SISTEM LIMBIK
merupakan keseluruhan neuronal yang mengatur tingkah laku emosional dan
dorongan motivasional. Bagian utama dari system limbik adalah hipotalamus. Area
ini mengatur perilaku, mengatur banyak kondisi internal dari tubuh seperti suhu
tubuh, osmolalitas cairan tubuh, dan dorongan untuk makan dan minum serta
mengatur berat badan. Di sekeliling hipotalamus terdapat struktur subkortikal
dari system limbik yang mengelilinginya, meliputi septum, area paraolfaktoria, epitalamus, nuclei anterior talamus,
bagian ganglia basalis, hipokampus, dan amigdala.
Di sekeliling area subkortikal limbik terdapat korteks limbik terdiri
atas sebuah cincin korteks serebri yang dimulai dari area orbitofrontalis pada permukaan ventral lobus frontalis,
menyebar ke atas di dalam girus subkalosal
di bawah bagian anterior korpus kalosum, melewati ujung atas kalosum ke bagia medial hemisfer serebri
dalam girus singulata dan akhirnya
berjalan di belakang korpus kalosum
dan ke bawah menuju permukaan ventromedial lobus temporalis ke girus parahipokampus dan unkus. Cincin
korteks limbik berfungsi sebagai komunikasi dua arah dan penghubung antara
neokorteks dan struktur limbik bagian bawah. Pada permukaan medial dan ventral
dari setiap hemisfer serebri terdapat cincin paleokorteks sangat erat dengan
perilaku dan emosi.
1.
Hipotalamus
·
Adanya perangsangan pada hipotalamus lateral timbul rasa haus, nafsu makan, kadang timbul rasa marah, keinginan berkelahi.
Adanya perangsangan pada hipotalamus lateral timbul rasa haus, nafsu makan, kadang timbul rasa marah, keinginan berkelahi.
·
Perangsangan pada nucleus
ventromedial dan area di sekelilingnya menimbulkan rasa kenyang, menurunnya
nafsu makan.
·
Perangsangan pada zona tipis dari
nuclei paraventrikuler timbul rasa takut,
terhukum.
·
Dorongan seksual dapat timbul pada
rangsangan beberapa area hipotalamus sebagian besar bagian anterior dan
posterior hipotalamus.
a.
Fungsi Vegetatif dan Sekresi
Hipotalamus
meskipun mempunyai ukuran sangat kecil hanya beberapa sentimeter kubik,
mempunyai jaras komunikasi dua arah yang berhubungan dengan semua tingkat
system limbic. Sebaliknya, hipotalamus dan struktur-struktur yang berkaitan dengannya
mengirimkan sinyal-sinyal keluaran dalam tiga arah:
1.
Kebelakang dan kebawah menuju batang otak terutama ke area
reticular mesensefalon, pons dan medulla, dan dari area tersebut ke saraf
perifer system saraf otonom.
2.
Keatas menuju sebagian besar area yang lebih tinggi
didiensefalon dan serebrum, khususnya bagian anterior thalamus dan bagian
limbic korteks serebri.
3.
Ke infundibulum hipotalamus untuk mengatur sebagian dari
fungsi sekretorik pada bagian posterior dan anterior kelenjar hipofisis.
Hipotalamus
mengatur sebagian besar fungsi vegetative dan fungsi endokrin tubuh seperti halnya banyak aspek
per ilaku emosional.
Pengaturan fungsi vegetative dan fungsi endokrin hipotalamus
area lateral yang
ditunjukkan diatas berguna untuk pengatunran rasa haus, rasa lapar dan sebagian
besar hasrat emosiaonnal.
Gambaran umum
fungsi vegetative dan fungsi
pengaturan hipootalamus:
·
Pengaturan kardiovaskular
Perangsangan berbagai area
dalam hipotalamus dapat menimbulkan efek neurogenik pada system kardiovaskuler
yang telah dikenal, meliputi teknan arteri, peningkatan frekuensi denyut
jantung. Pada umumnya perangsangan hipotalamus bagian posteeri rior dan lateral
meningkatkan tekanan arteri dan frekuensi denyut jantung, sedangkan
perangsangan pada area preoptik sering menimbulkan efek yang berlawanan,
sehingga menyebabkan penurunan frekuensi denyut jantung dan tekanan arteri.
Efek ini terutama dijalarkan melalui pusat pengatur kardiovaskular tertentu di
regio reticular dari pons dan medulla.
·
Pengaturan suhu tubuh
Bagian anterior hipotalamus,
khususnya area preoptik berhubungan dengan pengaturan suhu tubuh. Peningkatan
suhu darah yang mengalir melewati area ini meningkatkan aktivitas neuron-neuron
peka suhu, sementara penurunan suhu akan menurunkan aktivitasnya. Sebaliknya,
neuron-neuron ini mengatur mekanisme yang dipakai untuk meningkatkan atau
menurunkan suhu tubuh.
·
Pengaturan cairan tubuh
Hipotalamus mengatur cairan
tubuh melalui dua cara:
1.
Dengan mencetuskan sensasi haus. Dibagian lateral terdapat
area yang disebut pusat rasa haus . bila elektrolit cairan yang terdapat
dipusat atau didaerah yang berkaitan dengan hipotalamus menjadi sangat pekat,
pada hewan akan berkembang hasrat untuk minim air.
2.
Mengatur ekskresi air ke dalam urin. Penagturan eksresi air
oleh ginjal terutama dilakukan oleh nuclei supraoptikus. Bila cairan tubuh
menjadi sangat pekat, neuron-neuron dalam area ini menjadi terangsang.
Serabut-serabut saraf yang berasal dari neuron-neuron ini diproyeksikan kebawah
melalui infundibulum hipotalamus kekelenjar hipofisis posterior, tempat
ujung-ujung saraf menyekresikan hormone antidiuretik (vasopresin). Selanjutnya
diabsorbsi kedalam darah dan diangkut keginjal tempat hormone tersebut bekerja
pada akuaduktus koligentes ginjal guna menimbulkan peningkatan reabsorpsi air.
