Meskipun kadar testosterone dalam
darah menurun, keluhan sindrom klimakterik seperti pada wanita tidak segera
muncul. Keluhan dapat saja muncul beberapa tahun kemudian.
Proses penuaan pasti terjadi baik
perempuan maupun laki-laki, juga pada semua mahluk hidup. Hingga kini belum
ditemukan cara untuk mencegah proses penuaan. Penyebab penuaan adalah mulai
berkurangnya proses pertumbuhan, pembelahan sel, dan berkurangnya proses
metabolisme tubuh. Akibatnya, terjadi gangguan terhadap kulit, selaput lender,
tulang, system pembuluh darah, aliran darah, metabolisme vitamin, dan fungsi
otak.
Hormone testosterone masih terus
diproduksi meskipun sudah mencapai usia lanjut. Namun ada beberapa
factor-faktor tertentu yang dapat saja menyebabkan produksi testosterone
berhenti. Banyak obat yang mempengaruhi produksi testeosteron. Kelebihan berat
badan, puasa yang terlalu lama, narkotika, alcohol, dan stress dapat mengurangi
produksi testosterone. Bila factor-faktor tersebut dapat dihindari, testis akan
dapat memproduksi hormone lagi. Laki-laki yang sehat memiliki testosterone yang
tinggi dibanding laku-laki yang sakit.
Testosterone diproduksi oleh sel
Leydig berada di bawah control hipotalamus-hipofisis. Hipotalamus mengeluarkan
hormone pelepas gonadotropin. Hormone ini memicu hipofisis untuk mengeluarkan
hormone FSH dan LH. LH-lah yang sangat berperan dalam produksi testosterone.
Sebanyak 95% testosterone pada laki-laki berasal dari testis, sisanya berasal
dari glandula suprarenalis.
Sebagian besar testosterone dalam
darah terikat dengan protein, terutama albumin dan globulin. Sedangkan yang
aktif hanya testosterone yang bebas. Pada organ-organ tertentu, misalnya
prostate dan folikel rambut, testosterone baru dapat memiliki efek biologis
setelah terlebih dahulu diubah oleh enzim-enzim tertentu menjadi
dehidrotestosteron (DHEA). Di jaringan lemak atau pun otot, testosterone dapat
diaromatisasi menjadi estrogen. Jadi pada laki-laki gemuk sudah pasti kadar
estrogen dalam darahnya tinggi.
Keluhan yang muncul pada laki-laki
tidak hanya semata-mata disebabkan oleh reandahnya kadar testosterone saja,
tetapi juga dapat disebabkan oleh rendahnya hormone yang lain, seperti
estrogen, hormone pertumbuhan (GH), dan DHEA. Produksi GH menurun dengan makin
meningkatnya usia.
Kekurangan testosterone menyebabkan
berkurangnya rambut ketiak, rambut kemaluan, kulit menjadi tipis dan kering,
tulang menjadi keropos, massa
otot berkurang, jumlah lemak tubuh bertambah, testis mengecil, libido menurun,
dan berkurangnya kemampuan ereksi. Pembentukan sel-sel darah merah juga
dipengaruhi oleh androgen sehingga laki-laki kekurangan androgen menyebabkan
sel-sel darahnya berkurang dan terlihat pucat. Susuna saraf juga dipengaruhi
androgen. Androgen memperbaiki mental dan psikis menimbulkan perasaan sehat,
selalu menenangkan hati dan tidak depresi.
Androgen penting untui libodi dan
kemampuan seksual. Dengan meingkatnya usia, terjadi penurunan kadar
testosterone sehingga diduga pula bahwa seksualnya juga akan terpengaruh. Pada
laki-laki dengan kadar testosterone tinggi terbukti seksualnya meningkat,
dibandingkan dengan orang yang kadarnya rendah.
