(1) Difinisi Stres Menurut Para Ahli
Dari sudut pandang ilmu kedokteran, menurut Hans
Selye seorang fisiologi dan pakar stress yang dimaksud dengan stress adalah suatu respon tubuh yang
tidak spesifik terhadap aksi atau tuntutan atasnya.Jadi
merupakan repons automatik tubuh yang bersifat adaptif pada setiap perlakuan
yang menimbulkan perubahan fisis atau emosi yang bertujuan untuk mempertahankan kondisi fisis yang optimal suatu organisme.
Dari sudut pandang psikologis stress didefinisikan sebagai suatu keadaan
internal yang disebabkan oleh kebutuhan psikologis tubuh atau disebabkan oleh
situasi lingkungan atau sosial yang potensial berbahaya, memberikan tantangan,
menimbukan perubaha-perubahan atau
memerlukan mekanisme pertahanan seseorang. Suwondo(1996) mendifinisikan stess
sebagai suatu keadaan psikologik yang merupakan representatif dari transaksi
khas dan problematika antara seseorang dengan lingkungannya.
Menurut Lazarus dan folkman stres adalah keadaan
internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh(kondisi
penyakit, latihan, dll) atau diakibatkan kondisi lingkumgan dan sosial yang
dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan
individu untik melakukan coping.
Rice
mengatakan bahwa stres adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan yang menyebabkan individu
merasa tegang. Atkinson
mengemukakan bahwa stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan psikologis
seseorang.Situasi ini disebut sebagai penyebab stres dan reaksi individu
terhadadap situasi stres ini disebut sebagai respon stres.
Lazarus
menjelaskan bahwa stres juga dapat diartikan sebagai :
1. Stimulus,
yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres atau
disebut juga dengan stressor.
2. Respon,
yaitu stres merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena
adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara fisiologis, seperti : jantung berdebar, gemetar dan pusing
serta psikologis seperti : takut, cemas,
sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
3. Proses,
yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat memepengaruhi dampak stres
melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Reaksi
fisiologis tubuh terhadap perubahan-perubahan akibat stress disebut sebagai
general adaption syndrome, yang terdiri dari tiga fase:
a. Alarm reaction(reaksi peringatan)
pada fase ini tubuh dapat mengatasi stressor(perubahan) dengan baik.
Apabila ada rasa takut atau cemas
atau khawatir tubuh akan mengeluarkan adrenalin, hormon yang mempercepat
katabolisme untuk menghasilkan energi untuk persiapan menghadapi bahaya
mengacam. Ditambah dengan denyut jantung bertambah dan otot berkontraksi.
b. The stage of resistance( reaksi
pertahanan). Reaksi terhadap stressor sudah mencapai atau
melampaui tahap kemampuan tubuh. Pada keadaan ini sudah dapat timbul gejala-gejala psikis dan
somatis. Respon ini disebut juga coping mechanism. Coping berarti kegiatan
menghadapi masalah,
misalnya kecewa diatasi dengan humor, rasa tidak senang dihadapi dengan ramah
dan sebagainya
c. Stage of exhaustion( reaksi kelelahan).
Pada fase ini gejala-gejala psikosomatik
tampak dengan jelas. Gejala psikosomatis antara lain gangguan
penceranaan, mual, diare, gatal-gatal, impotensi, exim, dan berbagai bentuk
gangguan lainnya. Kadang muncul gangguan tidak mau makan atau terlalu banyak
makan.
Menurut
Hans Selya membagi stress membagi stress dalam 3 tingkatan,
a. Eustress
adalah respon stress
ringan yang menimbulkan rasa bahagia, senang, menantang, dan menggairahkan.
Dalam hal ini tekanan yang terjadi bersifat positif, misalnya lulus dari ujian,
atau kondisi menghadapi suatu perkawinan.
b. Distress merupakan respon stress yang buruk dan
menyakitkan sehingga tak mampu lagi diatasi
c.
Optimal
stress atau Neustress adalah stress yang berada antara eustress
dan distres, merupakan respon stress yang menekan namun masih seimbang untuk menghadapi
masalah dan memacu untuk lebih bergairah, berprestasi, meningkatkan
produktivitas kerja dan berani bersaing.
Menurut Lazarus dan Folkman, kondisi
fisik, lingkungan, dan sosial merupakan penyebab dari kondisi stres disebut
dengan stressor.Istilah stressor pertama kali diperkenalkan oleh selye. Jenis
–jenis stressor dikelompokkan sebagai berikut : masalah perkawinan, masalah
keluarga, masalah hubungan interpersonal, masalah pekerjaan, lingkunagn hidup,
masalah hukum, keuangan, perkembangan penyakit fisis dan lain-lain
Macam-macam
Stressor
Adapula
yang membagi stressor menjadi:
a. Stressor fisis
: seperti panas, dingin, suara bising dan sebagainya
b. Stressor sosial seperti keadaan
sosial, ekonomi, politik, pekerjaan, karir, masalah keluarga, hubungan intepersonal, dan
lain-lain.
c. Stessor psikis misalnya frustasi,
rendah diri,perasaan berdosa, masa depan yang tidak jelas dan sebagainya.
Lazarus dan Cohen mengklasifikasikan stressor
ke dalam tiga kategori, yaitu :
1.
Cataclysmic events
Fenomena besar atau tiba-tiba
terjadi, kejadian-kejadian
penting yang mempengaruhi banyak orang, seperti bencana alam.
2.
Personal stressor
Kejadian-kejadian penting yang mempengaruhi sedikit orang atau
sejumlah orang tertentu, seperti krisis keluarga.
3.
Background stressor
Pertikaian atau permasalahan yang biasa
terjadi setiap hari, seperti masalah dalam pekerjaan dan rutinitas
pekerjaan.
Ada beberapa jenis-jenis stressor
psikologis (dirangkum dari folkman, 1984; Coleman,dkk,1984 serta Rice, 1992)
yaitu:
1. Tekanan
(pressures)
Tekanan
terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan
tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentu.Secara
umum tekanan mendorong individu untuk meningkatkan performa, mengintensifkan
usaha atau mengubah sasaran tingkah laku. Tekanan sering ditemui dalam
kehidupan sehari-hari dan memiliki
bentuk yang berbeda-beda pada setiap individu. Tekanan dalam beberapa kasus
tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber daya yang dimiliki dalam proses pencapaian
sasarannya, bahkan bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptive.
Tekanan dapat berasal dari sumber internal atau eksternal atau kombinasi dari
keduanya.Tekanan internal misalnya adalah sistem nilai, self esteem, konsep
diri dan komitmen personal. Tekanan eksternal misalnya berupa tekanan waktu
atau peranyang harus dijalani seseorang, atau juga dpat berupa kompetisi dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat antara lain dalam pekerjaan, sekolah dan
mendapatkan pasangan hidup.
2. Frustasi
Frustasi
dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat
hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan.
Frustasi juga dapat diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang
mengancam, seperti misalnya timbul
reaksi marah, penolakan maupun depresi.
3. Konflik
Konflik
terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespon langsung terhadap dua
atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda
dalam waktu bersamaan. Ada 3 jenis konflik
yaitu :
a. Approach
– approach conflict, terjadi apabila individu
harus satu diantara dua alternatif yang sama-sama disukai, misalnya
saja seseorang sulit menentukan keputusan diantara dua pilihan karir yang
sama-sama diinginkan. Stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati
alternatif yang tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan
cepat diselesaikan.
b. Avoidence – avoidence
conflict, terjadi bila individu diharapkan pada dua pilihan yang sama- sama
tidak disenangi, misalnya wanita muda yang hamil muda yang hamil diluar
nikah, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi di sisi lain ia belum mampu
secara mental dan finansial untuk membesarkan anaknya nanti. Konflik jenis ini
lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu untuk
menyelesaikannya karena masing-masing alternatif memilki konsekuensi yang tidak
menyenangkan.
c. Approach – avoidence
conflict, adalah situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus tidak
menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama,
misalnya seseorang yang berniat berhenti merokok, karena khawatir merusak
kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan sisa hidupnya kelak tanpa rokok
Berdasarkan pengertian stressor diatas
dpat disimpulkan kondisi fisik, lingkungan dan
sosial yang menjadi penyebab dari kondisi stres.