Pages

Kamis, 19 Januari 2012

Gregor Mendel dan Hukum Genetika



Ilmuwan pertama yang membuktikan bahwa pemindahan sifat tidak selalu meragukan tapi dapat mempunyai pola yang dapat diperkirakan, tidak berasal dari institusi, atau ilmiah, namun dari biara yang sunyi di Austria.
Pada pertengahan abad ke-16, Gregor Mendel , seorang rahib dari orde Augustin, dengan mengkombinasikan pemikiran yang logis, perhatian yang besar terhadap hibirdasi tanaman , dan bakat dalam analisa statistik, sampai pada suatu kesimpulan yang dikenal sebagai hukum-hukum genetika klasik.
Bagaimana dia dapat berhasil, sedangkan oran-orang sebelumnya gagal? Salah satu hal yang jelas adalah bahwa ilmu keturunan adalah ilmu kuantitatif yang menyangkut akumulasi data yang harus dipisahkan, dan hanya orang dengan pengetahuan matematis sperti Mendel dapat mengenali informasi-informasi tertentu dalam data. Dengan hukum Mendel sebagai penuntun, sekarang kita tidak memerlukan ahli matematika untuk dapat mengerti pola-pola dasar pewarisan. Sebab lain dari keberhasilan Mendel adalah pilihan yang kebetulan dari sifat—sifat yyang ditelitinya.
Mendel mempunyai berbagai kelebihan lain daripada hanya kegemaran pada matematika dan nasib baik. Dia berhasil terutama karena memiliki kemampuan untuk menyusun suatu kriteria untuk melakukan eksperimen yang hingga sekarang harus di lakukan dalam studi genetika, jika hanya hendak dicapai hasil yang berarti. Aplikasi yang tepat dar kriteria inilah yang menghasilkan formulasi hukum Mendel bagi genetika, yang menyebabkan orang yang brilian tapi sederhana ini mendapat julukan “Bapak Genetika.
Mendel sadar bahwa pilihan atas material eksperimen adalah sangat penting. Ucapannya adalah:
Tanaman-tanaman eksperimen harus :
1.       Mempunyai sifat-sifat yang dapat dibedakan secaram konstan
2.       Hibrida-hibrida tanaman itu pada pola berbunga harus dilindungi dari pengeruh tepung sari, atau kepadaya mudah dilakukan perlindungan
3.       Hibrida-hibrida itu dan turunannya tidak boleh mengalamimgangguan yang nyata dalam fertilitas pada generasi-generasi berikutnya.
Kriteria-kriteria ini kelihatannya jelas. Jika sifat-sifat yang dipilih bagi penelitian tidak merupakan sifat-sifat berbeda yang konstan dan berubah dari generasi ke generasi, jelas pemindahannya tidak akan dapat ditelusuri. Jika tanaman-tanaman yang diserbuki oleh tanaman-tanaman lain yang diketahui, maka jelas bahwa material genetis yang lain daripada yang diteliti akan diperkenalkan dan hasilnya akan tidak berarti. Dan pasti, jika dilakukan suatu persilangan yang menyebabkana sterilitas pada keturunannya, ini akan menghentikan eksperimen seketika dalam satu generasi, dan satu generasi tidak  merupakan pola.
Banyak usaha yang ditujuakan ke arah penjelasan pewarisan tidak berhasil, karena tidak seorang pun sebelum Mendel memahami pentingnya menggunakan sifat yang sederhana, tidak berubah-ubah dalam sistem yang dapat dikendalaikan sepenuhnya olehpeneliti. Waktu dan sekali lagi dalam sejarah usaha-usaha ilmiah, diperlukan seorang genius untuk mengenali beberapa aspek dari suatu persoalan yang kemudian nampaknya begitu jelas.
Tanaman yang memenuhi semua kriteria Mendel adalah ercis, yang pembiakannya mudah ia kendalikan, karena tanaman ini dapat mengadakan penyerbukan sendiri maupun penyerbukan silang. Di pekarangan biara, Mendel melakukan persilangan dan mencatat sifat-sifat dari puluhan ribu tanaman dalam waktu delapan tahun.
Mendel memilih 7 sifat yang berbeda-beda bagi penelitiannya.
Dua diantaranya akan dibahas di sini secara mendalam: perbedaan tingginnya batang dan perbedaan warna polong yang belum matang. Untuk tiap sifat ini, Mendel membiakkan tanaman sehingga menjadi seragam dalam sifat—sifat yang kontras, jadi memenuhi kriteria pertama. Misalnya, dia menyilangkan tanaman-tanaman tinggi, kira-kira 6 kaki, denga tanaman—tanaman lain yang juga tinggi, hingga semua keturunannya mempunyai tinggi seragam, baik dengan cara penyuerbukan silang maupun penyerbukan sendiri. Dengan cara yang sama, tanaman-tanaman yang pendek dibiakkan satu sama lain hingga keturunan yang dihasilkan seluruhnya pendek-pendek seragam, kira-kira 1,5 kaki.

Penemuan Kembali Hukum-Hukum Mendel
Orang akan mmenyangka bahwa presentasi hasil karyanya pada tahun 1865 akan menimbulkan kegemparan. Tapi sayang bagi Mendel dan dunia ilmiah, tidak seorangpun mengakui implikasi penemuannya dan dia tidak dihiraukan sama sekali.
Hal ini berlangsung hingga pergantian abad, ketika 3 orang ahli biologi DeVries dari Belanda, Tschemark dari Austria, dan Correns dari Jerman secara serentak menemukan kembali hukum—hukum Mendel dan lahirlah ilmu genetika.akan tetapi Mendel sudah tiada untuk dapat melihat pengakuan ini. Ia telahh meninggal pada tahun 1884.

Senin, 02 Januari 2012

Pengertian Stress dan General Adaptation Syndroms



(1)   Difinisi Stres Menurut Para Ahli
Dari sudut pandang ilmu kedokteran, menurut Hans Selye seorang fisiologi dan pakar stress yang dimaksud dengan stress adalah suatu respon tubuh yang tidak spesifik terhadap aksi atau tuntutan atasnya.Jadi merupakan repons automatik tubuh yang bersifat adaptif pada setiap perlakuan yang menimbulkan perubahan fisis atau emosi yang bertujuan untuk mempertahankan kondisi fisis yang optimal suatu organisme. Dari sudut pandang psikologis stress didefinisikan sebagai suatu keadaan internal yang disebabkan oleh kebutuhan psikologis tubuh atau disebabkan oleh situasi lingkungan atau sosial yang potensial berbahaya, memberikan tantangan, menimbukan perubaha-perubahan  atau memerlukan mekanisme pertahanan seseorang. Suwondo(1996) mendifinisikan stess sebagai suatu keadaan psikologik yang merupakan representatif dari transaksi khas dan problematika antara seseorang dengan lingkungannya.
Menurut Lazarus dan folkman stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh(kondisi penyakit, latihan, dll) atau diakibatkan kondisi lingkumgan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untik melakukan coping.
Rice mengatakan bahwa stres adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan yang menyebabkan  individu merasa tegang. Atkinson mengemukakan bahwa stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang.Situasi ini disebut sebagai penyebab stres dan reaksi individu terhadadap situasi stres ini disebut sebagai respon stres.
Lazarus menjelaskan bahwa stres juga dapat diartikan sebagai :
1.      Stimulus, yaitu  stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres atau disebut juga dengan stressor.
2.      Respon, yaitu stres merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara fisiologis, seperti : jantung berdebar, gemetar dan pusing serta psikologis seperti : takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
3.      Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat memepengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Reaksi fisiologis tubuh terhadap perubahan-perubahan akibat stress disebut sebagai general adaption syndrome, yang terdiri dari tiga fase:
a.       Alarm reaction(reaksi peringatan) pada fase ini tubuh dapat mengatasi stressor(perubahan) dengan baik. Apabila ada rasa takut atau cemas atau khawatir tubuh akan mengeluarkan adrenalin, hormon yang mempercepat katabolisme untuk menghasilkan energi untuk persiapan menghadapi bahaya mengacam. Ditambah dengan denyut jantung bertambah dan otot berkontraksi.
b.      The stage of resistance( reaksi pertahanan). Reaksi terhadap stressor sudah mencapai atau melampaui tahap kemampuan tubuh. Pada keadaan ini sudah dapat timbul gejala-gejala psikis dan somatis. Respon ini disebut juga coping mechanism. Coping berarti kegiatan menghadapi masalah, misalnya kecewa diatasi dengan humor, rasa tidak senang dihadapi dengan ramah dan sebagainya
c.       Stage of exhaustion( reaksi kelelahan). Pada fase ini gejala-gejala psikosomatik tampak dengan jelas. Gejala psikosomatis antara lain gangguan penceranaan, mual, diare, gatal-gatal, impotensi, exim, dan berbagai bentuk gangguan lainnya. Kadang muncul gangguan tidak mau makan atau terlalu banyak makan.
Menurut Hans Selya membagi stress membagi stress dalam 3 tingkatan,
a.       Eustress adalah respon stress ringan yang menimbulkan rasa bahagia, senang, menantang, dan menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi bersifat positif, misalnya lulus dari ujian, atau kondisi menghadapi suatu perkawinan.
b.      Distress merupakan respon stress yang buruk dan menyakitkan sehingga tak mampu lagi diatasi
c.       Optimal stress atau Neustress adalah stress yang berada antara eustress dan distres, merupakan respon stress yang menekan namun masih seimbang untuk menghadapi masalah dan memacu untuk lebih bergairah, berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan berani bersaing.
Menurut Lazarus dan Folkman, kondisi fisik, lingkungan, dan sosial merupakan penyebab dari kondisi stres disebut dengan stressor.Istilah stressor pertama kali diperkenalkan oleh selye. Jenis –jenis stressor dikelompokkan sebagai berikut : masalah perkawinan, masalah keluarga, masalah hubungan interpersonal, masalah pekerjaan, lingkunagn hidup, masalah hukum, keuangan, perkembangan penyakit fisis dan lain-lain
Macam-macam Stressor
Adapula yang membagi stressor menjadi:
a.       Stressor fisis : seperti panas, dingin, suara bising dan sebagainya
b.      Stressor sosial seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, pekerjaan, karir, masalah       keluarga, hubungan intepersonal, dan lain-lain.
c.       Stessor psikis misalnya frustasi, rendah diri,perasaan berdosa, masa depan yang tidak jelas dan sebagainya.
Lazarus dan Cohen mengklasifikasikan stressor ke dalam tiga kategori, yaitu :
1.      Cataclysmic events
Fenomena besar atau tiba-tiba terjadi, kejadian-kejadian penting yang mempengaruhi banyak orang, seperti bencana alam.
2.      Personal stressor
Kejadian-kejadian penting yang mempengaruhi sedikit orang atau sejumlah orang tertentu, seperti krisis keluarga.
3.      Background stressor
Pertikaian atau permasalahan yang biasa terjadi setiap hari, seperti masalah dalam pekerjaan dan rutinitas pekerjaan.
Ada beberapa jenis-jenis stressor psikologis (dirangkum dari folkman, 1984; Coleman,dkk,1984 serta Rice, 1992) yaitu:
1.      Tekanan (pressures)
Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentu.Secara umum tekanan mendorong individu untuk meningkatkan performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari  dan memiliki bentuk yang berbeda-beda pada setiap individu. Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber daya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya, bahkan bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptive. Tekanan dapat berasal dari sumber internal atau eksternal atau kombinasi dari keduanya.Tekanan internal misalnya adalah sistem nilai, self esteem, konsep diri dan komitmen personal. Tekanan eksternal misalnya berupa tekanan waktu atau peranyang harus dijalani seseorang, atau juga dpat berupa kompetisi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat antara lain dalam pekerjaan, sekolah dan mendapatkan pasangan hidup.
2.      Frustasi
Frustasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi juga dapat diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam, seperti misalnya  timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi.
3.      Konflik
Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespon langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam waktu bersamaan. Ada 3 jenis konflik yaitu :
a.       Approach – approach conflict, terjadi apabila individu harus satu diantara dua alternatif yang sama-sama disukai, misalnya saja seseorang sulit menentukan keputusan diantara dua pilihan karir yang sama-sama diinginkan. Stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan.
b.      Avoidence – avoidence conflict, terjadi bila individu diharapkan pada dua pilihan yang sama- sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang hamil muda yang hamil diluar nikah, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi di sisi lain ia belum mampu secara mental dan finansial untuk membesarkan anaknya nanti. Konflik jenis ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu untuk menyelesaikannya karena masing-masing alternatif memilki konsekuensi yang tidak menyenangkan.
c.       Approach – avoidence conflict, adalah situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama, misalnya seseorang yang berniat berhenti merokok, karena khawatir merusak kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan sisa hidupnya kelak tanpa rokok
Berdasarkan pengertian stressor diatas dpat disimpulkan kondisi fisik, lingkungan dan  sosial yang menjadi penyebab dari kondisi stres.


Apoptosis


  1. I. Mengetahui Mekanisme Apoptosis.
Apoptosis merupakan suatu proses kematian sel yang terprogram, diatur secara genetik, bersifat aktif, ditandai dengan adanya kondensasi chromatin, fragmentasi sel dan pagositosis sel tersebut oleh sel tetangganya, serta merupakan proses penting dalam pengaturan homeostasis normal, proses ini menghasilkan keseimbangan dalam jumlah sel jaringan tertentu melalui eliminasi sel yang rusak dan proliferasi fisiologis dan dengan demikian memelihara agar fungsi jaringan normal (Bimantara, 2009). Secara kronologis tahapan yang terjadi adalah yang pertama fragmentasi DNA, selanjutnya penyusutan dari sitoplasma, perubahan pada membran, yang terakhir kematian sel tanpa lisis atau tanpa merusak kematian sel tetangga (Anonim, 2009 (b)).
Mekanisme terjadinya Apoptosis adalah akibat dikatifkannya beberapa sinyal yang mencetuskan kematian, berkisar dari kurangnya faktor atau hormon pertumbuhan, sampai interaksi Ligand –reseptor positif dan agent-agent lesi spesifik sebagai tambahan ada koordinasi tapi sering pula ada hubungan yang berlawanan antara pertumbuhan sel dan apoptosis sebenarnya.
  1. Peran aktivitas
Mekanisme terjadinya apopotosis untuk tiap sel berbeda-beda. Aktivasi mekanisme apoptosis untuk tiap sel tertentu disebabkan oleh aktivitas yang berbeda-beda pula.
  1. Kadar ion kalsium
Apabila terjadi aktivitas stimulus terhadap sel dan aktivitas apoptosis , akan terjadi peningkatan kadar ion Ca++ didalam inti sel. Ion Ca++ ini mengaktifkan enzim Kalsium dependen Nuklear Indo Nuklease yang terdiri dari Endonoklease, Protease Transglutaminase.
  1. Reseptor Makrofag.
Proses Fagositosis terhadap apoptotic bodies atau sel lain ditentukan oleh reseptor yang ada di permukaan makrofag atau sel fagosit tersebut: contoh sel makrofag yang mengandung viktonektin reseptor, suatu beta 3 integrin, memudahkan fagositas apoptotic netropil.
  1. Regulasi genetik
Beberapa gen bila distimulasi akan menyebabkan apoptosis, seperti Heta shock protein dan proto onkogen. Tetapi stimulasi gen ini tidak berhubungan langsung dengan proses mulainya apoptosis (Bimantara, 2009).
Fragmentasi inti DNA yang cepat dan teratur sudah sejak lama dianggap pertanda utama dari apoptosis. Sinyal apoptosis dapat berasal dari luar maupun dari dalam sel. Dari luar sel, sinyal apoptosis dibawa oleh Sel T, yaitu protein Fas atau sinyal kematian lainnya misalnya protein Tumor Necrosis Factor (TNF). Bila protein-protein tersebut berikatan dengan masing-masing reseptornya, maka proses apoptosis dimulai. Sinyal apoptosis tersebut ditangkap oleh death domain yang teraktivasi oleh kehadiran Fas dan TNF. Sebelum dilanjutkan, apoptosis diyakinkan kembali untuk diteruskan atau dihambat melalui mekanisme seleksi oleh protein FLIP (Flice/caspase-8 inhibitory protein). Ekspresi yang berlebihan dari FLIP, akan menyebabkan proses apoptosis terhenti. FLIP inilah sebagai penyeleksi awal dan memastikan apakah sel layak atau tidak. Model penghambatan apoptosis melalui mekanisme FLIP terjadi pada apoptosis ekstrinsik yaitu mekanisme apoptosis dengan sinyal kematian berasal dari luar sel. Bila ekspresi FLIP rendah, maka sinyal kematian akan diteruskan oleh mediator apoptosis selanjutnya yaitu caspase-8.
Lingkungan sekitar dapat mempengaruhi kondisi sel. Beberapa protein dapat terekspresi pada kondisi lingkungan yang ekstrem. Protein Bax, yang merupakan anggota keluarga protein Bcl-2, merupakan protein pembawa sinyal apoptosis dari dalam sel. Ekspresi yang berlebihan dari Bax dalam sitoplasma, dapat menyebabkan membran mitokondria berlubang. Mitokondria adalah organ sel yang berfungsi sebagai tempat pembangkit energi sel. Rusaknya membran mitokondria menyebabkan sel kehilangan energi dan salah satu protein terpenting di dalamnya, yaitu cytochrome C lepas menuju sitoplasma. Sebelum Bax merangsek membran mitokondria, kerja protein tersebut harus mendapat izin terlebih dahulu dari protein Bcl-2. Bila tidak mengantongi izin, maka ekspresi protein Bcl-2 akan meningkat dan mendesak keberadaan protein Bax sehingga apoptosis tidak