DIAGNOSIS
ANDROPAUSE
Keluhan dan perubahan fisik serta
rendahnya kadar hormone ketersediaan hayati testosterone dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis andropause. Juga disebabkan oleh menurunnya kadar hormone
yang lain seperti hormone pertumbuhan (GH), IGF I, dan DHEA’S. Tumor di
hipofisis menyebabkan rendahnya kadar bioavailable testosterone. Kadar protein
(SBHG) yang mengikat testosterone juga meningkat jumlahnya karena terjadi
peningkatan aromatisasi testosterone menjadi estrogen. Estrogen memicu sintesis
SBHG di hati sehingga terjadi peningkatan SBHG dalam darah.
Gejala klinis :
1. GEJALA
VASOMOTORIK, hot fkushes,
berkeringat, susah tidur, gelisah, dan takut
2. GEJALA VIRILITAS, berupa kurang tenaga, berkurangnya massa otot, rambut
kelamin berkurang, penumpukan lemak di perut, dan osteoporosis
3. GEJALA
KOGNITIF, mudah lelah,
menurunnya aktivitas tubuh, rendahnya motivasi, berkurangnya ketajaman mental,
depresi, hilangnya rasa percaya diri, dan menghargai diri sendiri.
4. GEJALA
SEKSUAL, menurunnya
libido, menurunnya aktivitas seksual, kualitas orgasme menurun, berkurangnya
kemampuan ereksi, dan berkurangnya volume ejakulasi.
TESTOSTERONE
DAN OSTEOPOROSIS
Rendahnya kadar androgen ada
hubungannya dengan berkurangnya massa
tulang pada laki-laki. Telah ditemukan reseptor androgen pada osteoblas manusia
dan telah dapat dibuktikan pada percobaan in vivo, bahwa androgen menghambat
aktivitas osteoklas. Pada wanita dan pria, tulang kortikal lebih banyak
memiliki reseptor androgen dibandingkan tulang trabekula. Data-data terakhir
membuktikan bahwa reseptor androgen tidak hanya di osteoblas, tetapi juga
ditemukan di osteosit, sel mononuclear dan sel-sel endothelium sumsum tulang.
Efek androgen terhadap tulang, baik pada wanita maupun pria tidak hanya
semata-mata karena efek langsung terhadap reseptor androgen, tetapi juga efek
tidak langsung terhadap reseptor estrogen melalui proses aromatisasi.,
pemberian testosterone terjadi peningkatan densitas mineral tulang.
METABOLISME
ANDROGEN DI TULANG
Testosteron bekerja secara langsung
terhadap reseptor androgen di tulang dan dapat juga bekerja melalui perubahan
testosterone menjadi dehidrotestosteron oleh enzim 5-alfa-reduktase.
Dehidrotestosteron memiliki ikatan yang lebih kuat terhadap reseptor
dibandingkan dengan testosteron. Selain itu, androgen dikonversi menjadi
estrogen oleh emzim P-450-reduktase. Di tulang, testosterone merupakan
prahormon estrogen sehingga proses aromatisasi terjadi baik di tulang wanita
maupun pada tulang pria.
Androgen memiliki efek stimulasi
terhadap proliferasi dan diferensiasi osteoblas. Androgen adrenal juga memiliki
efek yang sama. Insulin like Growth
factor-II (IGF-II) ikut berperan dalam proliferasi osteoblas. Pemberian
androgen meningkatkan transforming Growth
Factor-beta (TGF-β) di m-RNA,
protoonkogen tipe 1 dan alkali fosfatase di osteoblas. Pada pria
hipergonadisme, pemberian testosterone meingkatkan densitas mineral tulang,
baik tulang trabekular maupun tulang kortikal.
ANDROGEN,
FUNGSI KOGNITIF, DAN SUASANA HATI
Steroid seks telah terbukti dapat
mencegah atau menurunkan risiko demensia. Namun, masih belum diketahui secara
pasti efek testosterone terhadap otak. Telah ditemukan reseptor androgen di
bagian tertentu dari otak (hipotalamus daerah limbik). Beberapa penelitian memperlihatkan
meningkatnya dorongan seksual dan libido pada laki-laki yang diberi
testosterone. Pemberian testosterone juga meningkatkan suasana hati. Kadar
testosterone kelihatannya lebih tinggi pada musim semi.