·
Pengaturan kontraktilitas
uterus dan pengeluaran air susu oleh payudara
Perangsangan nucleus
paraventrikular menyebabkna sel-sel neuronnya menyekresi hormone oksitosin.
Selanjutnya hormone ini menyebabkan peningkatan kontraktilitas uterus serta
kontraksi sek-sel mioepitel mengelilingi alveoli payudara. Yang menyebabkan
alveoli mengosongkan air susu melallui putting susu.
Pada akhir masa kehamilan
akan dis sekresikan banyak sekali oksitosin, dan sekresi ini membantu memulai
kontraksi persalinan untuk mengeluarkan bayi.
·
Pengaturan gastrointestinal
dan hasrat makan
·
Satu area yang berhubungna
dengan rasa lapar adalah area hipotalamus lateral. Bila area ini rusak pada
kedua sisi hipotalamus akan menyebabkan hewan kehilangan nafsu makan, yang
kadangkala menyebabkan kematian karena kelaparan. Pusat yang berlawanan dengan
hasrat makan disebut ayang sedang makan tiba-tiba menghentikan makan dan benar-benar
mengabaikan makanan tersebut. Namun, bila area ini dirusak bilateral, hewan
tersebut tidak dapat terpuaskan.
Area hipotalus lainnya yang
termasuk dalam pengatur seluruh aktivitas gastrointestinal adalah badan
mamilari, yang sedikitnya turut mengatur sebagian pola dari sekian banyak
reflex makan, seperti menjilat-jilat bibir dan makan.
·
Pengaturan hipotalamik
terhadap sekresi hormone endokrin oleh kelenjar hipofisis anterior
·
Perangsangan area tertentu
hipotalamus juga menyebabkan kelenjar hipofisis bagian anterior. menyekresikan
hormone-hormonnya. Kelenjar hipofisis anterior menerima suplai darahnya
terutama dari darah yang mula-mula mengalir melalui hipotalamus bagian bawah
dan selanjutnya melalui sinus-sinus vascular hipofisis anterior. Sebelum mencapai
hipofisis anterior, berbagai nuclei hipotalamik menyekresikan
hormone-hormon pelepas dan
hormone-hormon penghambat spesifik ke dalam darah. Selanjutnya hormone-hormon
ini diangkut lewat darah menuju kelenjar hipofisis anterior, tempat hormone
tersebut mempengaruhi sel-sel glandular untuk mengatur pelepasan hormone-hormon
hipofisis anterior spesifik.
Fungsi perilaku dari hipotalamus dan system limbic
yang berkaitan
Efek yang disebabkan oleh perangsangan.
Selain fungsi vegetative dan
fungsi endokrin hipotalamus, perangsangan atau adanya lesi pada hipotalamus
seringkali member efek yang menyeluruh pada
perilaku emosional seekor heweh perangsangan dan manusia.
Pada hewan, beberapa efek
perilaku akibat perangsangan adalah:
1.
Perangsangan pada hipotalamus lateral tidak hanya
mengakibatkan timbulnya rasa haus dan nafsu makan
2.
Perangsangan pada nucleus ventromedial dan area di
sekelilingnya terutama mengakibatkan efek yang berlawanan dengan efek disebabkan
oleh perangsangan pada hipotalamus lateral yakni, menimbulkan rasa
kenyang, menurunnya nafsu makan, dan hewan menjadi tenang.
3.
Perangsangan pada zona tipis dari nuclei paraventrikular,
yang terletak sangat berdekatan dengan ventrikel ketiga, biasanya menimbulkan
rasa takut dan reaksi terhukum.
4.
Dorongan seksual dapat timbul bila ada rangsangan pada
beberapa area hipotalamus besar bagian anterior dan posterior hipotalamus.
Efek yang disebebkan oleh lesi hipotalamik
Pada umumnya, lesi pada hipotalamus akan menimbulkan efek
yang berlawanan dengan yang ditimbulkan oleh perangsangan. Contoh:
1.
Lesi bilateral pada hipotalamus lateral akan mengurangi
hasrat minum dan nafsu makan ha hampir sampai hilang sama sekali, sehingga
sering menimbulkan mati kelaparan. Lesi ini menimbulkan sikap pasif yang
ekstrem pada hewan, disertai dengan hilangnya sebagian besar dorongan
bertindak.
2.
Lesi bilateral pada area ventromedial hipotalamus menimbulkan
efek yang terutama berlawanan dengan yang disebabkan oleh lesi hipotalamus
lateral, menimbulkan hasrat minum dan nafsu makan yang berlebihan, disertai
keadaan hiperaktif dan seringkali menjadi sangat buas disertai keinginan
menyerang walaupun hanya mendapat provokasi ringan.
b.
Fungsi Perilaku oleh
Hipotalamus
ð Perangsangan pada bagian,
-
Hipotalamus Lateral :
menimbulkan rasa haus, lapar dan marah
-
Nukleus Ventromedial :
menimbulkan rasa kenyak dan tenang
-
Nukleus Paraventrikular :
menimbulkan rasa takut dan terhukum
-
Bagian anterior dan posterior :
menimbulkan dorongan seksual
ð Pusat Ganjaran
Terletak di nuklei lateral dan ventromedial hipotalamus.
Selain itu bagian sistem limbik lainnya juga berperan yaitu bagian septum,
amigdala, serta area tertentu dalam talamus dan ganglia basalis, tegmentun
basal dari mesensefal, tapi bersifat kurang peka.
Memberikan rasa senang dan keinginan untuk terus
melakukan sesuatu hal.
ð Pusat Hukuman
Terletak di area kelabu sentral di sekeliling akuaduktus
sylvius dalam mesensefalon, menyebar ke atas zona periventrikular hipotalamus
dan talamus.
Amigdala dan hipokampus juga berperan dalam rasa terhukum ini tapi sifatnya kurang kuat.
Rasa marah juga timbul dari rangsangan di zona
periventrikular dan lateral hipotalamus, tapi dapat ditekan oleh sinyal
inhibisi dan nuklei ventromedial, hipokampus, serta korteks limbik anterior
yaitu girus cingulata dan girus subkalosal.
Rasa terhukum dan takut dapat mendahului rasa senang
dan rasa ganjaran.
Makna Rasa Ganjaran dan Rasa
terhukum
è Mengatur aktivitas tubuh,
hasrat, rasa enggan, dan motivasi kit karena adanya rasa senang (makna
ganjaran) dan rasa benci (makan terhukum) akan sesuatu.
è Rasa ganjaran dan terhukum
akan menimbulkan jejak ingatan (memory trace).
Setiap sinyal sensorik akan merangsang setiap area di korteks
serebri dan jika tidak menimbulkan rasa ganjaran atau rasa terhukum maka sinyal
tersebut akan terhabituasi (hilang
dengan sendirinya).
Pola marah merupakan suatu pola emosi yang melibatkan pusat rasa terhukum pada
hipotalamus dan struktur limbik lain. Perangsangan yang kuat pada pusat rasa
terhukum di otak, khususnya pada zona
periventrikuler hipotalamus dan pada hipotalamus lateral menyebabkan rasa
marah. Perangsangan pada area yang lebih rostral (posterior) dari area rasa
terhukum yakni pada garis tengah preoptik
menyebabkan timbulnya rasa takut dan cemas berkaitan dengan kecendrungan
binatang untuk melarikan diri. Fenomena rasa marah ini terutama dicegah oleh
adanya keseimbangan aktivitas dari nuclei
ventromedial hipotalamus. Hipokampus, amigdala, bagian anterior korteks
limbik (terutama girus singulata anterior
dan girus subkalosal) membantu menekan fenomena rasa marah ini.
Pemberian tranquilizer
(obat penenang) misalnya klorpromazin biasanya menghambat
pusat-pusat rasa ganjaran dan rasa terhukum. Kerja obat pada keadaan psikotik
ialah dengan cara menekan sebagian besar area perilaku yang penting dalam
hipotalamus dan region otak limbik yang berkaitan dengan area tersebut.
2.
HIPOKAMPUS
Bagian dari medial korteks temporalis yang memanjang,
melipat ke atas dan ke dalam untuk membentuk permukaan ventral dari radiks
inferior ventrikel lateralis. Salah satu ujung hipokampus berbatasan dengan
nuclei amigdaloid serta pada salah satu tepinya juga bersatu dengan girus
parahipokampal. Hipokampus beserta struktur lobus temporalis yang berdeatan
dengannya disebut formasio hipokampal.
Hipokampus merupakan saluran tambahan yang dilewati oleh sinyal sensorik yang
masuk, yang dapat menimbulkan reaksi perilaku yang sesuai tetapi dengan tujuan
berbeda. Hipokampus pada mulanya merupakan bagian dari korteks olfaktorius.
Perangsangan pada berbagai area dalam hipokampus dapat menyebabkan rasa marah,
ketidakpedulian, dorongan seks yang berlebihan. Hipokamus juga memiliki peranan
dalam pembelajaran. Jika hipokampus mengatakan bahwa sinyal
neuronal tertentu bersifat penting, maka sepertinya disimpan menjadi ingatan.
Hipokampus juga diduga menyebabkan timbulnya dorongan untuk mengubah ingatan jangka
pendek menjadi jangka panjang, karena hipokampus berperan dalam konsolidasi
ingatan jangka panjang.
3.
AMIGDALA
Adalah kompleks nuclei yang terletak di bawah korteks dari tiang medial anterior setiap lobus
temporalis. Amigdala mempunyai banyak sekali hubungan dua jalur dengan
hipotalamus. Salah satu bagian utama dari traktus olfaktorius berakhir di
bagian amigdala yang disebut nuclei kortikomedial terletak tepat di bawah
korteks di dalam area piriformis olfaktorius lobus temporalis. Ada juga nuclei
basolateral yang penting dalam hubungannya dengan perilaku. Amigdala menerima
sinyal neuronal dari semua bagian korteks .imbik seperti juga neokorteks lobus
temporalis, parietal, dan oksipital, terutama dari area asosiasi auditorik dan
area asosiasi visual. Amigdala menjalarkan sinyalnya kembali ke area kortikal
yang sama, ke hipokampus, ke septum, ke talamus, dan khususnya ke hipotalamus.
Efek perangsangan amigdala yang dijalarkan melalui
hipotalamus :
1. Peningkatan atau penurunan tekanan arteri
2. Peningkatan atau penurunan frekuensi denyut jantung
3. Peningkatan atau penurunan motiltas dan sekresi gastrointestinal
4. Defekasi dan mikturisi
5. Dilatasi pupil atau kadangkala konstriksi
6. Piloereksi
7. Sekresi berbagai hormon hipofisis anterior, terutama hormon gonadotropin
dan adrenokrtikotropik
Perangsangan lain oleh amigdala :
·
Berbagai pergerakan involunter
(tonik, klonik atau ritmik, penciuman dan makan)
·
Kadangkala menimbulkan pola marah,
melarikan diri, rasa terhukum, dan rasa takut
·
Menimbulkan aktivitas seksual seperti
ereksi, pergerakan persetubuhan, ejakulasi, ovulasi, aktivitas uterus, dan
persalinan prematur
·
Membantu menentukan pola respon
perilaku seseorang sehingga menyesuaikan diri dengan setiap keadaan
4.
KORTEKS LIMBIK
Mengelilingi struktur subkortikal limbik. Berfungsi sebagai
area asosiasi serebral untuk mengatur perilaku. Ablasi korteks temporalis anterior menyebabkan sindrom kluver-bucy.
Ablasi korteks frontal orbital posterior menyebabkan insomnia, gelisah. Ablasi
girus singulata anterior dan girus subkalosal menyebabkan pusat marah di septum
dan hipotalamus terlepas.
A.
NEUROHORMONAL & SISTEM
LIMBIC
PENGATURAN SISTEM NEUROHORMONAL PADA AKTIVITAS OTAK
Selain pengaturan aktivitas otak secara langsung oleh
penjalaran sinyal saraf yang spesifik dari region otak bagian bawah ke region
kortikal, masih terdapat mekanisme fisiologis yang lain yang sering digunakan
untuk melakukan aktivitas otak. Mekanisme ini adalah untuk melepaskan
bahan-bahan hormonal neurotransmitter inhibisi dan eksitasi ke dalam substansi
otak. Neurohormon ini sering sekali meneteap selaman beberapa menit, atau
beberapa jam dan dengan demikian menghasilkan masa pengendalian yang panjang, tidak
hanya aktivasi atau inhibisi yang sekejap.
Gambar disamping
memperlihatkan tiga system neurohormona yang dipetakan yang dipetakan secara
rinci pada otak tikus.:
- system norepinefrin
- system serotonin
- system dopamine
norepinefrin biasanya
berfungsi sebagai hormone eksitasi, sedangkan serotonin biasanya bersifat
inhibisi, dan dopamine bersifat inhibisi pada beberapa aren dan mengeksitasi
pada aren yang lain. Seperti yang diharapkan, ketiga system ini memiliki efek
yang berbeda-beda pada tingkat eksitabilitas di berbagai area otak. System
norepinefrin sebenarnya menyebar ke setiap area otak, sementara system
serotonin dan dopamine di arahkan terutama ke region ganglia basalis, dan
system serotonin lebih ke struktur garis tengah (midline).
gambar tersebut
memperlihatkan area batang otak pada otak manusia yang berfungsi untuk
mengaktivasi empat system neurohormonal: yang tiga bentuk telah dibicirakan
untuk tikus, dan satu lagi adalah system asetilkolin. Beberapa fungsi spesifik
dari keempat system tersebut adalah sebagai berikut:
- lokus seruleus dan system norepinefrin. Lokus seruleus adalah
area kecil yang terletak bilateral dan sebelah posterior pada sambungan
anatara pons dan mesensefalon. Serabut-serabut saraf area ini menyebar ke
seluruh otak, sama seperti pada tikus, dan menyekresikan norepinefrin.
Norepinefrin biasanya merangsang otak untuk melakukan peningakatan
aktivitas.
- substansia nigra dan system dopamin. Substansia nigra
terletak disebelah anterior pada mesensefalon superior, dan neuron-neuronnya
terutama mengirimkan ujung-ujung saraf ke nucleus kaudatus dan putamen
serebrum, tempatnya menyekresikan dopamine. Neuron-neuron lain yang
letaknya berdekatan juga menyekresikan dopamine, tetapi neuron tersbut
mengirimkan ujung-ujung saraf yang lebih ventral pada otak, terutama ke
hipotalamus dan system limbic. Dopamin diduga bekerja sebagai transmitter
inhibitor di ganglia basalis, tetapi pada beberapa area otak yang lain,
kemungkinan malah mengeksitasi.
- nuclei rafe dan system serotonin. Dibagian tengah pons
dam medulla terdapat beberapa nuclei tipis yang disebut nuclei rafe.
Kebanyakan neuron pada nuclei ini menyekresikan serotonin. Neuron itu
mengirimkan serabut-serabut ke diensephalon dan sedikit serabut ke korteks
serebri. Dan serabut yang lain lagi turun ke medulla spinalis. Serotonin
yang disekresikan pada ujung saraf serabut medulla memiliki kemampuan
untuk menekan rasa nyeri. Serotonin yang dilepaskan dalam diensephalon dan
serebrum hamper pasti berperan sebagai inhibitor penting untuk membantu menghasilkan
tidur yang normal.
- neuron gigantoselular dan system asetilkolin. Serabut-serabut yang
berasal dari nucleus gigantoselular segera terbagi menjadi dua cabang,
yang satu berjalan ke atas menuju tingkat otak yang lebih tinggi, dan yang
lain berjalan ke bawah melalui trkatur retikulospinalis. Neurohormon yang
disekresikan pada ujung-ujungnya adalah asetilkolin. Pada kebanyakan
tempat, asetilkolin berfungsi sebagai neurotransmitter eksitasi. Aktivasi
neuron asetilkolin ini menghasilkan kewaspadaan pikiran dan terangsangnya
system saraf.
Berikut adalah daftar
substansi neurohormonal yang lain yang berfungsi pada sinaps tertentu atau
dengan cara melepas ke dalam cairan otak:
-
enkefalin
-
asam gamma aminobutirat
-
glutamate
-
vasopressin
-
hormone adenokortikotropik
-
epinefrin
-
endorphin
-
histamine
-
angiotensin II
-
neurotensin
B.
INGATAN (MEMORY)
Ingatan—Peran Fasilitasi
Sinaptik dan Inhibisi Sinaptik
Secara fisiologis, ingatan
tersimpan dalam otak dengan mengubah sensitivitas dasar penjalaran sinaptik di
antara neuron-neuron sebagai akibat aktivitas neural sebelumnya. Jaras yang
baru atau yang terfasilitasi disebut jejak-jejak
ingatan (memory traces). Jaras-jaras ini penting karena bila menetap/ada,
akan diaktifkan secara selektif oleh benak pikiran untuk menimbulkan kembali
ingatan yang ada.
Percobaan pada hewan tingkat
rendah telah memperlihatkan bahwa jejak ingatan dapat timbul pada semua tingkat
sistem saraf. Bahkan refleks-refleks medula spinalis dapat mengubah setidaknya
sedikit respons terhadap aktivasi medula yang berturut-turut, dan perubahan refleks-refleks
tersebut merupakan bagian dari proses ingatan. Ingatan jangka panjang juga
merupakan hasil dari perubahan penghantaran sinaptik di pusat-pusat otak
bagian bawah. Namun, sebagian besar ingatan yang kita kaitkan dengan proses
intelektual, didasarkan pada jejak ingatan yang terdapat di korteks serebri. .
Ingatan Positif dan
Negatif—"Sensitisasi" atau
"Habituasi"
Penjalaran Sinaptik.
Walaupun kita sering
berpendapat bahwa ingatan adalah hasil dari pengumpulan kembali pikiran-pikiran
atau pengalaman-pengalaman sebelumnya yang bersifat positif, tetapi
tetap ada kemungkinan yang sama besar untuk ingatan negatif, bukan
positif saja. Artinya, otak kita digenangi oleh informasi sensorik yang berasal
dari seluruh panca indera. Jika pikiran kita diusahakan untuk mengingat semua
informasi ini, kapasitas ingatan otak akan penuh dalam beberapa menit saja.
Untunglah, otak memiliki kapasitas untuk belajar mengenali informasi yang tidak
memberi akibat. Ini adalah hasil dari inhibisi jaras sinaptik untuk
jenis-jenis informasi semacam ini; efek yang dihasilkan disebut habituasi.
Hal ini, pada indera, merupakan tipe ingatan negatif.
Sebaliknya, untuk
jenis-jenis informasi masuk dan menyebabkan akibat yang penting, seperti rasa
nyeri atau rasa senang, otak memiliki kemampuan otomatis yang berbeda dalam hal
penguatan dan penyimpanan jejak ingatan. Ini adalah ingatan positif.
Ingatan positif ini adalah hasil danfasilitasi jaras-jaras sinaptik,
dan prosesnya disebut sensitisasi ingatan. Kita akan mempelajari
kemu-dian bahwa daerah khusus pada regio limbik basal otak mampu menentukan
apakah suatu informasi bersifat penting atau tidak penting, dan membuat
keputusan secara tidak sadar apakah informasi ini akan disimpan sebagai jejak
ingatan yang disensitisasi atau justru ditekannya.
Klasifikasi Ingatan.
Kita tahu bahwa ingatan
tertentu hanya berlangsung beberapa detik, sementara yang lain-nya berlangsung
beberapa jam, berhari-hari, atau bahkan bertahun-tahun. Dengan tujuan untuk
membahas masalah ini, mari kita gunakan klasrfikasi umum mengenai ingatan,
yang membagi ingatan menjadi (1) ingatan jangka pendek, yaitu ingatan
yang berlangsung beberapa detik atau paling lama beberapa menit, kecuali jika
ingatan ini diubah menjadi ingatan jangka panjang; (2) ingatan jangka
menengah, yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu tetapi
kemudian menghilang; dan (3) ingatan jangka panjang, yang sekali
disimpan, dapat diingat kembali selama bertahun-tahun kemudian atau bahkan
seumur hidup.
Selain klasifikasi ingatan
yang umum ini, kita juga sebelumnya telah membahas (dalam hubungannya dengan
lobus prefrontalis) suatujenis lain dari ingatan, yang disebut "ingatan
aktif", yang terutama meliputi ingatan jangka pendek yang digunakan selama
berlangsungnya pemikiran intelektual, namun penggunaannya berakhir saat setiap
tahap permasalahan terselesaikan.
Ingatan seringkali
digolongkan berdasarkan jenis informasi yang disimpannya. Salah satu
penggolongan ini membagi ingatan menjadi ingatan deklaratif dan ingatan
keterampilan, yaitu sebagai berikut:
1. Ingatan deklaratif
pada dasarnya berarti ingatan terhadap beragam detil mengenai suatu pikiran
ter-integrasi, seperti ingatan suatu pengalaman penting yang meliputi (1)
ingatan akan keadaan sekeliling, (2) ingatan akan hubungan waktu, (3) ingatan
akan penyebab pengalaman tersebut, (4) ingatan akan makna pengalaman tersebut,
dan (5) ingatan akan kesimpulan seseorang yang tertinggal pada pikiran
seseorang.
2. Ingatan keterampilan
seringkali dihubungkan dengan aktivitas motorik tubuh seseorang, seperti
keterampilan yang terbentuk untuk memukul bola tenis, termasuk ingatan otomatis
pada (1) pandangan ke bola, (2) menghitung hubungan dan kecepat-an bola ke
raket, dan (3) mengambil kesimpulan secara cepat pergerakan tubuh, lengan, dan
raket yang dibutuhkan untuk memukul bola seperti yang diinginkan semua hal
tersebut teraktivasi segera berdasarkan permainan tenis yang telah dipelajari
sebelumnya kemudian beralih ke pukulan berikutnya dalam permainan seraya
melupakan detil pukulan sebelumnya.
Ingatan Jangka Pendek
Ingatan jangka pendek
dicirikan oleh ingatan seseorang mengenai 7 sampai 10 angka dalam nomor telepon
(atau 7 sampai 10 fakta jelas lainnya) selama beberapa detik sampai beberapa
menit pada saat tersebut, tetapi hanya akan berlangsung selama seseorang
terus-menerus memikirkan angka-angka atau fakta-fakta tersebut.
Banyak ahli fisiologi telah
memperkirakan bahwa ingatan jangka pendek ini disebabkan oleh aktivitas saraf
yang berkesinambungan, yang merupakan hasil dari sinyal-sinyal saraf yang terus
berjalan berkeliling pada jejak ingatan sementara di dalam suatu sirkuit
neuron reverberasi. Teori ini masih belum dapat dibuktikan. Kemungkinan
penjelasan lain mengenai ingatan jangka pendek ini adalah fasilitasi atau
inhibisi presinaptik. Hal ini terjadi pada sinaps-sinaps yang terletak pada
fibril-fibril saraf terminal segera sebelum fibril-fibril tersebut ber-sinaps
dengan neuron-neuron berikutnya. Bahan-bahan kimiawi neurotransmiter yang
disekresikan pada terminal seperti itu seringkali menyebabkan fasilitasi atau
inhibisi yang berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit. Lintasan
jenis seperti ini dapat menimbulkan ingatan jangka pendek.
Ingatan Jangka Menengah
Ingatan jangka menengah
berlangsung bermenit-menit atau bahkan berminggu-minggu. Ingatan ini
kadang-kadang akan hilang, kecuali jika jejak ingatan inemperoleh aktivasi
secukupnya sehingga menjadi lebih permanen; yang kemudian diklasifikasikan
sebagai ingatan jangka panjang. Percobaan pada hewan primitif telah menunjukkan
bahwa ingatan jenis jangka menengah ini dapat merupakan hasil dari perubahan
fisik atau kimiawi yang bersifat sementara, atau keduanya, baik pada terminal
sinaps presinaptik atau pada membran sinaps postsinaptik, perubahan ini dapat
menetap selama bermenit-menit sampai beberapa minggu. Mekanisme ini bersifat
sangat penting, sehingga layak dideskripsikan secara khusus.
Ingatan Berdasarkan
Perubahan Kimiawi di Terminal Presinaptik atau Membran Neuronal Postsinaptik
Gambar 57-9 memperlihatkan
mekanisme ingatan yang dipelajari khususnya oleh Kandel dan kawan-kawan, yang
dapat menimbulkan perpanjangan ingatan dari beberapa menit sampaf 3 minggu
pada keong Aplysia besar. Pada gambar ini, terlihat dua terminal
presinaps. Salah satunya berasal dari neuron input sensorik dan berakhir secara
langsung pada permukaan neuron yang akan dirangsang; keadaan ini disebut terminal
sensorik. Terminal lainnya yaitu ujung presinaptik yang terletak pada permukaan
terminal sensorik, dan disebut terminal fasilitator. Bila terminal
sensorik terangsang secara berulang-ulang tanpa perangsangan pada terminal
fasilitator, sinyal yang dijalarkan pertama kali cukup besar, tapi kemudian
mele-mah sesuai dengan pengulangan rangsang sampai akhirnya hampir hilang.
Fenomena ini merupakan habituasi, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Habituasi adalah tipe ingatan negatifyang mengakibatkan lingkaran
neuronal kehilangan responsnya terhadap peristiwa berulang yang tak berarti.
Sebaliknya, bila stimulus
noksius merangsang terminal fasilitator pada saat yang sama dengan perangsangan
terminal sensorik, ternyata sinyal yang dijalarkan ke neuron postsinaptik
semakin melemah secara progresif, berkurangnya penjalaran sinyal menjadi kuat
dan semakin kuat, dan hal itu akan tetap menjadi kuat selama bermenit-menit,
berjam-jam, berhari-hari, atau dengan pelatihan yang lebih keras lagi, dapat
sampai sekitar 3 minggu tanpa adanya perangsangan lebih lanjut dari terminal
facilitator. Jadi, stimulus yang sangat mengganggu menyebabkan jaras ingatan
menjadi terfasilitasi selama beberapa hari atau beberapa minggu
sesudahnya. Dalam hal ini yang menarik adalah bahwa walaupun setelah terjadi
habituasi, jaras tersebut dapat dialihkan ke jaras terfasilitasi dengan hanya
sedikit rangsang yang sangat mengganggu.
Mekanisme Molekular pada
Ingatan Menengah Mekanisme Habituasi.
Pada tingkatmolekular,
walaupun penyebab tak seluruhnya diketahui, efek habituasi pada terminal
sensorik terjadi akibat penutupan secara progresifkanal-kanal kalsium melalui
membran terminal. Meskipun demikian, penutupan kanal kalsium tersebut tidak
sepenuhnya dimengerti, ion kalsium dapat berdifusi ke dalam terminal
terhabituasi ini lebih sedikit daripada jumlah normal, dan akan semakin sedikit
transmiter sensoris terminal yang dilepaskan karena pemasukan ion kalsium
merupakan stimulus utama bagi pelepasan transmiter (seperti yang telah
dibicarakan pada Bab 45).
Mekanisme Fasilitasi. Pada kasus fasilitasi,
mekanisme molekular dianggap berlaku sebagai berikut:
1. Perangsangan terminal
fasilitator presinaptik pada saat yang sama dengan perangsangan sensorik menyebabkan
pelepasan serotonin pada sinaps fasilitator di permukaan terminal
sensorik.
2. Serotonin bekerja pada reseptor
serotonin di membran terminal sensorik, dan serotonin ini mengak-tifkan enzim
adenililsiklase di dalam membran. Akhirnya, adenil siklase tersebut
menyebabkan terbentuknya enzim adenosin monofosfat siklik (cAMP) juga di
dalam terminal presinaptik sensorik.
3. AMP siklik mengaktifkan protein
kinase yang menyebabkan fosforilasi protein yang merupakan bagian dari kanal
kalium di membran terminal si-naptik sensorik itu sendiri; keadaan ini
selanjutnya menghambat penjalaran kalium pada kanal. Penghambatan ini dapat
berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa minggu.
4. Berkurangnya penjalaran
kalium menyebabkan timbulnya potensial aksi yang semakin lama pada terminal
presinaps, karena untuk pemulihan cepat dari potensial aksi diperlukan aliran
keluar ion kalium terminal.
5. Potensial aksi yang lama
menyebabkan aktivasi yang semakin lama pada kanal-kanal kalsium, sehingga
banyak sekali ion kalsium memasuki terminal sinaptik sensoris. Ion kalsium ini
selanjutnya menyebabkan peningkatan pelepasan transmiter oleh sinaps-sinaps,
sehingga mengakibatkan fasilitasi penjalaran sinaps secara bermakna ke neuron
selanjutnya.
Jadi, dengan cara yang
sangat tidak langsung, efek asosiasi terminal fasilitator yang terangsang pada
saat bersamaan dengan terangsangnya terminal sensorik menyebabkan peningkatan
sensitivitas perangsangan yang lama pada terminal sensorik, dan hal itu menimbulkan
jejak ingatan. Penelitian oleh Byme dan kawan-kawan, juga pada keong Aplysia,
diduga masih ada mekanisme lain mengenai ingatan sinaptik. Penelitian Byme dan
kawan-kawan memperlihatkan bahwa stimulus yang berasal dari dua sumber
terpisah bekerja pada suatu neuron, dan pada keadaan yang sesuai, dapat
menyebabkan perubahan jangka panjang pada sifat membran neuron postsinaptik dan
bukan di dalam membran neuron presinaptik, tetapi menimbulkan efek ingatan yang
pada dasamya sama.
Ingatan Jangka Panjang
Tidak ada batasan yang jelas
antara jenis ingatan jangka menengah yang lebih lama dengan ingatan jangka panjang
yang sesungguhnya. Namun, ingatan jangka panjang pada umumnya diyakini sebagai
hasil perubahan struktural pada saat ini, bukan hanya perubahan kimiawi,
pada sinaps-sinaps, dan hal-hal tersebut memperkuat atau menekan penghantaran
sinyal-sinyal. Sekali lagi, marilah kita mengingat kembali percobaan pada hewan
primitif (yang sistem sarafnya jauh lebih mudah dipelajari), yang sangat
membantu kita untuk mengerti mengenai mekanisme yang mungkin terjadi pada
ingatan jangka panjang.
Perubahan Struktur yang
Terjadi di Sinaps-sinaps Selama Terbentuknya Ingatan Jangka Panjang
Gambaran mikroskopik
elektron yang diambil dari hewan
invertebratatelahmenunjukkanbanyakperubahangambar-an fisik pada banyak sinaps
selama terbentuknya jejak ingatan jangka panjang. Perubahan struktural tidak
akan terjadi jika hewan tersebut diberi obat yang menghambat stimulasi DNA pada
replikasi protein di neuron presinaptik; dengan demikian tidak terbentuk jejak
ingatan yang permanen. Oleh karena itu, kelihatannya pembentukan ingatan jangka
panjang yang sebenamya bergantung pada restrukturisasi sinaps-sinaps itu
sendiri secara fisik dalam
cara-cara
tertentu untuk mengubah sensitivitasnya dalam menjalarkan sinyal-sinyal saraf.
Perubahan struktur fisik
paling penting yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan tempat-tempat
pelepasan vesikel untuk menyekresikan bahan-bahan transmiter.
2. Peningkatan jumlah
vesikel-vesikel transmiter yang dilepaskan.
3. Peningkatan jumlah
terminal presinaptik. •
4. Perubahan pada struktur
spina dendritik yang mem-bolehkan terjadinya transmisi sinyal yang lebih kuat.
Jadi, dalam beberapa hal
yang berbeda, kemampuan struktural dari sinaps-sinaps untuk menjalarkan sinyal
tampaknya menjadi meningkat selama adanyajejak ingat-anjangka panjang yang
sebenarnya.
Jumlah Neuron dan
Sambungannya Sering Berubah secara Bermakna Selama Proses Belajar
Selama beberapa minggu,
beberapa bulan, bahkan pada tahun-tahun pertama kehidupan atau waktu-waktu
selanjutnya, banyak bagian otak menghasilkan neuron dalam jumlah yang sangat
banyak, dan neuron-neuron ini menjulurkan sejumlah cabang akson untuk membentuk
sam-bungan dengan neuron-neuron lain. Jika akson yang baru gagal bersambungan
dengan neuron selanjutnya yang se-suai, dengan sel-sel otot, atau sel-sel
kelenjar, akson-akson yang baru itu sendiri akan musnah dalam waktu beberapa
minggu. Jadi, jumlah sambungan neuron ditentukan oleh faktor pertumbuhan
saraf yang, spesifik, yang dilepaskan secara retrograd oleh sel-sel yang
terangsang. Selanjutnya, bila terjadi hubungan yang tidak cocok,seluruh neuron
yang menjulurkan cabang-cabang akson akan lenyap.
Oleh karena itu, segera
setelah bayi manusia lahir, terdapat prinsip "gunakan itu atau hilangkan
itu" yang menentukan jumlah akhir neuron dan sambungannya pada bagian
sistem saraf manusia yang terwakili. Ini adalah suatu jenis proses belajar.
Sebagai contoh Jika satu mata dari hewan yang baru lahir ditutup selama
beberapa minggu setelah lahir, neuron-neuron di garis-garis alternatif dari
korteks serebri penglihatan neuron-neuron yang normalnya berhubungan dengan
mata yang ditutup akan berdegenerasi, dan mata yang tertutup itu secara
sebagian atau secara total akan buta selama sisa hidupnya. Sampai sekarang,
dipercaya bahwa sangat sedikit "proses belajar" yang diperoleh
manusia dewasa dan hewan dengan cara modifikasi jumlah neuron pada sirkuit
ingatan; namun demikian, penelitian terbaru menyatakan bahwa bahkan orang
dewasa menggunakan mekanisme tersebut setidaknya pada beberapa hal.
Proses Konsolidasi Ingatan
Jika ingatan
jangka pendek diubah menjadi ingatan jangka panjang, dan dapat dipanggil
kembali beberapa minggu atau beberapa tahun kemudian, maka ingatan tersebut harus
mengalami "konsolidasi". Artinya, ingatan jangka pendek jika
diaktifkan berulang-ulang akan menimbulkan perubahan kimia, fisik, dan anatomis
pada sinaps-sinaps yang bertanggung jawab untuk ingatan tipe jangka panjang.
Proses ini memerlukan waktu 5 sampai 10 menit untuk konsolidasi minimal dan
satu jam atau lebih untuk konsolidasi maksimal. Sebagai contoh, bila ada kesan
sensorik yang kuat ditanamkan pada otak, namun kemudian dalam waktu satu menit
atau lebih diikuti oleh kejang otak akibat aliran listrik, pengalaman sensorik
tersebut tidak dapat diingat sama sekali. Demikian juga, pada gegar otak (brain
concussion), pemberian anestesi umum yang dalam secara mendadak, atau efek-efek
lain yang menghambat fungsi dinamik otak secara sementara, dapat menghambat
proses konsolidasi. Proses konsolidasi dan waktu yang dibutuhkan untuk
terjadinya proses tersebut mungkin dapat diterangkan me-lalui fenomena latihan
(rehearsal) ingatan jangka pendek berikut ini.
Latihan Meningkatkan
Pemindahan Ingatan Jangka Pendek Menjadi Ingatan Jangka Panjang.
Penelitian
psikologi menunjukkan bahwa latihan atau pengulangan informasi yang sama
berkali-kali ke dalam pikiran, dapat mempercepat dan memperkuat tingkat
pengalihan ingatan jangka pendek menjadi ingatan jangka panjang, dengan
demikian mempercepat dan meningkatkan konsolidasi. Otak mempunyai kecenderungan
untuk mengulang informasi yang baru diterima, terutama informasi yang menyita
perhatian pikiran. Oleh karena itu, sesudah melewati satu periode waktu,
gambaran penting mengenai pengalaman sensorik menjadi terfiksasi secara
progresif dalam gudang ingatan. Hal ini menjelaskan mengapa seseorang dapat
mengingat dengan lebih baik sedikit informasi yang dipelajari secara mendalam daripada
banyak informasi yang hanya dipelajari secara superfisial. Keadaan ini juga
menjelaskan mengapa orang yang dalam keadaan segar dapat mengonsolidasikan
ingatannya secara jauh lebih baik daripada dalam keadaan kelelahan mental (mental
fatigue).
