan lebih baik jika suatu saat nanti bisa berinteraksi dengan mereka semua. Menggunakan semua potensi yang dimiliki, mengembangkan passion ini dengan teknologi computer dan software Rosetta Stone. Passion yang kukembangkan ini bisa menjadi sangat bermanfaat, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga orang lain yang membutuhkan.


Vernon telah mampu membuktikan ditengah kesibukannya menjadi asisten DJ Tiesto, dia tetap dapat menyalurkan hobi dan passionnya yang terpendam lewat Acer Aspire P3. Saya masih bisa melanjutkan passion saya lewat Netbook Acer Aspire One 725, walaupun terkadang menjadi masalah ketika harus melakukan beberapa tugas yang butuh spesifikasi besar. Setidaknya saya tetap bisa bekerja dengan optimal dengan laptop ini, mungkin suatu saat ada hari dimana saya akan ahli dalam menggunakan Adobe Photoshop dan Rosetta Stone. Sepertinya Acer Aspire P3 mampu menjawab kebutuhan passion saya untuk mempelajari dua software dengan teknologi tepat guna diatas. Dengan layar sentuhnya, saya tidak perlu repot-repot menggerakkan mouse, karena sering terjadi kesalahan dalam melakukan seleksi gambar atau menggunakan brush photoshop. Dan dengan dukungan audio Dolby Home Theather V4 akan sangat membantu dalam proses belajar Rosetta Stone yang terutama mengandalkan Speaking dan Listening.

Jika Vernon saja dengan Acer Aspire P3 saja mampu menjadi idola cewek-cewek klub disana, mengapa saya tidak? Menggunakan passion sendiri dibidang seni grafis dan bahasa asing akan menjadi sesuatu passion yang paling berbeda diantara teman-teman sekampus. Memang bukan harapan saya untuk memikat wanita-wanita di kampus. Setidaknya dengan hybrid ultrabook ini mampu memenuhi kebutuhan dalam hal komputasi, dimana teknologi dapat mewujudkan passion semua orang. Menjadi orang yang professional sepenuhnya untuk mengusasai Adobe Photoshop dan mampu berbahasa asing melalui Rosetta Stone adalah harapan saya kedepannya.


Yang terakhir, tapi bukan untuk terakhir kalinya. Passion saya sebenarnya tidak pernah berhenti disini. Masih banyak yang harus passion yang harus dikembangkan. Ada beberapa software lagi yang menyangkut passion saya antara lain Adobe Illustrator dan Corel Painter. Tapi itu semua membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk mewujudkannya, lagipula laptop yang saya punya tidak cukup kuat untuk menjalankan software grafis yang berat.  Setidaknya mengusung teknologi hybrid antara ultrabook dan tablet, sepertinya Acer Aspire P3 mampu menjawab kebutuhan tersebut. Mungkin dengan ini passion saya akan lebih baik  dibanding Vernon yang senang bermain DJ atau malah DJ Tiesto. Well, segala sesuatu bisa saja terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar