Dalam satu dekade ini
perkembangan dunia
teknologi informasi meningkat dengan sangat cepat. Mulai dari handphone hingga
laptop, sekarang menggunakan teknologi yang luar biasa hebatnya. Yang paling
ngetren saat ini adalah ultrabook dan tablet. Kedua jenis piranti ini
menunjukkan taringnya sebagai salah satu penemuan besar di awal abad 21 ini.
Dengan ketipisannya, ultrabook menjadi pilihan bagi mereka yang harus mempunyai
mobilitas tinggi dalam kehidupan mereka. Sedangkan tablet, yang awalnya untuk
pengguna kantoran, sekarang menjadi peralatan multimedia paling dicari
disaentero jagad IT.
Berkembangnya kedua piranti ini
telah membuka ide besar baru dalam dunia teknologi informasi, yaitu dengan
konsep penggabungan kedua alat ini. Maka jadilah hibridasi keduanya, salah satu
yang paling fenomenal adalah Acer Aspire P3 Hybrid Ultrabook yang baru dirilis
bulan kemarin. Menggabungkan teknologi ultrabook dan tablet, menjadikannya perangkat
yang sangat multiguna dan efisien. Sepertinya Acer telah mampu menjawab
kebutuhan orang saat ini, dengan menghadirkan perangkat sentuh seperti tablet
dan kemampuan mengetik seperti notebook saat bekerja. Memang selayaknya disebut
Hybrid Ultrabook.
Secara sekilas melihatnya, hybrid
ultrabook ini merupakan perangkat yang ramping dengan berat hanya 0,97 kg saat
posisi tablet dan berdimensi 190.77 (W) x 295,4 (D) x 9.95/10.15. Dihadirkan
dengan dua pilihan prosesor yaitu Intel Core i3 dan Core i5, menjadikannya
ultrabook hybrid yang bertenaga. Apalagi ditambah dengan baterai hemat daya dan
storage SSD menjadikannya perangkat dengan mobilitas tinggi. Untuk konektivitas
sudah termasuk lengkap dengan adanya Acer InviLing Nplify WiFi 802.11a/b/g/n
dan Bluetooth 4.0, kemudian tersedia juga port USB 3.0 dan Micro HDMI. Dengan layar
sebesar 11,6” dengan resolusi 1366x766 dilengkapi dengan panel IPS memberikan
warna yang lebih indah seperti aslinya. Selain itu Acer Asspire P3 mendukung 10
poing multitouch yang dapat digunakan hingga 10 jari sekaligus. Masih ada lagi,
yaitu dengan tambahan dua buah kamera, yang depan dapat digunakan sebagai video
conference secara mumpuni sedangkan yang kedua berkaliber 5 MP mampu memberikan
resolusi gambar yang maksimal dan dengan hasil yang sangat memuaskan. Untuk
kebutuhan bermusik, dimanjakan dengan dua speaker yang telah memperoleh
sertifikasi Dolby Home Theater V4 sehingga mampu menghadirkan suara yang sangat
jernih.
Dengan fitur dan performa
maksimal yang ditawarkan oleh Acer Aspire P3, sudah selayaknya untuk tidak
membawa notebook dan tablet sekaligus. Acer Aspire P3 sudah menyediakan
keduanya, bisa menjadi tablet dan notebook sekaligus. Dengan tambahan sistem
operasi Windows 8 dengan berbagai komponen canggih didalamnya Acer Aspire P3
sepertinya sudah mampu untuk menjawab kebutuhan orang saat ini. Apalagi dalam
paket penjualannya disertakan dengan aplikasi Virtual DJ berisi stem DJ Tiesto
sehingga pengguna dapat nge-mix layaknya DJ terkenal Tiesto.
Dalam video yang disediakan Acer
ditampilkan seorang asisten DJ Tiesto. Vernon adalah seorang kelihatannya agak
dianggap remeh oleh banyak orang di diskotik itu. Tapi dia mempunyai kemauan
untuk menjadi DJ juga. Hingga akhirnya ketika teknologi yang ia butuhkan untuk
mewujudkan itu semua tersedia, dia tampil menggebrak dengan teknologi Acer
Aspire P3-nya guna mewujudkan keinginannya. Setidaknya teknologi yang dia dapat
dari perangkatnya bisa menyediakannya. Selain bekerja sebagai asisten yang
sehari-hari berkutat pada pekerjaan, Vernon mampu bermain DJ secara
professional hanya dengan ultrabooknya yang dialih fungsikan sebagai tablet dan
berfungsi layaknya DJ sungguhan.
Passion saya memang bukan
bermusik, apalagi DJ. Secara terus terang saya memang tidak terlalu menyukai
musik nge-mix. Setidaknya saya mempuanyai beberapa passion tersembunyi dalam
setiap hari dalam melangkah yang hanya bisa diwujudkan dengan teknologi saat
ini. Karena saya masih mahasiswa dan banyak ilmu yang harus ditambah mumpung
masih muda. Dari beberapa kemudahan teknologi yang membantu mengembangkan
passion yang saat ini ada pada saya, setelah beberapa semester berlalu akhirnya
ada juga yang nyantol dikepala saya. Kedua teknologi ini tidak bisa lepas
sebagai kehidupan saya guna mewujudkan passion saya. Memang hanya sedikit
hubungannya dengan peran saya sebagai mahasiswa. Hanya saja di masa depan
nanti, pasti ada orang-orang akan membutuhkannya baik sebagai hobi, pekerjaan
atau bahkan dalam berkarya ditengah lingkungan masyarakat. Dua teknologi dalam
bidang IT terkini yang tidak pernah lepas dari laptop saya adalah software
pengolah gambar Adobe Photoshop dan software guna belajar bahasa asing Rosetta
Stone.
Di duia ini siapa yang tidak
kenal Adobe Photoshop. Adobe Photoshop atau yang lebih sering dipanggil
Photoshop saja merupakan salah satu perangkat lunak yang mendunia. perangkat
lunak ini dikhusukan untuk pengeditan gambar/foto. Adobe Photoshop dianggap
sebagai pemimpin pasar pengolah gambar dan foto. Dimulai dari passion milik
Thomas Knoll pada tahun 1987 yang merupakan seorang mahasiswa Universitas
Michigan yang ingin menampilkan gambar pada computer layar monokromnya,
sekarang menjadi salah satu software pengolah gambar terbaik dunia. Maka tidak
heran banyak orang berrlomba-lomba untuk belajar tentang Photoshop, termasuk
saya. Photoshop telah menjadi bagian kehidupan seseorang sehari-hari, entah
disadari atau tidak. Mungkin kita tidak sadar bahwa banyak iklan-iklan, brosur,
poster, billboard dan sebagainya salah satunya mungkin dibuat dengan
menggunakan program Photoshop. Tak heran jika saya pun tertarik untuk
menggunakan software ini. Setidaknya saya bisa menggunakan bakat saya bidang
seni visual dengan software ini. Walaupun bukan ahli seni lukis, software ini
membantu segalanya. Karena tidak perlu repot-repot menggambar, yang diperlukan
hanyalah bermodal foto.
Dengan sedikit sentuhan seniman
amatir seperti saya, setidaknya sudah beberapa gambar indah hasil editan
Photoshop dihasilkan. Beberapa waktu lalu terdapat perlombaan mengenai desain
grafis, dan hasilnya menang menjadi juara harapan. Tak apalah setidaknya karya
saya diakui, bahwa saya juga mempunyai passion yang kuat tentang Adobe
Photoshop. Software ini sungguh hebat, kemudahan teknologi yang diberikan dan segala
fitur yang ditawarkan sungguh membantu saya dalam mengembangkan passion yang
sudah lama terpendam. Sudah selayaknya membangunkan raksasa talenta yang ada
dengan kemudahan teknologi yang ada saat ini, apa lagi jika Acer Aspire P3
menemani. Akan tetapi Netbook mungil Acer Aspire One 725 yang saya punya
kadang-kadang not enough memory jika
harus menggunakan brush dengan ukuran besar. Seharusnya memang tidak menjadi
masalah sebab yang terpenting harus terus move
on walau dengan laptop kecil sekalipun. Dibawah ini merupakan gambar buatan
saya. Mengambil tema lokal dengan sedikit sentuhan teknologi sudah cukup untuk
membawa hadiah pemenang harapan. Yeah tentu kedepannya harus dikembangkan lagi
dengan teknologi yang lebih baik.
Tidak lupa sebagai mahasiswa saya
juga harus bisa fasih dalam bahasa asing. Mungkin di suatu hari nanti bahasa
asing akan mengambil peran yang sangat besar dalam membantu peranku sebagai
mahasiswa. Karena keterbatasan dana dan waktu yang tersedia, maka saya tidak
pernah mengambil kursus bahasa asing. Apalagi sejak tersedianya software
Rosetta Stone saat ini. Perangkat lunak ini tidak kalah hebatnya dengan Adobe
Photoshop. Rosetta Stone sangat berguna bagi saya karena software ini
menyediakan seperangkat pemrograman untuk belajar bahasa asing dengan mudah dan
menyenangkan. Bahkan banyak lembaga menggunakan software ini antaralain NASA,
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Wall Street dan lebih dari seratus ribu
sekolah diseluruh dunia.
Tidak seperti buku atau video,
Rosetta Stone mengutamakan interaksi dalam proses belajar. Perlengkapan
teknologi yang tersedia saat ini sungguh membantu dalam belajar melalui Rosetta
Stone. Dengan proses belajar yang dinamakan Dynamic
Immersion dan teknologi computer yang sangat berkembang menjadikannya
software powerful yang membantu mengembangkan passion saya saat ini. Sebagai
mahasiswa kalau tidak menguasai bahasa asing, tentu akan tertinggal di dunia
kerja nantinya. Setidaknya hal ini sangat saya sukai, bisa belajar khasanah
bahasa diseluruh dunia. Akan lebih baik jika suatu saat nanti bisa berinteraksi
dengan mereka semua. Menggunakan semua potensi yang dimiliki, mengembangkan
passion ini dengan teknologi computer dan software Rosetta Stone. Passion yang
kukembangkan ini bisa menjadi sangat bermanfaat, tidak hanya untuk diri sendiri
tetapi juga orang lain yang membutuhkan.
Vernon telah mampu membuktikan
ditengah kesibukannya menjadi asisten DJ Tiesto, dia tetap dapat menyalurkan
hobi dan passionnya yang terpendam lewat Acer Aspire P3. Saya masih bisa
melanjutkan passion saya lewat Netbook Acer Aspire One 725, walaupun terkadang
menjadi masalah ketika harus melakukan beberapa tugas yang butuh spesifikasi
besar. Setidaknya saya tetap bisa bekerja dengan optimal dengan laptop ini,
mungkin suatu saat ada hari dimana saya akan ahli dalam menggunakan Adobe
Photoshop dan Rosetta Stone. Sepertinya Acer Aspire P3 mampu menjawab kebutuhan
passion saya untuk mempelajari dua software dengan teknologi tepat guna diatas.
Dengan layar sentuhnya, saya tidak perlu repot-repot menggerakkan mouse, karena
sering terjadi kesalahan dalam melakukan seleksi gambar atau menggunakan brush
photoshop. Dan dengan dukungan audio Dolby Home Theather V4 akan sangat
membantu dalam proses belajar Rosetta Stone yang terutama mengandalkan Speaking dan Listening.
Jika Vernon saja dengan Acer
Aspire P3 saja mampu menjadi idola cewek-cewek klub disana, mengapa saya tidak?
Menggunakan passion sendiri dibidang seni grafis dan bahasa asing akan menjadi sesuatu
passion yang paling berbeda diantara teman-teman sekampus. Memang bukan harapan
saya untuk memikat wanita-wanita di kampus. Setidaknya dengan hybrid ultrabook
ini mampu memenuhi kebutuhan dalam hal komputasi, dimana teknologi dapat
mewujudkan passion semua orang. Menjadi orang yang professional sepenuhnya
untuk mengusasai Adobe Photoshop dan mampu berbahasa asing melalui Rosetta
Stone adalah harapan saya kedepannya.
Yang terakhir, tapi bukan untuk
terakhir kalinya. Passion saya sebenarnya tidak pernah berhenti disini. Masih
banyak yang harus passion yang harus dikembangkan. Ada beberapa software lagi
yang menyangkut passion saya antara lain Adobe Illustrator dan Corel Painter.
Tapi itu semua membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk mewujudkannya,
lagipula laptop yang saya punya tidak cukup kuat untuk menjalankan software
grafis yang berat. Setidaknya mengusung
teknologi hybrid antara ultrabook dan tablet, sepertinya Acer Aspire P3 mampu
menjawab kebutuhan tersebut. Mungkin dengan ini passion saya akan lebih
baik dibanding Vernon yang senang
bermain DJ atau malah DJ Tiesto. Well,
segala sesuatu bisa saja terjadi.