Penyusunan Ingatan Baru Selama Konsolidasi.
Salah satu gambaran
terpenting konsolidasi adalah bahwa ingatan baru disusun menjadi
bermacam-macam golongan informasi. Selama proses ini berlangsungJenis informasi
yang serupa ditarik kembali dari tempat penyimpanan ingatan dan digunakan untuk
membantu proses informasi yang baru. Perbedaan dan kesamaan informasi yang
baru dan yang lama kemudian dibandingkan, dan seba-gian proses penyimpanan ini
lebih banyak dipakai untuk menyimpan kesamaan dan perbedaan infonnasi daripada
untuk menyimpan informasi baru yang tidak diproses. Jadi, selama konsolidasi,
ingatan yang baru tidak disimpan secara acak tapi langsung bersamaan dengan
ingatan lain yang macamnya sama. Hal ini diperlukan agar kelak orang tersebut
mampu "mencari" informasi yang dibutuhkannya dari gudang ingatan.
Peran Bagian-Bagian Spesifik
Otak dalam Proses Ingatan
Hipokampus Mampu Mencetuskan
Penyimpanan Ingatan - Amnesia Anterograd Setelah Lesi Hipokampal.
Hipokampus merupakan bagian
yang paling medial dari korteks lobus temporalis, yang mula-mula melipat ke
arah medial di bawah otak dan selanjutnya naik ke permukaan dalam, di bawah
ventrikel lateral. Pada pengobatan beberapa pasien epilepsi, kedua hipokampus
tersebut diangkat. Ternyata, tindakan ini tidak terlalu serius memengaruhi
ingatan pasien terhadap informasi yang disimpan di dalam otak sebelum
pengangkatan hipokampus. Namun, sesudah pengangkatan, pasien ini betul-betui
tidak mempunyai kemampuan untuk menyimpan ingatan tipe verbal dan simbolik
(ingatan tipe deklaratif) dalam ingatan jangka panjangnya, atau bahkan dalam
ingatan intermedia yang berlangsung lebih dari beberapa menit. Oleh karena itu,
pasien ini tak mampu menyusun ingatan jangka panjang yang baru dari tipe
informasi tersebut yang merupakan dasar intelegensi. Keadaan ini disebut amnesia
anterograd.
Tetapi mengapa hipokampi
begitu penting untuk membantu otak dalam menyimpan ingatan yang baru?
Kemungkinan jawabannya adalah bahwa hipokampus merupakan salah satu dari
sekian banyak jaras keluar yang penting yang berasal dari area
"ganjaran" dan "hukuman" pada sistem limbik, seperti akan
dijelaskan pada bab 58. Rangsangan sensorik atau pikiran yang menyebabkan rasa
nyeri atau antipati akan merangsang pusaf hukuman limbik, dan rangsangan
yang menyebabkan rasa senang, bahagia, atau rasa ganjaran akan merangsang pusat
ganjaran limbik. Semua ini bersama-samamenimbulkan latar belakang suasana
hati dan motivasi seseorang. Di antara motivasi-motivasi ini terdapat dorongan
dalam otak untuk mengingat pengalaman-pengalaman dan pikiran-pikiran yang
menyenangkan atau yang tidak menyenangkan. Hipokampus khususnya, dan dalam
derajat yang lebih kecil pada nuklei dorsalis medialis pada talamus, yaitu
struk-tur limbik yang lain, telah terbukti memiliki kepentingan khusus dalam
membuat keputusan mengenai pikiran mana yang cukup penting pada dasar ganjaran
atau hukuman untuk menjadi ingatan yang berfaedah.
Amnesia Retrograd -
Ketidakmampuan Memanggil Ingatan Masa Lalu. Ketika terjadi amnesia retrograd, derajat amnesia untuk
peristiwa-peristiwa yang baru saja terjadi mungkin lebih besar daripada
peristiwa masa lalu yang telah lama terjadi. Alasan perbedaan ini mungkin
karena ingatan yang lama telah banyak diulang-ulang sehingga jejak ingatan
telah melekat kuat, dan bagian-bagian ingatan ini telah tersimpan di daerah
yang lebih luas dalam otak.
Pada beberapa pasien yang
menderita lesi hipokam-pal, terjadi beberapa macam derajat amnesia retrograd
bersama dengan amnesia anterograd, yang menimbulkan dugaan bahwa paling
sedikitnya sebagian dari kedua macam amnesia ini saling berkaitan, dan lesi
hipokampal dapat menyebabkan terjadinya kedua kelainan ini. Namun, kerusakan
beberapa area spesifik pada talamus mungkin menyebabkan timbulnya amnesia
retrograd tanpa terjadinya amnesia anterograd yang berarti. Kemungkinan
pen-jelasan dari keadaan ini adalah bahwa talamus mungkin berperan dalam
membantu orang untuk "mencari" dari gudang ingatannya sehingga mampu
"membaca" ingatan itu. Jadi, proses mengingat itu tak hanya
membutuhkan gudang penyimpanan ingatan namun juga membutuhkan kemampuan untuk
mencari dan menemukan ingatan di kemudian hari. Kemungkinan fungsi talamus
dalam proses ini akan dibicarakan dalam Bab 58.
Hipokampus
Tidak Penting dalam Proses Belajar Refleksif.
Orang-orang
dengan lesi hipokampal biasanya tidak mengalami kesulitan dalam mempelajari
keterampilan fisik yang tidak melibatkan verbalisasi atau tipe intelegensia
simbolik. Sebagai contoh, orang-orang ini masih dapat mempelajari keterampilan
gerak cepat tangan dan keterampilan fisik seperti yang diperlukan dalam banyak
jenis olah raga. Jenis proses belajar ini disebut keterampilan belajar atau
proses belajar refleksif, hal ini lebih bergantung pada pengulangan
kegiatan secara fisik yang terus menerus, bukan pelatihan simbolis dalam benak.