Komponen
seluler darah
Sel
darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Komponen seluler ini
menempati 45% dari darah.
Eritrosit
(sel darah merah)
Eritrosit (sel darah merah) merupakan komponen
seluler darah yang dipenuhi oleh
protein hemoglobin 33%, yaitu protein pembawa oksigen yang menyebabkan
eritrosit bersifat asidofilik. Hemoglobin terdiri dari dua pasang rantai polipeptida
(globin) yaitu dua rantai alfa dan dua rantai beta yang
berfungsi sebagai pemberi warna peda sel eritrosit,
dan mempertahankan pH darah.
Sel eritrosit berbentuk bikonkaf tanpa inti. Eritrosit rata-rata berdiameter sekitar 7,8
mikrometer, dengan ketebalan sebesar 2,5 mikrometer. Pada eritrosit terdapat
komponen bagian tengah yang lebih tipis yang disebut cental feler, yaitu tebal
di pusat sebesar 0,8 mikrometer. Eritrosit diselubungi
oleh membran plasma (plasmalema)
yang terdiri atas 40% lipid (pospolipid,
kolestrol, glikolipid), 50% protein, 10%
karbohidrat.
Terkadang bentuk sel darah merah dapat berubah-ubah
ketika sel berjalan melewati kapiler.
Sesungguhnya, sel darah merah merupakan suatu kantung yang dapat diubah
menjadi berbagai bentuk . perubahan bentuk tadi tidak akan meregangkan membran
secara hebat karena sel normal mempunyai
kelebihan membran sel untuk menampung banyak zat didalamnya, akibatnya sel
tidak akan megalami ruptur.
Konsentrasi eritrosit dalam darah wanita kira-kira 3,9-5,5
juta per mikroliter, dan 4,1-6 juta per mikroliter pada pria. Kelainan ukuran
eritrosit bisa saja terjadi, eritrosit dengan diameter lebih dari 9 mikrometer
(ukurannya lebih besar dari ukuran normal) disebut makrosit, sedangkan eritrosit yang lebih kecil dari ukuran normal,
yaitu kurang dari 6 mikrometer disebut mikrosit.
Leukosit
(sel darah putih)
Sel darah putih ibarat serdadu penjaga tubuh dari
serangan musuh. Jika kita terluka, maka sel darah putih ini akan berkumpul di
bagian tubuh yang terkena luka, agar tidak ada kuman penyakit yang masuk
melalui luka itu. Jika ada kuman yang masuk, maka dia akan segera melawannya.
Dapat digambarkan, bahwa akan terjadi pertarungan antara kuman dengan sel darah
putih. Timbulnya nanah pada luka itu merupakan gabungan dari sel darah putih
yang mati, kuman, sel-sel tubuh, dan cairan tubuh. Sel darah putih mempunyai
nukleus dengan bentuk yang bervariasi.
Ukurannya berkisar antara 10 nm–25 nm. Fungsi sel
darah putih ini adalah untuk melindungi badan dari infeksi penyakit serta
pembentukan antibodi di dalam tubuh. Jumlah sel darah putih lebih sedikit
daripada sel darah merah dengan perbandingan 1:700.
Pada tubuh manusia, jumlah sel darah putih berkisar
antara 6 ribu–9 ribu butir/mm3, namun jumlah ini bisa naik atau turun. Faktor
penyebab turunnya sel darah putih, antara lain karena infeksi kuman penyakit.
Pada tubuh seseorang yang menderita penyakit tifus, sel darah putihnya hanya
berjumlah 3 ribu butir/mm3. Kondisi sel
darah putih yang turun di bawah normal disebut leukopeni. Pada kondisi ini
seseorang harus diberikan obat antibiotik untuk meningkatkan daya tahan dan
keamanan tubuh. Apabila tidak, maka orang tersebut dapat meninggal dunia. Pada
orang yang terkena kanker darah atau leukemia, sel darah putih bisa mencapai 20
ribu butir/mm3 atau lebih. Kondisi di mana jumlah sel darah putih naik di atas
jumlah normal disebut leukositosis. Sel darah putih dibuat di dalam sumsum
tulang, limfe, dan kelenjar limfe. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka ada dua
jenis sel darah putih :
o Granulosit,
mempunyai granula spesifik, yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah
cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi. Terdapat
tiga jenis leukosit granulosit: Neutrofil,
Basofil, dan Asidofil (atau eosinofil)
yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan
asam.
o Agranulosit,
tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau
bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranulosit : Limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit dan Monosit
sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak.
Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap
terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar prekursor (pra
zatnya). Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral
organisme terhadap zat-zat asingan. Dalam pergerakannya leukosit dapat melakukan
gerakan amuboid dan melalui proses diapedesis lekosit dapat meninggalkan
kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan
penyambung, dengan adanya rangsangan zat kimia tertentu leukosit juga dapat
bekerja yang biasa disebut kemotaksis.
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang
dewasa normal adalah 4000-11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke
empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi
kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4
tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai. Bila
memeriksa variasi Fisiologi dan Patologi sel-sel darah tidak hanya persentase
tetapi juga jumlah absolut masing-masing jenis per unit volume darah harus
diambil.
a.
Neutrofil
Neutrofil
berkembang dalam sum-sum tulang dikeluarkan dalam sirkulasi, sel-sel ini
merupakan 60 -70 % dari leukosit yang beredar. Garis tengah sekitar 12 um, satu
inti dan 2-5 lobus. Sitoplasma yang banyak diisi oleh granula-granula spesifik
(0;3-0,8um) mendekati batas resolusi optik, berwarna salmon pinkoleh campuran
jenis romanovky. Granul pada neutrofil ada dua :
-
Azurofilik yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase.
-
Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat
bakterisidal (protein Kationik) yang dinamakan fagositin.
Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma
granuler, sedikit mitokondria, apparatus Golgi rudimenter dan sedikit granula
glikogen. Neutrofil merupakan garis depan pertahanan seluler terhadap invasi
jasad renik, menfagosit partikel kecil dengan aktif. Neutrofil mempunyai
metabolisme yang sangat aktif dan mampu melakukan glikolisis baik secara aerob
maupun anaerob. Kemampuan neutropil untuk hidup dalam lingkungan anaerob sangat
menguntungkan, karena mereka dapat membunuh bakteri dan membantu membersihkan
debris pada jaringan nekrotik. Fagositosis oleh neutrofil merangsang aktivitas
heksosa monofosfat shunt, meningkatkan glikogenolisis.
b.
Eosinofil
Jumlah
eosinofil hanya 1-4 % leukosit darah, mempunyai garis tengah 9um (sedikit lebih
kecil dari neutrofil). Inti biasanya berlobus dua, retikulum endoplasma,
mitokondria dan apparatus golgi kurang berkembang. Mempunyai granula ovoid yang
dengan eosin asidofkik, granula adalah lisosom yang mengandung fosfatae asam,
katepsin, ribonuklase, tapi tidak mengandung lisosim. Eosinofil mempunyai
pergerakan amuboid, dan mampu melakukan fagositosis, lebih lambat tapi lebih
selektif dibanding neutrifil. Eosinofil memfagositosis komplek antigen dan anti
bodi, ini merupakan fungsi eosinofil untuk melakukan fagositosis selektif
terhadap komplek antigen dan antibody. Eosinofil mengandung profibrinolisin,
diduga berperan mempertahankan darah dari pembekuan, khususnya bila keadaan
cairnya diubah oleh proses-proses Patologi.
c.
Basofil
Basofil jumlahnya paling sedikit dari leukosit
darah, ukuran garis tengah 12um, inti satu, besar bentuk pilihan ireguler,
umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil terisi granula yang lebih besar, dan
seringkali granula menutupi inti, granula bentuknya irreguler berwarna
metakromatik, dengan campuran jenis Romanvaki tampak lembayung. Granula basofil
metakromatik dan mensekresi histamin dan heparin, dan keadaan tertentu, basofil
merupakan sel utama pada tempat peradangan ini dinamakan hypersesitivitas kulit
basofil. Hal ini menunjukkan basofil mempunyai hubungan kekebalan. Bersifat
fagosit dan cenderung berwarna biru. Warna biru ini disebabkan karena sel
basofit menyerap pewarna basa.
d.
Limfosit
Limfosit
merupakan sel yang sferis, garis tengah 6-8um, 20-30% dari jumlah leukosit darah. Normal, inti relative besar,
bulat sedikit cekungan pada satu sisi, kromatin inti padat, anak inti baru
terlihat dengan electron mikroskop. Sitoplasma sedikit sekali, sedikit
basofilik, mengandung granula-granula azurofilik. Yang berwarna ungu dengan
Romonovsky mengandung ribosom bebas dan poliribisom. Klasifikasi lainnya dari
limfosit terlihat dengan ditemuinya tanda-tanda molekuler khusus pada permukaan
membran sel-sel tersebut. Beberapa diantaranya membawa reseptos seperti
imunoglobulin yang mengikat antigen spesifik pada membrannya. Limfosit dalam
sirkulasi darah normal dapat berukuran 10-12um ukuran yang lebih besar
disebabkan sitoplasmanya yang lebih banyak. Kadang-kadang disebut dengan
limfosit sedang. Limfosit berfungsi untuk kekebalan. Sel ini dibentuk di dalam
kelenjar limfa dan dalam sumsum tulang. Sel ini dibagi lagi menjadi limfosit
besar dan kecil.
Limfosit memiiki
berbagai peran yang fungsional dan semua perannya itu berhubungan dengan reaksi
imun dalam pertahanan terhadap serangan mikroorganisme, makroorganisme dan
sel-sel kanker. Selain itu limfosit juga menghasilkan antigen yang bisa
mengaktifkan antibodi lainnya.
Jenis-jens limfosit
Limfosit diagi dua yakni
limfosit T dan limfost B. Berikut adalah jenis–jenis limfosit B dan T beserta
fungsinya.
·
limfosit B
Fungsinya
membawa reseptor membran. Bila diaktifkan oleh antigen sfesifik, sel ini
berproliferasi melalui mitosis dan berkembang menjadi sel plasma yang
menyekresi banyak antibodi
·
limfost B memori
Sel B yang teraktifkan yang siap berespon lebih
cepat dan lebih hebat pada paparan berikut anti gen yang sama.
· Limfosit T sitotoksik
Membawa TCR(molekul husus yang disebut reseptor
sel T). Di khususkan untuk mengenali antigen terkait MHC-1 pada permuaan sel
lain. Menghasilan perforin dan protein yang mematikan sel-sel asing, sel
terinfeksi virus, dan sel kanker tertentu.
·
limfosit T penolong
Membawa TCR. Memodulasi sel B dan T lain sehingga
aktivitas sel-sel ini terangsang.
· Limfosit T memori
Membawa TCR. Siap berespon lebih cepat dan hebat
terhadap paparan berikut terhadap antigen yang sama.
· Limfosit NK
Tidak ada reseptor B dan T. Menyerang sel
terinfeksi virus dan sel kaner tanpa stimulasi sebelumnya
e.
Monosit
Merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah
leukosit normal, diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter
mencapai 20um, atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam
berbentuk tapal kuda. Kromatin kurang padat, susunan lebih fibriler, ini merupakan
sifat tetap monosit. Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan wrigh berupa bim
abu-abu pada sajian kering. Granula azurofil, merupakan lisosom primer, lebih
banyak tapi lebih kecil. Ditemui retikulim endoplasma sedikit. Juga ribosom,
pliribosom sedikit, banyak mitokondria. Apparatus Golgi berkembang dengan baik,
ditemukan mikrofilamen dan mikrotubulus pada daerah identasi inti.
Monosit ditemui dalam darah, jaingan penyambung, dan
rongga-rongga tubuh. Monosit tergolong fagositik mononuclear (system retikuloendotel)
dan mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan membrannya. Untuk
imunoglobulin dan komplemen. Monosit beredar melalui aliran darah, menembus
dinding kapiler masuk kedalam jaringan penyambung. DaIam darah beberapa hari.
Dalam jaringan bereaksi dengan limfosit dan memegang peranan penting dalam
pengenalan dan interaksi sel-sel immunocompetent dengan antigen.
Trombosit
(keping darah)
Trombosit
adalah fragmen sel mirip cakram dan tak berinti.