terjadi. Kehadiran cytochrome C di dalam sitoplasma dapat menyebabkan teraktivasinya protein Apaf-1, yang nantinya bersama-sama dengan caspase-9 akan melanjutkan perjalan akhir dari sinyal kematian. Mekanisme tersebut merupakan bagian dari jalur apoptosis intrinsik, yang dilihat dari asal sinyal kematian yaitu dari dalam sel. Perjalanan akhir sinyal apoptosis, akan dieksekusi oleh salah satu anggota keluarga protein caspase, yaitu caspase-3. Bila sinyal apoptosis sudah mencapai caspase-3, maka kepastian dari apoptosis sudah final. Caspase-3 akan memotong-motong protein histon yang berfungsi mengikat rangkaian DNA, menjadi beberapa bagian. Salah satu ciri khas dari sel yang mengalami apoptosis yaitu bentuk sel menjadi bulatan-bulatan kecil. Berbeda dengan kematian sel akibat nekrosis yang berbentuk tidak beraturan, bentuk bulatan-bulatan kecil ini dimaksudkan untuk memudahkan dan meringankan tugas makrofage yang berfungsi sebagai pencerna sel yang mati akibat apoptosis dan diangkut menuju sistem pembuangan (Anonim, 2009 (d)).
Jika dilihat secara morfologi melalui mikroskop proses apoptosis akan terlihat beberapa tahapan yaitu
  1. Pengerutan sel
Sel berukuran lebih kecil , sitoplasmanya padat, meskipun organella masih normal tetapi tampak padat.
  1. Kondensasi Kromatin (piknotik)
Ini gambaran apoptosis yang paling khas. Kromatin mengalami agregasi diperifer dibawah selaput dinding inti menjadi massa padat yang terbatas dalam berbagai bentuk dan ukuran. Intinya sendiri dapat pecah membentuk 2 fragmen atau lebih ( karyorhexis)
  1. Pembentukan tonjolan sitoplasma dan apoptosis.
Sel apoptotik mula-mula menunjukkan “blebbing” permukaan yang luas kemudian mengalami fragmentasi menjadi sejumlah badan apoptosis yang berikatan dengan membran yang disusun oleh sitoplasma dan organella padat atau tanpa fragmen inti.
  1. Fagositosis badan Apoptosis
Badan apoptosis ini akan difagotosis oleh sel-sel sehat disekitarnya, baik sel-sel parenkim maupun makropag. Badan apoptosis dapat didegradasi di dalam lisosom dan sel-sel yang berdekatan bermigrasi atau berproliferasi untuk menggantikan ruangan sebelumnya diisi oleh sel apoptosis yang hilang (Bimantara, 2009).
Sedangkan fungsi dari apoptosis sendiri adalah
  1. Sebagai respon stress atau kerusakan DNA
  2. Sebagai upaya menjaga kestabilan jumlah sel
  3. Mekanisme penghancuran sel-sel yang tidak berguna
  4. Sebagai bagian dari pertumbuhan
  5. Regulasi sitem Imun (Anonim, 2009 (c)).
  1. II. Mengetahui Proses Nekrosis dan Degenerasi ditingkat sel.
Nekrosis merupakan sebuah kematian sel yang terjadi secara tidak alami. Tahapan dari kronologis nekrosis adalah sebagai berikut :
  1. pembengkakan sel
  2. digesti kromatin
  3. rusaknya membran (plasma dan organel)
  4. hidrolisis DNA
  5. vakuolasi oleh Retikulum Endoplasma
  6. penghancuran organel
  7. lisis sel (Anonim, 2009 (b)).
Nekrosis umumnya disebabkan oleh faktor dari luar secara langsung. Misalnya kematian sel dikarenakan kecelakaan, infeksi virus, radiasi sinar radio aktif atau keracunan zat kimia. Tanpa adanya tekanan dari luar, sel tidak akan dapat mati secara nekrosis (Anonim, 2009 (d)). Macam –macam dari nekrosis daiantaranya adalah
  1. Nekrosis koagulativa : Nekrosis yang disebabkan oleh koagulasi dari protein sel, ini merupakan nekrosis structural.
  2. Nekrosis lemak : merupakan trauma dari jaringan lemak
  3. Nekrosis gangrenosa : merupakan nekrosis iskemik yang disebabakan oleh kuman
  4. Nekrosis fibrinoid : merupakan nekrosis yang disebabkan oleh timbunan fibrin.
Sedangkan untuk degenerasi sel ada beberapa macam diantaranya adalah
  1. Degenerasi lemak : merupakan akumulasi lemak didalam sel, jadi pada sel berisi bercak lemak kecil netral. dan terjadi infiltrasi lemak.
  2. Degenerasi hialin : terjadi perubahan sel yang eosinofilik dan homogeny.
  3. Degenerasi mukoid : Merupakan akumulasi mukopolisakarida didalam sel.  Inti sel akan terdesak ke tepi.
  4. Degenerasi Zenker : Meruakan gangguan yang disebabkan oleh akumulasi asam laktit di dalam sel.
  5. Degenerasi amilod : Merupakan gangguan akibat timbunan amiloid. dan sering disebit gangguan ini penyakit amiloidosis (Anonim, 2009 (j)).
  6. III. Mengetahui Susunan Membran Inti.
Membran pada nucleus berjumlah rangkap yaitu luar dan dalam. Membran pada nucleus juga berlubang-lubang atau disebut porus nucleus. Porus ini berperan sebagai pintu keluar produk-produk yang disintesis nucleus ke dalam sitoplasma  (Pranowo, 2002). Porus nucleus ini terbentuk akibat menyatunya dwilapis lipid dari selaput nukleoplasma dan selaput sitosol, jumlah porus ini sekitar 10 % dari luas permukaan. Jika dilihat lebih detail membran inti terdiri dari dua lembar selaput yang saling berimpitan Lembaran sebelah dalam disebut selaput nukleoplasma sedangkan lembaran luar disebut selaput sitosol. Kedua lembaran tersebut dipisahkan oleh ruangan sempit yang disebut perinukleus.
Pada selaput nukleoplasma membran berlapiskan anyaman yang terbuat dari filament intermedia yang pada mamalia terdiri dari tiga (3) protein yaitu lamina A,B,C. Anyaman filament ini disebut lamina nucleus. Protein lamina ini berikatan dengan protein integral maupun perifer dari selaput dalam. Protein-protein lamina ini juga berikatan dengan benang-benang halus yang disebut kromatin. Sedangkan pada selaput sitosol nucleus berhubungan langsung dengan reticulum endoplasma. Selaput ini penuh dipenuhi dengan ribosom. Pada permukaan selaput ini juga terjulur filament-filamen yang sebagian akan menempel dan berikatan dengan membrane organela lain (Marianti, 2007). Satu lagi yang harus kita ketahui bahwasannya pada membran ini juga mengandung beberapa enzim diantaranya adalah sitokrom, transferase, dan glukosa-6-fosfatase.
(Anonim, 2009 (i))
  1. IV. Mengetahui Mekanisme Pengaturan oleh Nukleus Terhadap Organela.
Nukleus merupakan pusat pengaturan sel. Nukleus mengandung DNA, yang disebut dengan gen. Gem ini menentukan karakteristik protein sel, termasuk enzim-enzim sitoplasma yang mengatur aktivitas sitoplasma (Guyton, 2007).
DNA pada nucleus juga membentuk RNA, dan RNA ini mempunyai fungsi yaitu :
  1. Messenger RNA (mRNA), berfungsi membawa kode genetik ke sitoplasma untuk mengatur sintesa protein
  2. 2.Transfer RNA (tRNA) untuk transport asam amino menuju ribosom untuk digunakan menyusun molekul protein
  3. 3.Ribosomal RNA (rRNA) untuk membentuk ribosom bersama dengan 75 protein lainnya (Anonim, 2009 (h)).
Sedangkan untuk tiap organela diantaranya adalah RE, badan golgi, lisosom dan vakuola akan membentuk sebuah sistem, yang dinamakan sistem endomembran.
  1. V. Mengetahui Proses Fagositosis di Lisosom.
Proses fagositosis di lisosom merupkan fungsi dari lisosom itu sendiri. Jika dicari pengertiannya maka fagositosis merupakan proses pemasukan partikel berukuran besar dan mikroorganisme seperti bakteri dan virus ke dalam sel. Kalau dilihat dari prosesnya adalah pertama membran akan membungkus partikel atau mikroorganisme dan membentuk fagosom. Kemudian, fagosom akan berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom. Sebenarnya fagositosism bukan merupakan satu-satunya fungsi dari lisosom itu sendiri, fungsi dari lisosom sebanarnya ada tiga yaitu fagositosis, endositosis, dan autofagi atau proses pembuangan dan degradasi bagian sel sendiri, seperti organel yang tidak berfungsi lagi (Anonim, 2009 (a)). Jika dilihat dari prosenya adalah sebagai berikut
  1. Resepor-reseptor membran sel melekat pada permukaan ligan partikel
  2. Tepi mebaran diluar sekitar tempat perlekatan mengalami evaginasi ke luardan mengelilingi seluruh partikel. Secara bertahap lebih banyak reseptor membran yang melekat pada membran partikel. semua terjadi tiba-tiba untuk membentuk vesikel fagositik.
  3. Aktin dan fibril dalam sitoplasma mengelilingi vesikel fagositik dan berkontraksi diluarnya untuk mendorong vesikel ke bagian dalam.
  4. Protein kontraktil kemudian akan memeras vesikel dan mendorongya ke lam bagian dalam sel (Guyton, 1997).
  1. VI. Mengetahui Proses Diferensiasi dan Modifikasi sel.
Diferensiasi sel merupakan proses pematangan suatu sel menjadi sel yang spesifik dan fungsional, terletak pada posisi tertentu di dalam jaringan, dan mendukung fisiologis hewan. Misalnya, sebuah stem cell mampu berdiferensiasi menjadi sel kulit (Anonim, 2009 (e)). Proses diferensiasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah protein atau hormone. Jadi faktor-faktor ini nanti akan berinteraksi dengan reseptor. Setelah berinteraksi dengan reseptor, maka faktor-faktor ini akan mengeluarkan intracellular signal,  signal-signal tersebut selanjutnya akan melakukan tugas dalam diferensiasi  atau signal-signal tersebut masuk ke dalam nucleus dan berinteraksi dengan kromosom. Contohnya BMP4 (Bone morphogenetic protein 4). Jika BMP4 bereaksi dengan reseptornya, maka akan terjadi differensiasi ectoderm dan membentuk aspek ventral (perut). Namun jika BMP4 dipertemukan dengan inhibitornya misalnya Chordin (polypeptid), maka bukannya BMP4 akan menghasilkan signal untuk membentuk aspek ventral, namun dia akan menstimulasi dorsalisasi dan spinal cord akan terbentuk. Jadi, differensiasi sebuah sel sangat dipengaruhi oleh faktor-faktornya, dan juga inhibitornya (Anonim, 2009 (f)).
Sedangkan untuk modifikasi sel merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan sel yang bertujuan untuk mengisi ruang tertentu pada jaringan atau memperbaiki bagian yang rusak. Diferensiasi sel dan modifikasi sel keduanya ditentukan oleh genom (Anonim, 2009 (e)).
  1. VII. Mengetahui Hubungan Nekrosis, Apoptosis, dan Degenerasi dengan Kerja Organela Prokariotik dan Eukariotik.
Hubungan nekrosis denagan kerja organela didalam sel jelas berpengaruh, pengaruh nekrosis sendiri terhadap sel banyak antara lain sel akan membengkak, pembersihan debris oleh sistem imun sulit, sel yang sekarat tidak dihancurkan oleh fagosit atau sistem imun, sehingga dapat merusak sel tetangga (inflamasi). Sedangakan untuk apoptosis yang merupakan kematian sel yang terprogam jadi sel tetap ukurannya, pembersiahan debris berlangsung cepat, sel sekarat langsung ditelan fagosit karena ada sinyal, dan tidak menganggu atau merusak sel tetangga (Anonim, 2009 (b)). Sel yang mengalami apoptosis terlihat menciut, dan akan membentuk badan apoptosis. Sedangkan sel yang mengalami nekrosis akan terlihat membengkak untuk kemudian mengalami lisis. Sel yang mengalami apoptosis lisosomnya utuh, sedangkan sel yang mengalami nekrosis terjadi kebocoran lisosom. Dengan mikroskop akan terlihat kromatin sel yang mengalami apoptosis terlihat bertambah kompak dan membentuk massa padat yang uniform. Sedangkan sel yang mengalami nekrosis kromatinnya bergerombol dan terjadi agregasi (Gavrielli, 1992).
  1. VIII. Mengetahui Pengganti Organela yang Tidak Terdapat Pada Sel Prokariotik.
Pada sel prokariotik terdapat mesosom atau khondrioid yang mempunyai fungsi seperti mitokondria pada sel eukariotik. Membran plasma sel-sel prokariotik juga membentuk lipatan – liptan kea rah sitosol, strukturnya seperti lembaran-lembaran halus di sepanjang permukaan membran bagian dalam, yang disebut dengan lamella sitomembran atau membran fotosintetik karena mengandung pigmen fotosintetik, sedangkan pada bakteri disebut dengan khromatofor.
Pada bagian dalam membran plasma terdapat sitoplasma, ribosom dan nukleoid. Sitoplasma dapat mengndung vakuola yang yang banyak mengandung gula komplek atau bahan-bahan organic. Ribosom fungsinya sama yaitu tempat sintesis protein. Sedangkan untuk nukleoid merupakan daerah inti yang jernih yang terdapat kromosom yang dibentuk dari molekul DNA satu untai yang sirkuler dan mengandung informasi genetik (Marianti, 2007)
Padas sel prokariotik juga terdapat flagellum (jamak flagella) pada beberapa jenis bakteri (basilus dan spirilus). Tersusun dari protein flagalin yang berfungsi untuk pergerakan. Selain  terdapat flagellum, sel prokarioti juga terdapat pili atau fimbriae yang berukuran lebih kecil dan lebih pendek dari flagel. Pili hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron. Dijumpai pada bakteri yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Organel ini mempunyai fungsi untuk melekatkan diri pada jaringan hewan atau tumbuhan yang merupakan sumber nutriennya (Anonim, 2009 (g)).

FISIOLOGI PERSALINAN



            Persalinan merupakan proses dimana bayi dilahirkan. Dokter biasanya menghitung masa gestation atau masa kehamilan, selama 280 hari atau 40 minggu dari periode menstruasi yang terahir sampai tanggal kelahiran bayi. Pada bulan-bulan terahir masa kehamilan, uterus menjadi lebih mudah teriritasi dan biasanya sesekali menunjukkan kontraksi dan kontraksi ini akan mnejadi semakin kuat dan lebih sering terjadi sampai persalinan terinisiasi. Serviks secara berangsur-angsur mulai berdilatasi dan kontraksi uterus yang kuat akan membantu pengeluaran bayi dari uterus melalui vagina. Sebelum pengeluaran bayi dari uterus, kantong amnion akan rupture dan amnion fluid akan mengalir keluar melalui vagina.
            Labor merupakan periode dimana terjadi kontraksi dan menyebabkan pengeluaran janin dari uterus. Terjadi melalui tiga tahapan:
1.     First stage. Tahap pertama dimulai dengan dimulainya kontraksi uterus secara bertahap dan memanjang sampai serviks berdilatasi sampai diameternya sesuai dengan kepala fetus. Tahap ini biasanya berlangsung selama 8-24 jam, tetapi tahap ini bisa lebih pendek pada beberapa wanita yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu kali. Normalnya, kepala fetus berada diposisi inferior di dalam pelvis wanita selama proses labor. Kepalanya bertindak sebagai pendorong yang akan membuka serviks dan vagina untuk terbuka selama kontraksi uterus menekan fetus.
2.    Second stage. Tahap kedua berlangsung selama dilatasi maksimal serviks sampai bayinya melewati vagina. Tahap ini bisa berlangsung dalam hitungan menit atau jam. Selama dalam tahap ini, kontraksi dari otot-otot abdomen akan membantu dari kontraksi uterus. Kontraksi ini menyebabkan tekanan yang cukup untuk menekan pembuluh darah yang terdapat di plasenta dan akan menyebabkan aliran darah menuju fetus terhenti. Selama periode relaksasi, aliran darah yang menuju ke plasenta dimulai lagi. 

3.    Third stage. Pada tahap ini terjadi pengeluaran plasenta dari uterus. Kontraksi yang berasal dari uterus menyebabkan plasenta terlepas dari dinding uterus. Pada tahap ini biasanya terjadi perdarahan, hal ini terjadi karena plasenta tertempel erat di uterus; bagaimanapun, perdarahan ini normalnya akan dihambat karena kontraksi otot polos uterus akan menekan pembuluh darah yang menuju ke plasenta.


 Faktor Hormonal yang Meningkatkan Kontraktilitas Uterus

1.     Rasio estrogen terhadap progesterone.
Pada bulan-bulan ahir masa kehamilan, sekresi estrogen meningkat, sedangkan sekresi dari progesterone cenderung stabil atau bahkan menurun. Penyebab dari hal ini adalah fetus tersebut mengeluarkan hormon ACTH (adrenocorticotropic hormone) yang akan merangsang kelenjar adrenal dari fetus itu sendiri untuk mensekresikan steroid adreno kortikal dalam jumlah yang lebih banyak, dan akan dikirim menuju plasenta melalui tali pusar, dan di plasenta lah tempat kerjanya yang akan menghentikan sekresi progesterone dan meningkatkan sekresi estrogen dan prostaglandin. Ini menyebabkan kontraktilitas dari uterus meningkat, hal ini dikarenakan estrogen memiliki kecenderungan untuk meningkatkan jumlah dari taut celah atau gap junction antara sel-sel otot polos uterus yang berdekatan, dan juga karena beberapa alas an yang masih belum bisa dimengerti. Selain itu juga karena jumlah estrogen yang cenderung meningkatkan kontraktilitas otot menjadi meningkat dibandingkan dengan jumlah progesterone yang memiliki sifat kontraksi uterus selama masa kehamilan yang disekresikan konstan bahkan menurun.
2.    Pengaruh Oksitosin pada Uterus
Oksitosin adalah hormone yang berfungsi secara khusus untuk meningkatkan kontraktilitas uterus yang disekresikan oleh hipofisis posterior atau neurohipofisis. Terdapat beberapa bukti bahwa oksitosin diperlukan dalam meningkatkan kontraktilitas uterus, seperti; (1) otot-otot yang ada di uterus meningkatkan jumlah reseptornya terhadap oksitosin dan mengakibatkan peningkatan respon terhadap dosis oksitosin yang diberikan/dihasilkan dalam bulan-bulan terahir masa kehamilan, (2) neurohipofisis menigkatkan sekresi oksitosin secara ceapt pada saat proses persalinan, (3) apda hewan percobaan yang telah mengalami hipofisektomi, masih bisa melakukan proses persalinan secara normal pada kehamilan aterm, tetapi sedikit lebih lama, (4) adanya reflex neurogenic melalui nucleus paraventrikuler hipotalamus dan nucleus suprakiasmatik hipotalamus yang bisa menyebabkan peningkatan sekresi oksitosisn, reflex tersebut dikarenakan adanya regangan atau iritasi pada serviks uteri pada saat proses persalinan

Faktor-Faktor Mekanis yang Meningkatkan Kontraktilitas Uterus
1.     Regangan Otot-Otot Uterus
Regangan sederhana organ-organ berotot polos biasanya akan meningkatkan kontraktilitas otot-otot tersebut. Selanjutnya, regangan intermiten, seperti yang terjadi pada uterus secara berulang-ulang yang disebabkan oleh pergerakan fetus bisa juga menyebabkan peningkatan kontraktilitas otot polos. Pada bayi kembar, biasanya waktu persalinan akan lebih cepat 19 hari daripada anak tunggal, hal ini dikarenakan regangan mekanik dari bayi yang kembar lebih besar dibandingkan anak tunggal pada otot uterus sehingga mengakibatkan kontraktilitas uterus.
2.    Regangan atau Iritasi Serviks
Terdapat alasan untuk memercayai bahwa meregangkan atau mengiritasi serviks uteri khususnya penting dalam menimbulkan kontraksi uterus. Sebagai contoh, ahli obstetric sering menginduksi persalinan dengan meemcahkan ketuban sehingga kepala bayi lebih meregang serviks daripada biasanya atau mengiritasi serviks dengan cara lain. Mekanisme bagaimana iritasi serviks dapar merangsang korpus uteri tidak diketahui. Diduga bahwa regangan atau iritasi saraf pada serviks mengawali timbulnya reflex pada korpus uteri, tetapi efek ini juga secara sederhana dapat terjadi akibat transmisi miogenik sinyal-sinyal ke korpus uteri.

Hubungan Pola Asuh Terhadap Tumbuh Kembang



            Pada hakekatnya keluarga diharapkan mampu berfungsi untuk mewujudkan proses pengembangan timbale balik rasa cinta dan kasih saying antara anggota keluarga, antara kerabat serta antar generasi yang merupakan dasar keluarga yang harmonis. Karena sebagai unit terkecil dari masyarakat, maka kedudukan keluarga menjadi inti yang paling penting dari suatu masyarakat.
Hubungan kasih saying dalam keluarga merupakan suatu keperluan bersama diantara para anggotanya sebagai jembatan komunikasi menuju rumah tangga yang bahagia. Dalam kehidupan yang diwarnai oleh kasih saying, maka semua pihak dituntut agar memiliki tanggung jawab, pengorbanan, dan saling tolong-menolong, dan kejujuran sehingga dapat tercipta suasana yang rukun dan damai dalam rumah tinggi, suasana seperti ini baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebaliknya pada akeluarga yng tidak harmonis, dimana tidak ada lagi cinta dan kasih saying, maka hidup ini seakan-akan hampa, sehingga dapat mengakibatkan hilangnya semangat kerja dan produktivitaspun juga akan menurun.
Pada tahap dasar, kebutuhan seorang anak adalah pangan. Ini merupakan kebutuhan utama pertumbahan anak, agar anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuan genetiknya. Kebutuhan dasar lainnya adalah oksigen, sandang serta papan yang berguna menjamin perlindungan anak yang optimal terhadap lingkungannya. Selain kebutuhan dalam aspek fisik, juga perlu bimbingan, pendidikan, dan rasa kasih saying dari orang tua yang akan mempengaruhi perkembangan mental dan social seorang anak.
Sejak manusia dilahirkan bahkan semasa masih didalam kandunganpun, anak sudah bisa merasakan kasih saying yang diberikan oleh orang tuanya. Bentuk kasih saying dari orang tuannya seringkali dinyatakan dalam bingkisan kasih saying, ciuman, sentuhan tangan yang penuh kasih sayang maupun dengan menyanyikan lagu-lagu atau cerita sebelum tidur. Seorang ibu akan merasa sangat berbahagia ia dapat menyusui anaknya sendiri. Rasa kasih sayang melalui hangatnya pelukan si ibu pada saat menyusui akan dirasakan oleh bayinya dan menimbulkan rasa aman. Disamping itu ASI juga sangat bermamfaat untuk bayi, sehingga tumbuh kembang bayi yang minum ASI tersebut lebih optimal. Sebaliknya seorang ibu yang tidak dapat menyusui anaknya karena berbagai sebab, akan merasa seperti kehilangan tempat untuk mencurahkan kasih sayangnya.
Boleh dikatakan bahwa keluarga adalah tempat “sekolah cinta kasih” bagi anak,karena keluarga merupakan awal dan pusat dari seluruh tumbuh kembang anak menjadi individu yang dewasa. Cinta kasih saya orang tua adalah perpaduan antara cinta seorang ibu dan ayah. Cinta ibu sifatnya member kehangatan, menumbuhkan rasa diterima dan menanamkan rasa aman. Sedangkan cinta ayah sifatnya mengembangkan kepribadian, menanamkan disiplin, memberikan arah dan dorongan serta bimbingan agar si anak kian berani dalam menghadapi kehidupan. Keduanya saling menguatkan bukan sebaliknya.
Peranan orang tua dalam tumbuh kembang anak ini terbukti dari penelitian tes bakat skolatik anak-anak keturunan asia yang dilakukan Dr. Harold W. Stevanson menyatakan bahwa anak-anak keturunan asia mempunyai kemampuan intelektual melebihi anak-anak amerika yang akarnya pada keluarga, berupa perhatian penuh dan kasih sayang dari orang tua. Dengan cermat Khalil Gibran mencoba menggambarkan Tuhan Al Khalik penguasa alam semesta ini sebagai pemanah, orang tua sebagai busur yang membentang, dan anak-anak mereka bagaikan anak panah yang siap dilepaskan menyongsong masa depa dan kehidupan, sebagai individu yang bisa mandiri. Tuhan akan mencintai anak panah yang laju menuju ke tujuan yang diinginkann-Nya, juga tidak lupa penghargaan Tuhan pada busur yang melepaskannya.


Menurut Ebrahim GJ (1982), keluarga merupakan tempat menimba pengalaman yang tak ternilai bagi anak dalam hal:
1.      Biologi:
·         Pengasuhan anak dan kasih sayang
·         Makanan yang bergizi bagi anggota keluarga
·         Perawatan kesehatan dan pencegahan
·         Melakukan aktifitas dan istirahat
2.      Sosio cultural:
·         Transfer tradisi, adat istidat. Termasuk bahasa.
·         Proses sosialisasi
·         Membentuk norma-norma dari prilaku yang diterima oleh masyarakat
3.      Psikologis:
·         Membentuk kpribadian dan rasa percaya diri
·         Kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain diluar keluarganya.
·         Pembentukan perkembangan emosi dan intelektual dari anggota keluarga.
4.      Ekonomi:
·         Mengetahui perolehan penghasilan dan bagaimana alokasinya
·         Pengaturan keuangan agar bisa menabung untuk masa depan
·         Rencana-rencana keluarga lainnya
5.      Pendidikan:
·         Persiapan untuk kehidupan pada waktu dewasa
·         Mengerti perasaan orang dewasa
·         Memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ada hubungannya dengan tanggung jawab ekonomi, social, dan adat istiadat yang berguna untuk kemudian hari.