Tidak ada perbedaan scoring
intelegensia (IQ) antara wanita dan pria, tetapi beberapa penelitian justru
melihat adanya perbedaan ini. Beberapa bukti menemukan tingginya IQ pada
laki-laki dengan kadar testosterone normal.
Otak memiliki enzim aromatase yang
memungkinkan mengubah testosterone menjadi estrogen. Enzim ini tidak ditemukan
di semua bagian otak, tetapi berada terutama struktur subkortikal dibanding
korteks serebral.
Testosterone juga mempengaruhi kadar
sirkulasi hormone adrenal. Kadar kortisol 10% lebih tinggi pada wanita daripada
pria. Kadar kortisol cenderung meningkat pada orang dewasa, bila dibandingkan
dengan kadar orang usia muda. Kontrol biasanya secara fisiologik meningkat pada
saat stress. Namun efek kortisol kronik dapat memperburuk fungsi kognitif,
dimana terjadi atrofi hipokampus yang merupakan bagian yang sangat penting dari
otak untuk menyimpan memori dan untuk mengingatnya kembali. Perlu diperhatika
bahwa testosterone dapat memiliki pengaruh langsung terhadap aksis
hipotalamus-hipofisis-adrenal atau secara tidak langsung melalui sekresi
androgen adrenal.
OBESITAS
VISCERAL, ANDROGEN, DAN RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULAR DAN DIABETES MELITUS
Androgen dikathui memiliki efek yang
lain terhadap tubuh yakni mempengaruhi massa
otot dan juga mempengaruhi distribusi lemak tubuh.
Perbedaan wanita dan pria terhadap
morbiditas penyakit kardiovaskular didasarkan atas perbedaan efek testosterone
terhadap profil lipid. Kemungkinan meningkatnya penyakit kardiovaskular pada
laki-laki berhubungan dengan distribusi lemak. Distribusi lemak terutama di
daerah gluteofemoral, sedangkan laki-laki terutama di daerah perut.
Banyaknya lemak di daerha tertentu
dari tubuh sangat bergantung pada jumlah dan luasnya sel-sel lemak. Sel-sel
lemak di daerah gluteofemoral lebih besar dibandingkan di daerah abdominal.
Aktivitas enzim lipoprotein lipase yang bertanggung jawab untuk penumpukan
trigliserid dalam sel-sel lemak dijumpai lebih tinggi di gluteofemoral daripada
di daerah abdominal. Sebaliknya lipolisis diatur oleh system hormone dan system
saraf simpatik. Katekolamin memicu lipolisis melalui reseptor β-adrenergik, sedangkan adrenoreseptor α2 menghambat
lipolisis. Testosterone memici reseptor β-adrenergik,
sedangkan estrogen-progesteron memicu adrenoreseptor α2. insulin
memicu stimulasi penumpukan lemak. Lemak visceral memiliki aktivitas metabolic
yang tinggi dari trigliserid sehingga banyak mengandung asam lemak bebas dalam
jumlha yang besar. Lemak visceral ini dikeluarkan ke vena portal dan akhirnya
masuk ke hati. Asam lemak bebas tersebut merupakan energi penting bagi tubuh.
Penelitian membuktikan bahwa lemak
visceral meningkat dengan meiningkatnya usia. Di sati pihak dikatakan adanya
korelasi terbalik antara jumlah lemak visceral dan insulin plasma. Di pihak
lain ditemukan korelasi terbalik antara lemak visceral dan kadar testosterone
serta SBHG. Bertambahnya jumlah lemak abdominal pada laki-laki terjadi pada
kadar testosterone yang rendah. Juga ditemukan korelasi antara kadar insulin
puasa dan testosterone terhadap perubahan lemak abdominal. Insulin menghambat
prodiksi SBHG di hati. Rendahnya kadar SBHG menyebabkan rendahnya kada
testosterone total dan meningkatkan kadar testosterone bebas. Telah dibuktikan
bahwa tingginya kadar lemak visceral berhubungan dengan rendahnya kadar SBHG
dan tingginya kadar 3α-diol glukuronid. Sebaliknya, turunnya berat badan menyebabkan
peningkatan kadar testosteronm dan SBHG. Meningkatnya kadar testosterone
berhubungan dengan berkurangnya lemak abdominal dan dengan plasma insulin.
