|
DEFINISI
|
Silikosis adalah suatu penyakit
saluran pernafasan akibat menghirup debu silika, yang menyebabkan peradangan
dan pembentukan jaringan parut pada paru-paru.
Terdapat 3 jenis silikosis:
Pada silikosis
simplek dan akselerata bisa terjadi fibrosif masif progresif. Fibrosis ini terjadi akibat pembentukan jaringan parut dan menyebabkan
kerusakan pada struktur paru yang normal.
|
PENYEBAB
|
Silikosis terjadi
pada orang-orang yang telah menghirup debu silika selama beberapa tahun.
Silika adalah unsur utama dari pasir, sehingga pemaparan biasanya terjadi pada: - buruh tambang logam - pekerja pemotong batu dan granit - pekerja pengecoran logam - pembuat tembikar.
Biasanya
gejala timbul setelah pemaparan selama 20-30 tahun. Tetapi pada peledakan
pasir, pembuatan terowogan dan pembuatan alat pengampelas sabun, dimana kadar
silika yang dihasilkan sangat tinggi, gejala dapat timbul dalam waktu kurang
dari 10 tahun.
Bila
terhirup, serbuk silika masuk ke paru-paru dan sel pembersih (misalnya makrofag)
akan mencernanya. Enzim yang dihasilkan oleh sel pembersih menyebabkan
terbentuknya jaringan parut pada paru-paru. Pada awalnya, daerah parut ini hanya
merupakan bungkahan bulat yang tipis (silikosis noduler simplek). Akhirnya, mereka bergabung menjadi massa yang besar (silikosis
konglomerata).
Daerah parut ini tidak dapat mengalirkan oksigen ke dalam darah secara normal. Paru-paru menjadi kurang lentur dan penderita mengalami gangguan pernafasan. |
GEJALA
|
Penderita
silikosis noduler simpel tidak memiliki masalah pernafasan, tetapi mereka
bisa menderita batuk berdahak karena saluran pernafasannya mengalami iritasi
(bronkitis).
Silikosis konglomerata bisa menyebabkan batuk berdahak dan sesak nafas.
Mula-mula sesak nafas hanya terjadi pada saat melakukan aktivitas, tapi akhirnya sesak timbul bahkan pada saat beristirahat.
Keluhan pernafasan bisa memburuk dalam waktu 2-5 tahun setelah penderita
berhenti bekerja.
Kerusakan di paru-paru bisa mengenai jantung dan menyebabkan gagal jantung yang bisa berakibat fatal.
Jika terpapar oleh organisme penyebab tuberkulosis (Mycobacterium
tuberculosis, penderita silikosis mempunyai resiko 3 kali lebih besar
untuk menderita tuberkulosis.
Gejala tambahan
yang mungkin ditemukan, terutama pada silikosis akut:
- demam - batuk - penurunan berat badan - gangguan pernafasan yang berat. |
DIAGNOSA
|
Biasanya akan ditanyakan secara
terperinci mengenai jenis pekerjaan, hobi dan aktivitas lainnya yang
kemungkinan besar merupakan sumber pemaparan silika.
Pemeriksaan
yang dilakukan:
Rontgen dada (terlihat gambaran
pola nodul dan jaringan parut)
Tes fungsi paru
Tes PPD (untuk TBC).
|
PENGOBATAN
|
Tidak
ada pengobatan khusus untuk silikosis.
Untuk
mencegah semakin memburuknya penyakit, sangat penting untuk menghilangkan
sumber pemaparan.
Terapi suportif terdiri dari obat penekan batuk, bronkodilator dan oksigen. Jika terjadi infeksi, bisa diberikan antibiotik.
Hal lain yang perlu
dipertimbangkan adalah:
- membatasi pemaparan terhadap silika - berhenti merokok - menjalani tes kulit untuk TBC secara rutin.
Penderita
silikosis memiliki resiko tinggi menderita tuberkulosis (TBC),
sehingga dianjurkan untuk menjalani tes kulit secara rutin setiap tahun. .
Silika diduga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh terhadap bakteri penyebab
TBC.
Jika
hasilnya positif, diberikan obat anti TBC.
|
PENCEGAHAN
|
Pengawasan terhadap di lingkungan
kerja dapat membantu mencegah terjadinya silikosis.
Jika debu tidak dapat dikontrol, (seperti halnya dalam industri peledakan), maka pekerja harus memakai peralatan yang memberikan udara bersih atau sungkup.
Pekerja yang
terpapar silika, harus menjalani foto rontgen dada secara rutin. Untuk
pekerja peledak pasir setiap 6 bulan dan untuk pekerja lainnya setiap 2-5
tahun, sehingga penyakit ini dapat diketahui secara dini.
Jika foto
rontgen menunjukkan silikosis, dianjurkan untuk menghindari pemaparan
terhadap silika.
|