Ciri-ciri trombosit
o Diameternya
2-4 µm
o Jumlahnya
sekitar 200.000-300.000 tiap millimeter kubik darah
o Jangka
hidup dalam darah kurang lebih 10 hari
o Terlihat
berbentuk bulat atau lonjong bila direntangkan
o Berbentuk
batang atau gelendong bila dilihat dari samping
o Pada
mikograf electron tampak pita mikrotubul
melingkar yang memberi bentuk pada keping darah
o Trombosit
mengandung suatu system saluran yaitu system kanalikuli terbuka, yang
berhubungan dengan invaginasi membrane plasma trombosit
o Fungsi
dari susunan system kanalikuler adalah memudahkan pembebasan molekul aktif yang
tersimpan di dalam trombosit
o Trombosit
yang diaktifkan memperlihatkan badan-badan lamelar, yang mengandung persamaan
yang mencolok dengan lisosom tersier (badan-badan residu)
o Trombosit
berasal sebagai bagian yang terlepas dari sel-sel raksasa dalam sum-sum tulang,
yaitu megakariosit
o Di
sekitar tepian trombosit terdapat berkas marginal mikrotubulus fungsinya
membantu mempertahankan bentuk trombosit yang lonjong
Ada dua daerah
pada keeping darah :
·
Granulomer (zona
granular basofil gelap)
Granulomer
sentral memiliki berbagai granul berbatas membran, sedikit mitokondria dan, dan
partikel glikogen.
ü Granula
padat
(granula delta) berdiameter 250-300
nm, mengandung ion kalsium, pirofosfat, ADP, dan ATP. Granul-granul ini
mengambil dan menyimpan serotonin dari plasma
ü Granula
alfa
berdiameter 300-500 nm, mengandung
fibrinogen, plateled-derived growth factor, dan beberapa protein
spesifik-trombosit lainnya.
ü Granula
lambda :
Vesikel kecil yang berdiameter
175-250 nm dan hanya mengandung enzim lisosom
·
Hialomer (zona perifer
yang homogen dan pucat)
Pada
hialomer terdapat sejumlah tabung berbentuk tak teratur yang padat electron,
dikenal sebagai system tubular padat. Molekul aktin dan myosin dalam hialomer
dapat menyusun suatu system kontraktil yang berfungsi menimbulkan pergerakan
dan agregasi trombosit.
Suatu
selubung setebal 15-20 nm di sel yang kaya akan glikosaminoglikan dan
glikoprotein, terletak di luar plasmalema dan terlibat dalam adhesi trombosit.
Peran trombosit
dalam hemostasis
·
Menempel di daerah luka
pada pembuluh darah
·
Menghasilkan thrombus
putih, menutup permukaan yang cedera dan mengisi lubang-lubang di dalam dinding
pembuluh
Peran trombosit
dalam mengontrol pendarahan
·
Agregasi Primer
Diskontinuitas
endotel, yang diakibatkan cedera, diikuti oleh agregasi trombosit pada kolagen
yang terpapar, melalui protein pengikat kolagen pada membrane trombosit. Jadi
terbentuklah sumbatan trombosit sebagai langkah pertama untuk menghentikan
pendarahan.
·
Agregasi sekunder
Trombosit
pada sumbatan tersebut, melepaskan suatu glikoprotein adhesif dan ADP. Keduanya
adalah pemicu agregasi trombosit yang kuat, yang akan menambah ukuran sumbata
trombosit.
·
Koagulasi darah
Selama
agregasi trombosit terjadi, factor dari plasma darah, pembuluh darah yang
rusak, dan trombosit memudahkan terjadinya kaskade interaksi dari sekitar 13
protein plasma, yang menghasilkan suatu polimer, yakni fibrin yang membentuk
jalinan serat 3 dimensi yang menjerat sel-sel darah merah, leukosit, dan
trombosit untuk membentuk suatu thrombus
·
Retraksi bekuan
Bekuan
darah yang tadinya menonjol ke dalam lumen pembuluh darah berkeru t karena
adanya interaksi dari aktin, myosin trombosit, dan ATP
·
Penghancuran bekuan
Ketika
dilindungi oleh bekuan, dinding pembuluh yang rusak mengalami restorasi melalui
pembentukan jaringan baru. Bekuan tersebut kemudian dihancurkan, terutama oleh
enzim proteolitik plasmin , yang dibentuk oleh aktivasi proenzim plasma
plasminogen yang diproduksi oleh endotel penghasil activator plasminogen. Enzim yang dibebaskan dari
granula lambda trombosit juga ikut menghancurkan bekuan.
Pembentukan
Sel Darah
Pembentukan
Eritrosit (sel darah merah)
Pada sumsum tulang terdapat sel-sel yang disebut sel
stem hemopoietik pluripoten, yang merupakan asal dari seluruh sel-sel dalam
sirkulasi darah. Karena sel-sel darah ini diproduksi terus menerus sepanjang
hidup seseorang, maka ada bagian dari sel-sel ini masih tepat seperti sel
pluripoten asalnya dan disimpan dalam sumsum tulang guna mempertahankan
suplainya, walaupun jumlahnya berkurang sesuai dengan usia. Namun, sebagian
besar dari sel-sel stem yang diproduksi akan berdiferensiasi untuk membentuk
sel-sel lain. Asal sel yang paling mula masih tidak dapat dikenali sebagai
suatu sel yang berbeda dari sel stem pluripoten, walaupun sel-sel ini telah
membentuk suatu jalur sel khusus yang disebut sel-stem commeted.
Berbagai sel stem commited, bila ditumbuhkan dalam
biakan, akan menghasilkan koloni tipe sel darah yang spesifik. Suatu sel stem
commited yang menghasilkan eritrosit disebut unit pembentuk koloni eritrosit,
dan dingkatan CFU-E digunakan untuk menandai jenis sel stem ini. Demikian pula,
unit yang membentuk koloni granulosit dan monosit disingkat dengan CFU-GM, dan
seterusnya.
Pertumbuhan dan reproduksi berbagai sel stem diatur
oleh bermacam-macam protein yang disebut penginduksi pertumbuhan. Salah satunya
adalah interleukin-3, yang memulai pertumbuhan dan reproduksi pada semua jenis
sel-stem yang berbeda-beda, sedangkan yang lain hanya menginduksi pertumbuhan
pada tipe-tipe spesifik dari sel stem commited.
Penginduksi pertumbuhan akan memicu pertumbuhan
tetapi tidak membeda-bedakan sel-sel. Membedakan sel-sel adalah fungsi dari rangkaian
protein lain, yang disebut penginduksi diferensiasi. Masing-masing dari protein
ini akan menghasilkan satu tipe stem sel untuk berdiferensiasi sebanyak satu
langkah atau lebih menuju tipe akhir pada sel darah dewasa.
Pembentukan penginduksi
pertumbuhan dan penginduksi diferensiasi itu sendiri dikendalikan oleh
faktor-faktor di luar sumsum tulang. Sebagai contoh, pada sel darah merah,
kontak tubuh dengan oksigen yang rendah selama waktu yang lama akan
mengakibatkan induksi pertumbuhan, diferensiasi, dan produksi eritrosit dalam
jumlah yang sangat meningkat. Pada sel darah putih, penyakit infeksi akan
menyebabkan pertumbuhan, diferensiasi dan akhirnya pembentukan sel darah putih
tipe spesifik yang diperlukan untuk memberantas infeksi.
Tahap-Tahap
Diferensiasi Sel Darah Merah
Sel pertama yang dapat
dikenali sebagai bagian dari rangkaian sel darah merah adalah proeritroblas.
Dengan rangangan yang sesuai, maka dari sel-sel stem CFU-E dapat dibentuk
banyak sekali sel ini.
Sekali proeritroblas ini
terbentuk, maka ia akan membelah beberapa kali, sampai akhirnya akan terbentuk
banyak sel darah merah yang matur. Sel-sel generalisasi pertama ini disebut
basofil eritroblas sebab dapat dipulas dengan zat warna basa, pada saat ini,
sel mengumpulkan sedikit sekali hemoglobin. Pada generasi berikutnya, sel sudah
dipenuhi oleh hemoglobin dengan konsentrasi sekitar 34 persen, maka nukleus
memadatmenjadi kecil, dan sisa akhirnya terdorong dari sel pada saat yang sama,
retikulum endoplasma direabsorbsi. Pada tahap ini, sel disebut retikulosit
karena masih mengandung sedikit bahan basofilik, yaitu terdiri dari sisa-sisa
aparatus golgi, mitokondria, dan sedikit organel sitoplasmik lainnya. Selama
tahap retikulosit, sel-sel berjalan dari sumsum tulang masuk ke dalam kapiler
darah dengan cara diapedesis (terperas melalui pori-pori membran kapiler).
Bahan basofilik yang
tersisa dalam retikulosit normalnya akan menghilang dalam waktu 1 sampai 2 hari
dan sel kemudian menjadi eritrosit matur. Karena waktu hidup eritrosit ini
pendek, maka konsentrasinya di antara seluruh sel darah merah dalam keadaan
normal kurang dari 1 persen. Ketika
sel darah merah dihantarkan dari sumsum tulang masuk ke dalam sistem sirkulasi,
maka secara ormal rata-rata akan bersirkulasi selama 120 hari sebelum rusak.
Kegagalan Pematangan Sel Akibat Buruknya Absorpsi Vitamin B12-Anemia Pernisiosa.
Penyebab umum kegagalan pematangan adalah adanya kegagalan untuk mengabsorbsi
vitamin Bl2 dari traktus
gastrointestinal. Hal ini sering terjadi pada penyakit anemia pernisiosa, dengan dasar kelainan berupa atrofi mukosa lam bung, yang gagal menghasilkan sekret lambung normal. Sel-sel parietal pad a kelenjar lambung menyekresi glikoprotein yang disebut faktor intrinsik, yang bergabung dengan vitamin B12 dari makanan, sehingga B12 dapat diabsorpsi oleh usus. Hal tersebut dapat terjadi dengan cara berikut:
(1) Faktor intrinsik
berikatan erat dengan
vitamin B12 Dalam keadaan terikat, B12 terlindungi dari pencemaan oleh sekret gastrointestinal.
(2) Masih dalam keadaan terikat, faktor-faktor intrinsik akan berikatan dengan reseptor khusus yang terletak di brush border membran sel mukosa di ileum.
(3)
Kemudian,
vitamin B12 diangkut ke dalam darah selama beberapa jam berikutnya
melalui proses pinositosis, yang mengangkut faktor intrinsik bersama vitamin melewati membran. Oleh karena itu, kekurangan faktor intrinsik akan menyebabkan kurangnya ketersediaan vitamin B12 akibat kelainan absorbsi vitamin tersebut.
Begitu
vitamin B12 sudah diabsorbsi dari traktus gastrointestinal, maka vitamin ini akan disimpan dalam jumlah yang besar di hati dan kemudian dilepaskan secara lambat sesuai kebutuhan sum sum tulang. Jumlah minimum vitamin B12 yang dibutuhkan setiap hari untuk menjaga supaya pematangan sel darah merah tetap normal hanya sebesar I
sampai 3 mikrogram, dan yang disimpan di hati dan jaringan tubuh lainnya kira-kira 1000 kali jumlah ini. Jadi, untuk menimbulkan anemia akibat kegagalan pematangan dibutuhkan gangguan absorpsi B12 selama 3 sampai 4 tahun.
Kegagalan Pematangan yang Disebabkan oleh Defisiensi Asam Folat (Asam Pteroilglutamat).
Asam
folat adalah bahan normal yang ditemukan pada sayuran hijau, buah-buahan tertentu, dan daging (terutama hati). Namun, bahan ini mudah rusak selama makanan dimasak. Selain itu, pad a orang-orang dengan kelainan absorpsi gastrointestinal, misalnya sering mengalami penyakit usus halus yang disebut sprue (sariawan usus), seringkali mengalami kesulitan yang serius dalam mengabsorbsi asam folat maupun vitamin B12 Oleh karena itu, sebagian besar kegagalan maturasi disebabkan adanya defisiensi absorpsi asam folat dan vitamin B12 di usus.
Pembentukan Hemoglobin
Sintesis hemoglobin dimulai dalam proeritroblas
dan berlanjut bahkan dalam stadium retikulosit
pada pembentukan sel darah'merah, Oleh karena itu, ketika retikulosit meninggalkan sum sum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, retikulosit tetap membentuk sejumlah kecil hemoglobin satu hari sesudah dan seterusnya
sampai sel tersebut menjadi eritrosit yang matur. Kemudian, empat pirol bergabung untuk membentuk
protoporfirin IX, yang kemudian bergabung dengan besi untuk
membentuk molekul heme. Akhimya, setiap molekul heme
bergabung dengan rantai polipeptida panjang, yaitu globin yang disentesis
oleh ribosom, membentuk suatu subunit hemoglobin
yang disebut rantai hemoglobin Tiap-tiap rantai mempunyai berat molekul kira-kira 16.000; empat rantai ini selanjutnya akan berikatan
longgar satu sarna lain untuk membentuk molekul hemoglobin yang lengkap.
Terdapat beberapa variasi kecil di berbagai rantai subunit hemoglobin, bergantung pada susunan asam amino di bagian polipeptidanya. Tipe-tipe rantai itu disebut rantai
alfa, rantai beta, rantai
gamma, dan rantai delta.
Bentuk hemoglobin yang paling umum pada orang dewasa, yaitu hemoglobin
A, merupakan kombinasi dari dua rantai alfa
dan dua rantai
beta. Hemoglobin A mempunyai berat molekul 64.458. Karena setiap rantai hemoglobin mempunyai sebuah gugus prostetik heme yang mengandung satu atom besi, dan karena adanya empat rantai hemoglobin di setiap molekul hemoglobin, kita dapat menemukan adanya empat atom besi di setiap molekul hemoglobin; setiap atom ini dapat berikatan longgar dengan satu molekul oksigen, sehingga empat molekul oksigen (atau delapan atom oksigen) dapat diangkut oleh setiap molekul hemoglobin.
Tipe rantai hemoglobin pada molekul hemoglobin menentukan afinitas ikatan hemoglobin terhadap oksigen. Abnormalitas rantai ini dapat mengubah ciri-ciri fisik molekul hemoglobin. Contohnya, pada anemia sel
sabit,
asam amino valin digantikan oleh asam glutamat
pada satu titik, masing-masing di kedua rantai beta. Jika tipe hemoglobin ini terpapar dengan oksigen berkadar rendah, akan terbentuk kristal panjang di dalam sel-sel darah merah yang panjangnya kadang-kadang mencapai 15 mikrometer. Hal ini membuat sel-sel tersebut hampir tidak mungkin melewati kapiler-kapiler kecil, dan ujung kristal terse but yang tajam cenderung merobek membran sel, sehingga terjadi anemia sel sabit.
Masa Hidup dan Penghancuran Sel Darah Merah
Ketika sel darah merah dihantarkan dari sum sum tulang masuk ke daJam sistem sirkulasi, sel terse but normalnya akan bersirkuJasi rata-rata selama 120 hari sebelum dihancurkan. Walaupun sel darah merah yang matur tidak mempunyai inti, mitokondria, atau retikulum endo" plasma, sel tersebut mempunyai enzim-enzim sitoplasma yang mampu melakukan metabolisme glukosa dan membentuk sejumlah kecil adenosin trifosfat. Enzim tersebut juga mampu (I) mempertahankan kelenturan membran sel; (2) mempertahankan transpor ion melalui membran' (3) menjaga besi hemoglobin sel agar tetap dalam bentuk fero, bukan dalam bentuk feri, dan (4) mencegah oksidasi protein di dalam seJ darah merah. Meskipun demikian sistem metabolik dalam sel darah merah yang tua secara progresif makin kurang aktif, dan sel menjadi semakin rapuh, diduga karena proses kehidupannya sudah banyak yang terpakai.
Begitu membran sel darah merah menjadi rapuh, sel tersebut bisa robek sewaktu melewati tempat-tempat yang sempit di sirkulasi. Di limpa akan dijumpai banyak sel darah merah yang hancur, karena sel-sel ini terperas sewaktu melalui puJpa merah limpa. Ruangan di antara struktur trabekula pulpa merah, yang harus dilaJui oleh sebagian besar sel, lebarnya hanya
3 mikrometer, dibandingkan dengan sel darah merah yang berdiameter 8
mikrometer. Bila limpa diangkat, jumlah sel darah merah abnormal berumur tua
yang beredar dalam darah akan menin~ secara bermakna.
Penguraian Hemoglobin.
Hemoglobin yang dilepaskan dari sel sewaktu sel darah merah pecah, akan segera difagosit oleh sel-sel makrofag di banyak bagian tubuh, namun terutama oleh sel-sel Kupffer hati, makrofag limpa dan makrofag sum sum tulang. Selama beberapa jam atau beberapa hari sesudahnya, makrofag akan melepaskan besi yang didapat dari hemoglobin dan menghantarkannya kembali ke dalam darah dan diangkut oleh transferin
ke sum sum tulang untuk membentuk sel darah merah baru, atau ke hati dan jaringanlainnya untuk disimpan dalam bentuk feritin. Bagian porfirin dari molekul hemoglobin diubah oleh makrofag melalui serangkaian tahap menjadi pigmen empedu bilirubin, yang dilepaskan ke dalam darah dan kemudian dikeluarkan dari tubuh oleh sekresi melalui hati ke dalam cairan empedu.
Pembentukan
Leukosit (sel darah putih)
Diferensiasi dini dari sel stem hemopoietik pluripoten
menjadi berbagai tipe sel stem commited. Selain sel-sel commited untuk
membentuk sel darah merah terbentuk pula dua silsilah utama dari sel darah
putih, silsilah mielositik dan limfositik, silsilah mielositik dimulai dengan mieloblas sedangkan silsilah
limfositik dimulai dengan limfoblas.
Granulosit dan monosit hanya dapt ditemukan pada sumsum
tulang. Limfosit dan sel plasma terutama diproduksi dalam berbagai organ
limfogen, termasuk kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil, dan berbagai kantong
jaringan limfoid di mana saja dalam tubuh, terutama dalam sumsum tulang pada
plak peyer di bawah epitel dinding usus.
Sel darah putih yang terbentuk dalam sumsum tulang,
terutama granulosit, disimpan dalam sumsum sampai mereka diperlukan di sistem
sirkulasi. Kemudian, bila kebutuhan meningkat, bermacam-macam faktor akan
menyebabkan granulosit tersebut dilepaskan. Dalam keadaan normal, granulosit
yang bersirkulasi dalam seluruh darah kira-kira tiga kali jumlah yang disimpan
dalam sumsum. Jumlah ini sesuai dengan persediaan granulosit selama 6 hari.
Limfosit sebagian besar disimpan dalam berbagai area
jaringan limfoid kecuali pada sedikit limfosit yang secara temporer diangkut
dalam darah.
Megakariosit juga dibentuk dalam sumsum tulang dan
merupakan bagian dari kelompok mielogenosa dalam sumsum tulang. Megakariosit
ini lalu pecah dalam sumsum tulang, menjadi fragmen kecil yang dikenal sebagai
platelets atau trombosit yang selnjutnya masuk ke dalam darah.
2.
Masa Hidup Sel Darah Putih
Alasan utama keberadaan sel darah putih dalam darah
adalah karena sel diangkut dari sumsum tulang atau jaringan lifoid ke area-area
tubuh yang memerlukan. Masa hidup granulosit sesudah dilepaskan dari sumsum
tulang normalnya 4 sampai 8 jam dalam darah sirkulasi, dan 4 sampai 5 hari
berikutnya dalam jaringan. Pada keadaan infeksi jaringan yang berat, masa hidup
keseluruhan seringkali berkurang sampai hanya beberapa jam, karena granulosit
dengan cepat menuju daerah infeksi, melakukan fungsinya, dan masuk dalam proses
di dalam proses di mana sel-sel itu sendiri dimusnahkan.
Monosit juga mempunyai masa edar yang singkat, yaitu 10
sampai 20 jam, berada dalam darah sebelum
mengembara melalui membran kapiler ke dalam jaringan. Begitu masuk ke
dalam jaringan, sel-sel ini membengkak sampai ukurannya menjadi besar sekali
untuk menjadi makrofag jaringan, dan dalam bentuk ini, sel-sel tersebut dapat
hidup berbulan-bulanatau bahkan bertahun-tahun kecuali bila mereka dimusnahkan
karena melakukan fungsi fagositik. Makrofag jaringan ini membentuk dasar bagi
sistem makrofag jaringan yang merupakan pertahanan lanjutan dalam jaringan
untuk melawan infeksi.
Limfosit terus-menerus memasuki sistem sirkulasi bersama
dengan pengaliran limfe dari nodus limfe dan jaringan limfoid lain. Kemudian,
setelah beberapa jam. Limfoid berjalan kembali ke jaringan dengan cara
diapedesis dan selanjutnya kembali memasuki limfe dan kembali ke jaringan
limfoid atau ke darah lagi, demikian seterusny. Jadi terjadi sirkulasi limfoid
yang terus menerus di seluruh tubuh. Limfosit memiliki masa hidup
berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun, tetapi hal ini
bergantung pada kebutuhan tubuh akan sel-sel tersebut.
Hematopoiesis
Hematopoiesis merupakan
pembentukan dan perkembangan sel darah. Pada embrio dan janin terjadi di
berbagai tempat, termasuk hati, limpa, timus, kelenjar getah bening dan sumsum
tulang. Mulai lahir sampai sepanjang sisa hidupnya terutama di sumsum tulang
dan sebagian kecil di kelenjar getah bening.
Faktor - faktor yang mempengaruhi hematopoeitik
Pertumbuhan dan reproduksi berbagai sel stem diatur oleh
bermacam-macam protein yang disebut penginduksi pertumbuhan. Ada empat protein
penginduksi pertumbuhan yang utama dan masing-masing memiliki ciri khas
tersendiri. Salah satunya adalah interleukin-3, yang memulai pertumbuhan dan
reproduksi hampir semua jenis commited stem cells yang berbeda - beda,
sedangkan yang lain hanya menginduksi pertumbuhan pada tipe - tipe sel yang
spesifik.
Penginduksi pertumbuhan akan memicu pertumbuhan dan bukan
memicu diferensiasi sel - sel. Diferensiasi sel adalah fungsi dari rangkaian
protein yang lain, yang disebut penginduksi diferensiasi. Masing - masing
protein ini akan menghasilkan satu tipe commited stem cells untuk
berdiferensiasi sebanyak satu langkah atau lebih menuju ke sel darah dewasa
bentuk akhir.
Pembentukan penginduksi pertumbuhan dan penginduksi
diferensiasi itu sendiri dikendalikan oleh faktor-faktor di luar sumsum
tulang. Contohnya, pada eritrosit (sel darah merah), paparan darah dengan
oksigen yang rendah dalam waktu yang lama akan mengakibatkan induksi
pertumbuhan, diferensiasi, dan produksi eritrosit dalam jumlah yang sangat
banyak. Pada sel darah putih, penyakit infeksi akan menyebabkan pertumbuhan,
diferensiasi, dan akhirnya pembentukan sel darah putih tipe tertentu yang
diperlukan untuk memberantas setiap infeksi.
Nama
|
Lokasi gen manusia dan sel
penghasil
|
Aktivitas biologik utama
|
Granulosit (G-CSF)
|
Kromosom 17
Makrofag
Endotel
Fibroblast
|
Merangsang pembentukan granulosit
( in vitro dan in vivo)
Meningkatkan metabolisme
granulosit
Merangsang sel ganas (leukemik)
|
Granolusit + makrofga ( GM-SCF)
|
Kromosom 5
Limfosit T
Endotel
Fibroblast
|
Merangsang produksi granulsit dan
makrofag in vitro dan in vivo
|
Makrofag (M-SCF)
|
Kromosom 5
Makrofag
Endotel
Fibroblas
|
Merangasang pembentuakn
makrofag in vitro.
Meningkatkan aktivitas antitumor
dari makrofag.
|
Interleukin 3 (IL-3)
|
Kromosom 5
Limfosit T
|
Merangsang produksi semua sel
mieloid in vivo dan in vitro
|
Eritropoietin (EPO)
|
Kromosom 7
Sel interstitial ginjal (korteks
bagian luar)
|
Merangsang pembentukan sel darah
merah in vivo dan in vitro
|
Tabel faktor pertumbuhan hamatopoietik:
Kelainan-kelainan
sel darah
Kelainan pada sel darah merah
1. Penyakit
: Anemia defisiensi besi
Penyebab
utama : Asupan zat besi yang kurang atau pengeluaran yang berlebih
2. Penyakit
: Methemoglobinemia
Penyebab
utama : Asupan oksidan yang berlebihan (berbagai bahan kimia dan obat),
defisiensi genetic pada system methemoglobin reduktase, dependen-NADH,
pewarisan HbM
3. Penyakit
: Anemia sel Sabit
Penyebab
utama :Sequens kodon 6 pda rantai β berubah dari GAG pada gen normal menjadi
GTG pada gen sel sabit sehinggga terjadi substitusi asam glutamate oleh valin.
4. Penyakit
: Thalasemia-α
Penyebab
utama : Berbagai mutasi pada gen α-globin terutama pertukaran silang (crossing
over) yang tak sepadan dan delesi dalam jumlah besar
5. Thalasemia-β
6. Penyakit
: Anemia
Penyebab
utama : berkurangnya jumlah eritrosit hingga di bawah nilai batas normal,
berkurangnya kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cells (hematocrit) per 100 ml darah.
Macam
anemia:
» Anemia
Aplastik: gangguan yang mengancam jiwa pada sel
induk di sumsum tulang , yang sel-sel darahnya diproduksi dalam dalam jumlah
yang tidak mencukupi.
» Anemia
defisiensi besi : penurunan asupan zat
besi atau pengeluaran yang berlebih
» Anemia
megaloblastik : disebabkan karena adanya
defisiensi vitamin B12 disebabkan oleh kurangnya absorbsi vitamin B12,
dan karena adanya defisiensi asam folat yang disebabkan oleh penurunan asupan,
gangguan absorbsi, ataupun karena adanya peningkatan kebutuhan terhadap folat.
7. Penyakit
: eritroblastosis fetalis
Penyebab
: disebabkan oleh sel darah merah pada janin yang ber-rhesus positif atau Rh
(+) diserang oleh antibodi ibu yang ber-rhesus negatif atau Rh (-). Sehingga,
sel darah yang mengandung Rh (+) akan menjadi rapuh; oleh karena itulah, sel
darah merah mudah pecah, sehingga menyebabkan anak yang lahir akan mengalami
anemia berat.
8. Penyakit
: Polisitemia
Penyebab
utama : keadaan volume sel darah merah yang berlebihan, melebihi ambang batas
jumlah normal.
1. Leukositosis
peningkatan
jumlah leukosit yang pada umumnya melebihi 10.000 sel / mm3.
2. Granulositosis
Peningkatan
granulosit
3. Neutrofilia
peningkatan
kadar netrofil dalam darah. Netrofillia ini sangat sering ditemukan pada
keadaan jaringan tubuh yang mengalami radang, khususnya radang akut
4. Eusinofilia
Peningkatan
kadar eusinofilia yang berlebihan, yang biasanya disebabkan oleh penyakit parasit
yang terjadi di dalam tubuh
5. Leukopenia
produksi
sel darah putih atau leukosit yang sangat sedikit oleh sum-sum tulang sehingga
tubuh kurang mendapat perlindungan dari banyak bakteri dan agen lain yang masuk
menginvasi jaringan.
6. Leukimia
dikenal
dengan sebutan kanker sel darah putih karena sel darah putih dalam tubuh
diproduksi secara tidak terkontrol. Hal
ini terjadi karena mutasi pada sel mielogen ataupun pada sel limfogen.
Ada 2, berdasar tempat mutasinya:
a. Leukemia
limfostik: Kanker ini terjadi pada sel
limfosit yang berfungsi menghasilkan atau memporoduksi sel-sel darah yang
dimulai di nodus limfa atau jaringan limfostik lain dan menyebar ke seluruh
tubuh
b.
Leukimia Mielogenosa :
Sel mielogenosa muda yang bersifat kanker diproduksi di sum-sum tulang kemudian
menyebar ke berbagai jaringan dalam tubuh. Sehingga, sel ini sampai ke limfa,
nodus limfa, dan hati. Oleh karena
itulah, leukosit banyak diproduksi di nodus limfa, limfa dan hati. Sel
mielogenosa muda yang bersifat kanker ini kadang-kadang berdiferensiasi
membentuk leukemia netrofilik, leukimia eosinofilik, leukemia basofilik ataupun
leukemia basofilik
7.
Limfoma
Merupakan keganasan sisttem limfatik dengan faktor resiko
yang diidentifikasi mencakup keadaan immunodefisiensi (kongenital atau
didapat), serta pajanan dengan herbisida, pestisida dan pelarut organik seperti
benzena.
Trombositosis
dan Trombositopenia
Kelainan
jumlah atau fungsi trombosit (atau keduanya) dapat mengganggu koagulasi
darah.trombosit yang terlalu banyak atau sedikit mengganggu koagulasi darah.
Keadaan yang ditandai dengan trombosit berlebihan disebut trombositosis atau
trombositemia.
Trombositosis
umumnya didefinisikan sebagai peningkatan jumlah trombosit lebih dari
400.000/mm3 dan
dapat primer atau sekunder. Trombositosis primer timbul dalam bentuk
trombositemia primer à
terjadi proliferasi abnormal megakariosit dengan jumlah trombosit melebihi 1
juta. Sedangkan trombositosis sekunder terjadi sebagai akibat adanya
penyebab-penyebab lain, baik secara sementara setelah stress atau olahraga
dengan pelepasan trombosit dari sumber cadangan (dari lien), atau dapat
menyertai keadaan meningkatnya permintaan sumsum tulang seperti pada
perdarahan, anemia hemolitik, atau anemia defisiensi besi. Peningkatan tajam
jumlah trombosit terjadi pada pasien-pasien
yang liennya sudah di buang secara pembedahan. Karena lien merupakan
tempat primer penyimpanan dan penghancuran trombosit, maka pengangkatan
(spelenektomi) tanpa disertai pengurangan produksi didalam sumsum tulang akan
mengakibatkan trombositosis, yang sering melebihi 1 juta/mm3.
Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit kurang dari
100.000/mm3 . Jumlah trombosit yang rendah ini merupakan akibatnya
berkurangan produksi atau meningkatnya penghancuran trombosit. Pasien
trombositopenia cenderung mengalami pendarahan,seperti halnya pada hemophilia,
kecuali bahwa biasanya pendarahan berasal dari venula-venula atau
kapiler-kapiler kecil, bukan dari pembuluh yang besar, seperti pada hemophilia. Sebagai akibatnya akan timbul bintik-bintik
pendarahan diseluruh jaringan tubuh. Harus dicurigai sesorang terkena
trombositopenia jika darahnya gagal untuk beretraksi, karena retraksi untuk
bekuan normalnya bergabtung pada berbagai pelepasan berbagai factor pembekuan
dari sejumlah trombosit yang terperangkap dalam jaringan bekuan fibrin.
Sebagian besar pasien trombositopenia mempunyai penyakit
yang dikenal sebagai trombositopenia idiopatik, yang berarti trombositopenia
yang tiddak diketahui penyebabnya. Pada keadaan seperti ini akibat dari
antibody spesifik yang bereaksi terhadap trombosit itu sendiri dan
mengahncurkannya.
Gangguan
Faktor Plasma Herediter
·
Hemofilia
Merupakan gangguan koagulasi herediter yang bermanifestasi sebagai
episode pendarahan intermitten. Hemofilia disebabkan oleh mutasi gen faktor VIII (FVIII) atau faktor IX (FIX),
dikelompokkan sebagai hemofilia A dan B. Kedua gen tersebut terletak pada
kromosom X, sehingga termasuk penyakit resesif terkait-X. Sehingga diturunkan
secara genetik melalu kromosom wanita. Oleh karena itu, wanita hampir tidak
pernah mengalami hemofilia karena paling sedikit satu dari kedua kromosom X-nya
mempunyai gen-gen yang sempurna. Bila salah satu kromosom X-nya mengalami
defisiensi, ia akan menjadi carier yang menurunkan penyakit hemofilia pada
separuh anak laki-lakinya dan menrunkan sifat carier pada separuh anak
wanitanya.
Dua jenis hemofilia yang
secara klinis identik adalah : hemofilia
A atau hemofilia klasik karena
defisiensi atau tidak adanya akivitas factor antihemofilia VII, dan hemofilia B atau penyakit Christmas karena defisiensi atau tidak adanya akitivitas
factor IX. Hemofilia dapat diklasifikasikan sebagai: (1) berat à dengan kadar aktivitas faktor kurang dari 1%, (2)
sedang à kadar aktivitas diantara 1%-5%, serta (3) ringan à jika 5% atau lebih. Perdarahan spontan dapat
terjadi jika kadar aktivitas faktor kurang dari 1%. Tetapi pada kadar 5% atau
lebih, perdarahan umumnya terjadi berkaitan dengan trauma atau proseduir
pembedahan. Manifestasi klinis meliputi pendarahan jaringan lunak, otot, dan
sendi, terutama sendi-sendi yang menopang berat badan, disebut hemartrosis
(pendarahan sendi). Derajat
pendarahan berkaitan dengan banyaknya aktivitas factor dan beratnya cedera.
Pendarahan dapat terjadi segera atau berjam-jan setelah cedera.
·
Penyakit Von Willebrand
Penyakit von Willebrand adalah gangguan koagulasi
herediter yang paling sering terjadi. Dikenal berbagai subtipe, yang paling
sering terjadi adalah tipe I. Kecuali tipe II dan tipe III yang autosomal
resesif, semua tipe diturunkan secara dominan autosomal, sama-sama terjadi pada
laki-laki dan perempuan. Pada penyakit ini terdapat penurunan aktivitas factor
VIII dan faktor VIII. Faktor von Willebrand disintesis
didalam sel-sel endotel dan megakariosit serta disimpan didalam organel
penyimpanan. Faktor von Willebrand mempermudah adhesi trombosit pada
komponen-komponen di dalam subendotel vascular dibawak keadaan aliran yang
tinggidan bertekanan, serta faktor ini merupakan karier intravaskular untuk
Faktor VIII ditempat pendarahan aktif. Pada penyakit von Willbrand, trombosit
tidak melekat pada kolagen karena adanya defisiensi atau kelainan pada factor
von Willebrand.
Defisiensi
Faktor Plasma Di Dapat
Hal ini berkaitan
dengan penurunan produksi faktor-faktor koagulasi, seperti yang ditemukan pada
penyakit hati atau defisiensi vitamin K, atau peningkatan konsumsi yang
menyertai koagulasi intravascular diseminata (DIC) atau fibrinolisis.
Karena hari merupakan tempat utama
sintesis factor-faktor II, V, VII, IX dan X, gangguan hati berat (yaitu,
sirosis) akan mengubah respons hemostatik. Selain itu juga terjadi gangguan
dalam penyerapan vitamin K, dan lain-lain.
Koagulasi Intravaskular
Diseminata (DIC)
Merupakan suatu
sindrom kompleks yag terdiri atas banyak segi, yang sistem hemostatik dan
fisiologik normalnya mempertahankan darah tetap cair berubah menjadi suatu
sistem patologik yang menyebabkan terbentuknya trombi fibrin difus, yang
menyumbat mikrovaskular tubuh. System fibrinolitik diaktivasi oleh thrombin di
dalam sirkulasi, yang memecah fibrinogen menjadi monomer fibrin. Thrombin dapat
merangsang agregasi trombosit, mengaktivasi factor V dan VIII, serta melepas
activator plasminogen, yang membentuk plasmin. Plasmin memecah fibrin membentuk
produk-produk degradasi-fibrin, selanjutnya menginaktivasi factor V dan VIII.
Aktivitas thrombin yang berlebihan mengakibatkan berkurangnya fibrinogen,
trombositositopenia, factor-faktor koagulasi, dan fibrinolisis, yang
mengakibatkan perdarahan difus.
Respon tubuh terhadap penurunan volume darah
Penurunan volume darah menyebabkan penurunan aliran
darah melalui pembuluh darah perifer, dan terutama yang dapat menyebabkan
kegagalan penyerapan oksigen oleh darah sewaktu melewati paru-paru, dapat juga
meningkatkan kecepatan produksi sel darah merah. Hal ini tampak jelas terutama
pada keadaan gagal jantung yang lama, dan pada kebanyakan penyakit paru, karena
hipoksia jaringan yang timbul akibat keadaan
ini akan meningkatkan produksi sel darah merah, dengan hasil akhir berupa
kenaikan hematokrit dan biasanya juga akan meningkatkan volume darah total.
Respon tubuh
terhadap peningkatan volume darah
Pada kasus yang meningkatkan volume darah total seperti
pada polisitemia, volume darah total kadang meningkat sampai dua kali normal.
Akibatnya, seluruh sistem pembuluh darah menjadi membengkak. Selain itu, banyak
kapiler darah menjadi tersumbat oleh darah yang kental, viskositas darah pada
polisitemia vera kadang-kadang meningkat dari 3 kali viskositas air menjadi 10
viskositas air. Karena viskositas darah sangat meningkat aliran darah yang
melalui pembuluh darah perifer menjadi sangat lambat. Sesuai dengan
faktor-faktor yang mengatur pengembalian darah ke jantung, kenaikan viskositas
menurunkan kecepatan aliran balik vena ke jantung. Sebaliknya, pada
polisitemia, volume darah sangat
meningkat, yang cenderung menambah aliran balik vena. Jadi sesungguhnya, curah
jantung pada polisitemia tidak jauh dari nilai normal, sebab kedua faktor
tersebut kurang lebih akan saling menetralkan. Ini berarti bahwa mekanisme
pengaturan tekanan darah biasanya dapat mengimbangi kecendrungan kenaikan
viskositas darah untuk menaikkan tahanan perifer dengan demikian, akan meningkatkan
tekanan arteri. Akan tetapi, diatas
batas nilai tertentu pengaturan ini dapat gagal dan timbul hipertensi.