Meningkatnya lemak abdominal erat kaitannya dengan tingginya kadar insulin dan
rendahnya kadar SBHG, serta rendahnya kadar total plasma testosterone dan
dengan meningkatnya metabolit testosterone.
Biasanya
oada laki-laki tua dijumpai peningkatan kadar SBHG. Ini semua mungkin sekali
disebabkan oleh penurunan hormone [ertumbuhan (GH) dan IGF-I. penelitian
membuktikan bahwa total testosterone yang rendah berhubungan dengan factor
risiko penyakit jantung koroner pada laki-laki. Penelitian prospektif menemukan
bahwa laki-laki dengan kadar testosterone dan kadar SBHG rendah mulai terkena
resistensi insulin plasma dan kadar leptin. Sitokin inflamatorik yang
dikeluarkan dari jaringan lemak menyebabkan lelah dan mengantuk pada laki-laki.
LEPTIN
Semua
mengetahui bahwa lemak diperlukan untuk kebutuha energi manusia dan merupakan
cadangan energi utama. Bila tubuh memerlukan energi yang banyak, lemak akan
mengeluarkan asam lemak bebas. Akan tetapi, dewasa ini ternyata terbukti kalau
lemak tidak hanya berfungsi menyeb\diakan energi, tetapi sel-sel lemak juga berfungsi
sebagai sel-sel endokrin yang meproduksi dan mensekresi molekul-molekul
tertentu dengan fungsi regulatorik. Fungsi endokrinologik sel lemak adalah
menghasilkan suatu zat yang disebut leptin. Sel-sel lemak subkutan lebih banyak
memproduksi leptin dibandingkan lemak visceral. Fungsi leptin terutama
menurunkan pengambilan makanan dan berperan dalam fisiologi reproduksi wanita.
Wanita yang kehilangan berat badan secara berlebihan sering mengalami amenorea.
Kemungkinan besar leptin berperan terhadap pengeluaran hormone pelepas
gonadotropin dan pengeluaran ini tidak
bisa terjadi bila massa
lemak berada di bawah nilai kritis seperti pada wanita dengan anoreksia nervosa
atau pada wanita yang berolahraga berlebihan seperti atlet.
Kadar
leptin lebih tinggi pada wanita daripada laki-laki. Ini membuktikan bahwa lemak
gluteofemoral lebih banyak menghasilkan leptin daripada lemak visceral.
Estrogen meningkatkan produksi leptin, sedangkan androgen menekan produksi
leptin. Reseptor leptin telah ditemukan
di sel Leydig dan menghambat testosterone
TESTOSTERONE DAN PROSTATE
Volume
prostate meningkat dengan meningkatnya usia pada laki-laki normal. Pada laki-laki yang hipogonad yang
tidak diberi pengobatan dengan androgen tidak terjadi penambahan volume
prostate dan kalaupun suatu saat diberikan androgen, maka penambahan volume
prostate tidak berbeda dengan laki-laki sehat yang usianya sama, dan hanya
terjadi sedikit pengeluaran urin.
Sel-sel
epithelial prostate memproduksi dua protease, yaitu prostate specific antigel (PSA) dan kalikrein glanduler yang
merupakan efek stimulasi androgen terhadap kelenjar prostate. Kedua kadar serum
PSA yang digunakan untuk memonitoring fungsi sekretorik prostate atau untuk
mendeteksi adanya hyperplasia prostate.
Sebagai
kesimpulan dapat dikatakan bahwa androgen akan memicu kangker prostate bagi
pasien-pasien yang memang telah ada kanker prostate. Pertanyaan yang rumit
dijawab adalah apakah lesi precursor yang telah ada dapat merubah ke
manifestasi klinik. Kemungkinan terjadinya stimulasi lesi precursor olah
testosterone selalu ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar